"Dimana?" Tanya Rival disebrang telfon.
"Sabar. Masih ganti." Cetus Reval memasang kaos andalannya dan celana pendek selutut.
"Buruan!" Pinta Rival tegas.
"Bacot lo!" Tek. Telfon diputus sepihak oleh Rival disebrang sana. Membuat Reval berdecak karena keduluan memutuskan telfon.
Reval meraih ransel hitamnya di kasur, lalu mengambil gelang perusiknya dan mengganti jam di pergelangan tangannya dengan benda itu. Setelahnya ia segera pergi ke kamar mandi untuk membasahi rambutnya yang betul-betul kering.
"Gue heran kenapa doi demen model rambut begini. Kayak sapu ijuk!" Dumelnya segera keluar dari kamar mandi dan berdiri didepan kaca. Mengusap rambutnya yang basah dengan handuk dan membenarkan rambutnya seperti biasa.
Tidak lama setelah ia bersiap-siap ia mengambil mobilnya didalam garasi. Lalu tancap gas dengan kecepatan gas pol.
"Hallo. Gue udah di loby utama." Ujar Reval melinting kaosnya menjadi lebih pendek dengan satu tangannya.
"Sabar." Rival kembali mematikan telfonnya setelah berucap.
"Kembaran sialan!" Reval melempar ponselnya ke jok samping. Lalu membuka jendela. Baru saja ia melihat Rival keluar dari rumah sakit dengan membopong tubuh bundanya. Sedangkan suster mendorong kursi roda yang kosong.
Suster membuka pintu mobil, lalu memberi celah agar Rival bisa memasukkan tubuh bundanya kedalam mobil. Setelah itu Rival membukakan bagasi untuk menaruh kursi roda milik bundanya. Rival lalu duduk di jok belakang, disamping bundanya.
"Berasa supir beneran." Cibir Reval tancap gas.
"Reval udah gakpapa?" Tanya Bundanya pada Reval yang sepintas melihat kespion bagian atas. Wajah bundanya benar-benar pucat.
"Gakpapa." Jawab Reval datar. Dia ingin bertanya juga, tapi enggan.
"Langsung pulang." Ucap Rival dibalas desisan oleh Reval.
***
"REVAL!" Panggil Rival emosi melihat kamarnya serba berantakan. Kaset PSnya bertebaran, selimutnyapun tidak dilipat, bahkan gel rambutnya bercecer kemana-mana. Membuat Rival memijit kepalanya karena kesal.
"Apasih?" Reval membuka pintu dengan hentakan. Kesal juga dipanggil disaat dirinya baru menyuap sesendok nasi.
"Kamar gue lo apain bangsat!" Rival memulai tatapan tajamnya, kakinya menendang bantal yang jatuh kelantai.
Reval meneliti seluruh ruangan, yang baginya biasa-biasa saja. "Gak gue apa-apain."
"Beresin seperti semula!" Pinta Rival dibalas gelengan cepat oleh Reval.
"Enak aja lo. Gak!"
"Brengsek." Umpat Rival.
"Lo yang brengsek. Tinggal beresin aja ribet lo." Reval menutup kasar pintu kamar kembarannya lalu kembali kedalam kamarnya dan lanjut menyuap nasi.
Sedangkan Rival diatas kasurnya menggerutu tidak karuan. Setelah kemudian ia mengambil ponselnya yang ada di saku celana. Mengusap layar ponsel untuk melihat betapa cantiknya seseorang yang dijadikan sebagai walpaper hapenya tersebut. Mendadak Rival merindukan Vanda.
Rival segera menekan tombol call pada nomor Vanda.
"Hallo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...