"Gila lo y,- Bani!!" Vanda melepaskan rangkulan Reval sekali lagi. Hingga matanya menubruk mata seseorang yang mungkin sudah tidak sabar bertemu dengannya. Begitu pula sebaliknya. Vanda berlari kemudian diambang gerbang ia tanpa malu langsung merangkul cowok berperawakan tinggi berotot dengan wajah kebule bulean itu.
"Bani?" Reval mengulangi lagi apa yang disebut Vanda. Siapa Bani?
Pelukan dari Vanda dan seorang lelaki itu segera buyar karena Reval menarik bahu cowok itu kasar sambil bergidik kaku. Menantang bahkan mengeraskan rahangnya, siap menerpanya jika saja ia berani menyakiti Vanda.
"Apasih lo. Udah sana pulang." Usir Vanda menggandeng tangan lelaki itu yang sejenak tersenyum. Lalu dengan gemas mengusap pelan puncak kepala Vanda.
Gak lama, hingga tangannya dihempas oleh Reval sekali lagi. "Awasin tangan lo!" Reval menghalangi Vanda dan lelaki itu saling berhadapan. Melihat Reval yang begitu posesif tentang dirinya, cewek itu segera menggeser bahu Reval. Membuat sebuah pertanyaan mencuat dari kening Reval.
"Plis banget deh Val. Gue mau pulang sama abang gue. Lo awasin itu tangan, jangan sampe lo nonjok Bani."
Abang Vanda?
Reval mengernyit makin bingung. Setau Reval Vanda adalah anak tunggal dan tidak memiliki siapapun selain orang tuanya yang selalu meninggalkannya pergi keluar kota. Darimana Reval tau tentang semua itu? Jangan tanya, karena cowok macam Reval akan tau segalanya. Lalu siapa gerangan yang disebut sebagai Bani ini?
Melihat Vanda terlalu senang dengan kedatangan Bani. Reval tidak lagi menghalangi karena bagaimanapun juga tampang Bani adalah tampang lelaki baik-baik.
"Kenalin, gue Bani." Bani mengulurkan tangannya. Tangan dengan otot-otot kaku, seperti setiap pagi cowok itu selalu berolahraga atau bahkan bermain tinju.
Reval tidak balas menyalami, hanya memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. "Reval." Jawab Reval singkat.
Setelah menjawab itu Reval menangkap sepasang mata yang memperhatikan lewat celah gerbang sekolah kosong disebelah kanan. Lalu ia memilih pergi, saat sebelumnya mengacak-ngacak rambut Vanda dan mengucapkan terimakasih atas bantuannya kali ini. Ia merasa hidup dan harga dirinya diselamatkan dua kali didepan Pak Bimo.
***
"Lo gak nanya itu siapa?" Reval menyentil rokok yang dihisap kembarannya. Lalu melempar sekotak rokok kearah kembarannya yang ia ambil dari tas Kamel. Satu-satunya cewek di kelasnya yang merokok.
Alasan Reval melemparkannya ke Rival. Karena dia tidak merokok. Dia alergi dengan hisapan rokok dan sejenisnya. Kalau menghirup asap rokok sih sudah biasa. Asal tidak menghisap benda itu.
Rival menstandarkan motornya lalu menyuruh Reval yang menyetir. Matanya masih melihat kedua manusia yang sepertinya saling melepas rindu setelah lama tidak bertemu itu. Rivalpun hanya menjawab dengan menaikkan bahu.
"Bukannya lo bilang Vanda anak tunggal." Reval mengambil alih helm yang nangkring di jok motornya lalu mengenakannya ke kepala dengan sembarangan.
"Vanda bilang dia abangnya." Jelas Reval sekali lagi menaiki motornya, lalu mulai menstaternya keras-keras. Membuat Vanda dan Bani yang baru saja ingin masuk mobil memperhatikan kedua kembaran itu dengan tampang aneh.

KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...