1 tahun 2 bulan kemudian,
Vanda menghirup dalam-dalam suasana Jakarta, matanya menerawang keseluruh tempat yang dipenuhi banyak gedung. Tidak banyak yang berubah, Jakarta tetap sama, kota metropolitan yang macet dan membosankan. Tapi Vanda rindu, iya, rindu akan suasana di kota tempat ia dibesarkan ini.
Vanda turun dari taxi, kemeja dengan warna pastelnya digulung sampai ke siku lantas celananya seperti ditarik keatas perut. Slingbagnya disampirkan di bahu, dan rambutnya diselipkan dibelakang telinga. Vanda siap untuk melakukan daftar ulang di Universitas Geiro, alhamdulillah dia diterima sebagai Mahasiswi disana. Meski dengan susah payah sampai dia harus mengikuti ujian online, namun dia senang bisa kembali lagi ke Jakarta.
"Hallo Ma." Sahut Vanda setelah dirinya membayar uang pecahan 50 ribuan pada supir taxi.
"Hallo Van kamu udah sampai di kampus? Papa dan mama baru sampai di rumah baru kita." Ujar mamanya disana.
"Udah Ma. Baru aja sampai. Nanti kirimin aku alamat rumahnya ya Ma." Vanda merogoh kantungnya untuk mengambil kartu nama seseorang.
"Iya. Tapi kamu gak capek? Baru juga sampai Jakarta udah mau daftar ulang aja. Gak bisa pulang dulu ke rumah terus nanti sore berangkat lagi." Pinta mamanya. Memang, mereka baru saja sampai Jakarta namun Vanda sudah terlalu semangat ingin daftar ulang dan meminta izin untuk berpisah saja saat di Bandara.
"Hari ini kan hari terakhir aku daftar ulang Ma. Kalau sorean nanti takut gak keburu." Jelas Vanda lalu dibalas helaan nafas mamanya. Tidak ada yang bisa membujuk Vanda. Lama ditinggalkan, Vanda jadi lebih keras kepala.
Vanda menutup telfon, lalu segera memencet nomor lain disana. Mamanya tadi sempat memberi kartu nama seseorang, katanya yang tertera di kartu nama itu adalah teman papanya yang menjadi dosen disana dan akan membantu Vanda untuk daftar ulang.
Setelah selesai menelfon orang itu Vanda lekas masuk kedalam area yang luas dengan susunan gedung bertingkat. Banyak Fakultas disana, dan baru saja Vanda melirik gedung F, gedung yang akan menjadi tempatnya belajar nanti. Fakultas Sastra, di jurusan sastra inggris. Vanda jadi tidak sabar.
Vanda masuk ke gedung yang diberitahu oleh orang yang tadi ia hubungi, katanya dia harus melakukan daftar ulang disana. Ramai, bahkan beberapa calon Mahasiswa seperti dirinya sedang antri di loket pendaftaran. Ada yang masih mengenakan seragam SMA dan bahkan ada yang memakai jas dan celana bahan. Rapih sekali, batin Vanda.
Vanda memilih duduk dikursi untuk melepas rasa lelahnya. Baginya mendapat antrian nomor terakhir tidaklah menjadi masalah, asalkan Vanda tetap bisa melakukan daftar ulang.
Vanda menunduk, menatap ponselnya yang sepi. Padahal dia sudah menghubungi si kembar kalau dirinya sudah sampai di Jakarta. Tapi sama sekali tidak mendapat balasan. Sangat menyebalkan.
"Egrm." Terdengar seseorang berdehem disebelah Vanda.
Vanda tidak menoleh, bahkan dia mengacuhkan deheman cowok yang diyakini ingin menggodanya itu. Vanda tetap fokus ke layar ponsel, namun tak pelak dia menoleh juga karena cowok itu terus berdehem dan membuatnya kesal.
Vanda mengernyit, bahkan dia tidak bisa berteriak karena tempat ini ramai. Vanda terus meneliti, sepertinya dia kenal dengan sosok disampingnya ini. Namun wajahnya sama sekali tidak terlihat karena cowok itu menggunakan masker. Tampilannya rapih dengan jas dan celana bahan, ah, cowok yang tadi ia lihat berada dibarisan calon mahasiswa daftar ulang.
Vanda melihat lagi, mencoba meneliti sesuatu. Rambut cowok itu penuh gel rambut, dan mata serta alis tebalnya mengingatkannya pada seseorang. Tunggu!
"Lo,-" tatapan Vanda menyelidik, membuat cowok didalam masker itu membuka penutup dimulutnya.
Disana Vanda langsung terkejut saat menemukan seseorang yang ia rindukan. Vanda segera memeluk cowok itu yang rupanya ikut tersenyum melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...