Gak sabar pingin cepet-cepet update.
Gak tau kenapa 😅
Happy Reading pokoknya 😘---
Reval masuk kedalam rumahnya, hening, tidak ada suara apapun kecuali shower dari kamar mandi Rival. Tentu saja Reval hafal, kembarannya selalu mandi tengah malam. Sama persis seperti dirinya. Kalau Rival sudah mandi dengan perputaran 3 kali. Sebaliknya, Reval baru memulainya 1 kali.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Reval datang ke kamar kembarannya. Bermaksud ingin menanyakan apa yang terjadi dengan Vanda. Rival pasti tau apa itu, tentu karena Rival adalah pacar Vanda.
"Woy,- ya awoh masih mandi juga." Reval geleng-geleng kepala. Padahal sudah tiga kali mandi, tapi waktu yang dipakai masih juga terbilang lama. Membuat Reval bergidik ngeri. Sungguh Rival ini terlalu menjaga kebersihan. Sangat berbeda dengan dirinya.
"Ngapain lo." Ketus Rival menyampirkan handuknya di hanger lalu mengambil kaos didalam lemari dan mengenakannya di tubuh sispeknya.
"Masih marah lo?" Tanya Reval tidak terlalu memperhatikan perubahan wajah kembarannya.
"Darimana?" Tanya Rival dingin.
Reval merebahkan tubuhnya di kasur, "jawab dulu pertanyaan gue." Ujarnya melirik Rival yang sudah mengambil posisi duduk di kursi.
"Darimana lo." Masih kekeh juga. Begitulah, kepala Rival memang lebih batu dari Reval.
"Dari warung,- Vanda kenapa?" Tanya Reval langsung ke topik pembicaraan.
Rival menaikkan alisnya, apa ada hubungannya dengan Vanda yang menelfonnya hampir 5 kali tadi.
"Gue habis ketemu Vanda. Kayaknya dia ada masalah." Ujar Reval jujur. "Kenapa?" Tambahnya bangun dari posisi terlentangnya.
Rival sadar, cepat atau lambat, yang selalu meluangkan waktu untuk Vanda adalah Reval, kembarannya sendiri. Sedangkan ia selalu sibuk menjaga bundanya.
Rival mengehela nafas panjang, lalu menggeleng. Dia sama sekali tidak marah pada kembarannya, meski nyatanya dia iri dan cemburu pada Reval yang bisa selalu ada waktu untuk Vanda. Tapi dia juga bersyukur, setidaknya Vanda aman ditangan Reval. Selama bukan Bani, tidak masalah.
"Dia tadi telfon tapi gak gue angkat." Ucap Rival menyandar kekursinya.
Reval mengangguk mengerti, pasti kembarannya sedang mengurusi bundanya. "Telfon sana. Kayaknya dia butuh hiburan." Ujar Reval segera hilang dari kamar Rival setelah sempat melempar Rival dengan bantal.
Rival menimbang-nimbang, apakah dirinya harus menelfon atau tidak. Ini sudah tengan malam, apa Vanda sudah tidur, atau gadis itu sedang menangis?
Dengan ragu Rivalpun memencet tombol call pada namma Vanda.
Tek. Tidak diangkat.
Sekali lagi.
Tidak diangkat juga.
Rival menyerah, ia pikir pacarnya itu sudah tidur. Semoga.
"Maafin aku." Ujarnya pada diri sendiri lalu menelungkupkan tubuhnya ke kakasur.
***
Keesokan harinya Reval datang ke sekolah, dengan menggunakan seragam. Namun dia tidak ikut masuk kedalam kelas dengan yang lain. Melainkan dia menuju ruang guru, hendak mencari Bimo.
Keputusannya sudah bulat, dia harus meminta penjelasan pada Bimo soal ayahnya. Dia bahkan tidak percaya Dandi. Biarkan Reval melawan emosinya sendiri untuk berhadapan langsung dengan Bimo. Kenyataannya memang Reval-lah yang tidak pernah mendengarkan Bimo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...