TBBT #24

5.8K 495 9
                                    

Banii.And : Jangan lupa abis pulang sekolah sempetin mampir. Festivalnya mulai jam 4 sore kalau lo lupa.

Banii.And : Ohiya, ajak si kembar sekalian, terutama Reval. Itu anak udah bantuin gue penuh selama lo sama Rival bolos. Oke!

Vanda Miss : Sip.

Vanda menghela nafasnya saat setelah selesai mengecapi roti isinya. Ia meneguk susu putihnya sampai habis, lalu bergegas untuk pergi ke sekolah menggunakan supir.

Saat di mobil, tunggu, bahkan sejak semalaman ia terus memikirkan Rival. Setelah pacarnya itu meninggalkannya di cafe, Vanda sama sekali tidak mendapatkan kabarnya. Pasalnya, saat ini Vanda kepalang khawatir. Kemungkinan yang terus muncul di otaknya adalah Rival kembali tawuran. Membuat Vanda gigit jari.

Gak lama Vanda telah sampai di sekolah. Ia dengan cepat berlari menuju kelasnya, bukan karena dia hampir telat. Hanya dia ingin memastikan bahwa wujud Rival sudah berada di kelas. Mendesah dan menarik nafas, sunggingan senyum akhirnya mewarnai sudut bibir Vanda.

Dengan keadaan kelas yang hampir penuh, Vanda dengan tenangnya berjalan mendekati bangku Rival sambil mengatur nafas. Cowok itupun melihat kearah kedatangan Vanda, meski tidak tersenyum. Tidak usah ditanya, seisi kelas sudah memperhatikan gerak-gerik aneh Vanda. Baru pertama kalinya Vanda dengan wajah sesenang itu menghampiri seseorang, ah, iya, maksudnya adalah menghampiri Rival. Si cowok misterius dan dingin yang ditakuti di kelasnya.

"Kamu kemana ajasih, aku chat gak dibales-bales." Ucap Vanda langsung duduk disebelah bangku Rival. Pemilik bangku belum datang. Dan itu membuat seisi kelas terkaget, ada yang melirik Vanda dengan tatapan bingung, ada yang melongo, terutama Bela diujung kelas sedang berdiri terang-terangan menatapnya tidak percaya.

Rival yang tau akan kondisi sekarang segera menggerakkan matanya keseluruh isi kelas. Mencoba sebisa mungkin untuk hanya melirik sekilas, ingin membuat semua isi kelas tidak memperhatikannya seperti itu. Kesannya seperti Vandalah manusia yang pertama kali berhasil meluluhkan kemisteriusannya.

"Maaf." Ucap Rival pelan namun terdengar oleh beberapa siswa disekitarnya. Hal itu jelas membuat beberapa orang itu teriak. Tidak percaya jika Rival ternyata bisa bicara.

Selama ini, memang Rival tidak pernah bicara atau terlibat perbincangan pada siapapun. Meski seiisi kelas tau kalau Ajeng mencoba mendekati Rival, namun ekspresi Rival menanggapi Ajeng sungguh berbeda dengan ekspresinya ke Vanda. Rival benar-benar seperti, hangat!

"Kamu gak tawuran lagi kan?" Vanda meneliti seluruh bagian wajah Rival yang alhamdulillah baik-baik saja.

Rival menggeleng tanda tidak, lalu matanya kembali menatap sebagian manusia yang baru datang. Mereka juga sama, menatapnya dengan aneh.

"Vanda, lo oke?" Tanya Riko diujung kelas, dia sengaja memberanikan diri untuk bertanya. Meski jelas-jelas mata tajam itu sedang menatapnya dari depan. Riko menelan ludah.

"Oke." Senyum Vanda sumringah.

"Anjir gila-gila." Cibir Sarah.

"Yaudah nanti ke kantin ya sama aku." Cengir Vanda lagi yang dibalas anggukan oleh Rival.

Vandapun kembali ke bangku miliknya di ujung kelas sebelah kanan, lalu dengan muka sangat ceria dia menatap Bela yang jelas-jelas memiliki banyak sekali pertanyaan di kepalanya.

Vanda hanya bisa terkekeh di bangkunya, sambil mengeluarkan beberapa buku di jam pertama.

"Lo gak lagi mabuk kan Van?" Tanya Bela meraup wajah Vanda yang kini berdesis.

"Ih, apaan sih Bel." Vanda melepas tangan itu dari wajahnya sambil manyun.

"Lo kok jadi deket gitu sama Rival? Baru juga gua tinggal seminggu lo. Udah begitu aja sama si setan."

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang