TBBT #38

5.6K 462 6
                                    

"Val, makan." Dandi menaruh piring berisi nasi dan telur dadarnya di pangkuan Reval. Sudah dua hari Reval tidak menyentuh makanan dan mengurung dirinya di kamar. Dan ini adalah kesekian kalinya Dandi menyuruh adiknya untuk menyuap nasi setelah kemarin Rival memukuli kembarannya dengan bringas tanpa dibalas oleh Reval.

Reval diam, matanya memandang kosong kedepan. Dia tidak mau bicara dan terus saja mengacuhkan Dandi.

"Mau sampai kapan lo gini Val. Ayo makan, perut lo kasian gak diisi apa-apa dari kemarin." Jelas Dandi dibalas Reval dengan mengangguk saja.

Dandi menggelengkan kepalanya, dia tidak mau sampai tersulut emosi. Sudah cukup Reval merasakan sakit atas pengukitan kematian ayah. Dandi tidak mau menambah beban adiknya.

"Val, ayo ma,- Rival." Dandi mengambil kembali piring berisi nasi itu sebelum terjatuh dari pangkuan Reval.

Rival datang dengan seragam sekolahnya, meletakkan ranselnya di kursi lalu berdiri menghadap kembarannya. Rasanya emosinya selalu memuncak. Diapun tau kebenaran atas kematian ayah. Namun dirinya tidak mau ikut tertampar, dia sudah mengiklaskan ayahnya sejak awal.

"Gak mau makan lagi bang?" Tanya Rival dibalas dengusan sekaligus anggukan dari Dandi.

Dandipun memilih keluar dan pasrah, biarkan saja kembarannya yang mengambil alih.

"Makan." Todong Rival dengan memajukan piringnya didepan wajah Reval.

Reval tetap pada posisinya, dia menatap kosong kedepan. Tidak mau melihat kearah kembarannya bahkan memakan apapun itu ditangan Rival.

"Gue bilang makan!" Nada Rival mulai tinggi. Itu artinya Reval benar-benar harus mengambil nasinya dari tangan Rival.

Reval menurut karena tau watak saudaranya. Diapun mengambil nasi itu lalu meletakkan dipangkuannya tanpa menyentuh nasinya.

"Makan bangsat!" Sentaknya menyendok nasi dipangkuan Reval seraya memasukkan paksa kedalam mulut kembarannya.

Alhasil, makanan itu cuma membuat kotor baju Reval karena tidak sedikitpun cowok itu membuka mulut. Reval juga tidak marah atas perlakuan Rival. Namun sebaliknya, Rival-lah yang kalah dan membuang emosinya.

"Oke gak usah makan sekalian. Sampe lo mati!" Ucapnya kasar segera pergi meninggalkan Reval yang tatapannya tetap kosong. Pikirannya entah melayang kemana. Rasanya seperti ingin mati saja menyusul ayahnya.

Rival turun dari lantai dua, dia memijit dahinya kesal. Baru saja ia ingin bersabar. Tapi rupanya tidak bisa. Apa lagi yang harus ia lakukan? Hanya ada satu cara. Namun dia sungguh tidak rela.

"Dia makan?" Tanya Dandi mengambil teh untuk Rival dan duduk didepannya.

Rival menggeleng, menggaruk tengkuknya seraya mengambil teh itu lantas menyeruputnya.

"Lo punya cara supaya itu anak mau makan? Gue takut dia sakit. Badannya udah kurus gitu." Jelas Dandi membuat Rival berfikir kembali.

Rival memikirkan kembali orang itu. Satu-satunya wanita yang bisa membuat Reval mungkin menyuap nasinya. Vanda, tentu saja gadis itu.

Rivalpun menghela nafas panjang, "gue tau caranya." Ujarnya tidak rela.

***

Vanda menangis disepanjang jalan. Ini gara-gara Rival yang menceritakan bagaimana keadaan Reval dan apa yang terjadi pada kematian ayahnya. Rival tidak sungkan mengungkap rahasia keluarganya karena ia pikir Vanda berhak tau akan itu. Selama ini dialah satu-satunya yang dekat dengan Rival dan Reval, membuat Rival amat percaya. Lagi pula sudah sejak awal Vanda adalah sosok spesial bagi si kembar.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang