TBBT #16

5K 443 7
                                    

"Ha-hallo."

"Gue bilang jangan tanya!"

Vanda berdecak, bisa-bisanya dengan jarak 2 langkah Rival menelfonnya. Benar-benar tidak bisa dipercaya.

"KENAPA?"

"Jangan lihatin gue." Rival menyandarkan tubuhnya kekursi, lalu menatap Vanda yang setengah bingung memandangnya.

Vanda yang sadar langsung buru-buru melarikan matanya ke halaman yang luas. Namun masih menempelkan ponselnya di telinga.

"Geer lo." Cibir Vanda terdengar oleh Rival.

"Apapun itu, jangan tanya tentang Pak Bimo ke dia."

"Gue tanya ken,-"

"Bisa dengerin gue dulu sampe selesai gak."

Vanda berdesis, menengok sebentar dengan kesal ke Rival yang membalas tatapannya tajam. Vanda sekilas mendengar Rival menarik nafas.

"Ayah gue meninggal waktu pergi dinas sama Pak Bimo ke Bandung." Jelas Rival menegang. Genggaman telfonnya mengerat entah sejak kapan.

"Saat itu, Reval jadi marah. Dan dia ngira kalau penyebab kematian ayah adalah Pak Bimo."

Vanda meremas bajunya, bersamaan dengan penjelasan Rival. Dia baru saja melihat Reval mendongak kearahnya dari halaman bawah, sambil tersenyum.

"Tapi, gak seharusnya Reval nyalahin Pak Bimo kan? Lag-lagi pula belum tentu penyebab kematian ayah kalian adalah Pak Bimo." Vanda membalas senyuman Reval yang entah kenapa membuatnya sesak sesaat. Gak lama Reval hilang bersamaan dengan angin dingin yang menerpa wajahnya.

"Gue juga mikir gitu. Tapi gue tau saudara kembar gue gak mungkin dendam kalau gak ada alasannya."

"Alasan? Apa?"

Brakkkkk!!

Thut. Thut. Thut.

"Oh.. iya Bel. Nanti gue telfon lagi ya, bye." Vanda buru-buru memasukkan ponselnya kedalam saku celana lalu memutar tubuhnya menghadap ke Reval yang baru saja datang dengan membanting pintu. Terlihat Rival hanya memandangi dengan tenang.

Tidak perlu pertanyaan, hanya dengan tolehan Rival saja Reval bisa dengan mudah membaca situasi.

"Apa? Gue habis dikejar kucing." Ceplos Reval balik melotot lalu nyengir melihat Vanda.

"Bodoh!" Cibir Vanda.

"Pinter." Jawab Reval.

Vanda berdecak, "Val, gue boleh nanya?"

"Hah!" Reval menaikkan dagunya, raut wajahnya berubah canggung. Untuk pertama kalinya ia malas bicara dengan Vanda.

Rival sudah mewanti-wanti dengan melihat tajam gadis itu. Rupanya tidak jerah juga. Membuat Rival bangkit lalu berjalan mendekat ke Vanda. Melihat Rival begitu, Reval berusaha menahan.

"Apa?" Tanya Reval kembali dengan cengirannya. Sedangkan Rival sudah berusaha keras untuk melotot agar Vanda bungkam.

Vanda balik menatap Rival. "Bani udah mau pulang belum?" Tanyanya disusul helaan nafas lega si kembar.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang