TBBT #26

5.8K 474 4
                                    

Vanda melirik arloji mini yang melingkar di tangannya, jarum panjang sudah menunjuk hampir ke angka setengah 8. Namun Rival belum juga datang, bahkan Revalpun sama. Membuat Vanda gigit jari saja, pasalnya hari ini akan berlangsung UAS. Kenaikan kelas, bayangkan saja betapa takutnya Vanda jika saja si kembar tidak naik kelas.

Rara.N : Gue udah masuk nih anjir gece banget ni Pak Cipto. Yaudah ya Van, nanti gue chat dah kalau Reval masuk.

Vanda menarik nafas panjangnya, kelas IPS sudah mulai ujian dan itu artinya Reval berada diambang nyawa, catatan BKnya saja sudah bejibun, jika ditambah tidak ikut ujian. Bisa-bisa Reval benar tidak naik kelas.

Jika IPS sudah bertarung dengan kertas-kertas ujian, kelas IPA belum. Dan Rival masih punya kesempatan. Vanda bangkit dari tempat duduknya yang rupanya mendapat nomor paling depan, lalu beranjak menuju kedepan kelas dengan gelisah. Saat mendadak Vanda terdorong kebelakang karena tubuhnya baru saja bertabrakan kasar dengan seseorang.

"Rival!" Vanda kaget. Matanya meneliti seluruh bagian wajah Rival yang, alhamdulillah lagi bersih. Berarti pacarnya tidak terlibat tawuran seperti apa yang baru saja dibayangkan. "Kamu kem,-" Vanda buru-buru berpisah dengan Rival saat Bu Nina masuk kedalam kelas.

Ujian segera dimulai dengan desahan kompak para siswa. Tidak berlangsung lama, hanya berlangsung dua jam. Dan di susul dengan dua jam selanjutnya. Hari ini ada dua mata pelajaran yang diujikan, dan itu sungguh menguras otak Vanda.

***

"Kamu, oke kan?" Tanya Vanda sejak tadi memperhatikan Rival yang diam saja. Sorot mata cowok itu berbeda dari yang biasanya, membuat Vanda khawatir.

Rival mengangguk, "oke." Senyumnya segaris.

"Kok gak dimakan?" Vanda menunjuk piring nasi goreng yang ada di meja kantin. Sambil mengaduk-ngaduk mie ayam di mangkuknya, Vanda melirik kembali seluruh bagian tubuh Rival yang dirasa cukup aneh hari ini.

"Kenyang." Ujar Rival kembali tersenyum segaris. Tubuhnya bersandar sempurna di kursi, mengindahkan pemandangan mata Vanda karena entah bagaimana Rival hari ini betul-betul, tampan.

"Gak mood makan ya kamu,- eh iya, tante keadaannya gimana?" Tanya Vanda diselingi dengan mengunyah mie ayamnya.

"Baik. Tau darimana?" Rivalpun hanya menghela nafas, rasanya sungguh kangen melihat wajah Vanda. Membuatnya menahan diri untuk tidak memeluk gadis itu sekarang.

"Dari Kak Dandi. Pantes kamu ilang gitu aja gak ngabarin aku." Tutur Vanda, "aku khawatir tau." tangannya mengambil ponsel dibawah meja. Membaca pesan masuk dari Rara.

Rara.N : Fix. Reval bolos lagi.

Rara.N : Gue udah nyuruh Jakir nelfonin Reval. Tapi gak diangkat. Pas ditelfon lagi malah dimatiin.

Vanda menghela nafas panjang, ia benar-benar khawatir dengan Reval. Entah bagaimana dari beberapa hari lalu ia terus memikirkan Reval. Vanda juga memberi pesan ke Reval, bahkan bertubi-tubi. Itu juga dirinya sudah menahan kuat untuk tidak bertanya kabar Reval, Vanda takut jika cowok itu kegeeran. Namun tetap saja Vanda mengiriminya bom chat, tapi sama sekali gak dibalas. Menyebalkan!

"Sorry, gue gak tau lo khawatir." Pengucapan Rival barusan membuat Vanda mendongak sarkartis. Tangannya memasukkan ponsel kedalam saku dengan cekatan, lalu Vanda bangkit dari kursinya. Dan berpindah tempat kesamping Rival.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang