Festival berlangsung dengan sangat meriah dan sukses besar. Vanda dengan eksen sumringah menjajali beberapa menu jajanan ringan yang tersedia di setiap stand. Bahkan dia sampai menjajali pakaian batik handmade, kata Bani itu hasil buatan anak kelas 12. Cantik, bahkan Vanda ingin membelinya kalau saja benda-benda unik itu tidak dilelang dengan harga yang mahal.
Suara gemuruh drum dipadu dengan gitar listrik diatas panggung membuat suasana menjadi semakin ramai. Bani ikut berlonjak-lonjak dibelakang tribun. Diikuti oleh Dandi yang tersenyum miring, Vanda melihat kilatan tidak senang disana. Apa hasil Festivalnya tidak memuaskan sehingga raut wajah Dandi demikian?
Vanda memilih untuk menuju kebelakang tribun, meski pinggulnya ingin beradu dengan suara musik, namun entah kenapa ia merasa ada sesuatu yang harus ia tanyakan pada Dandi. Mengingat ia sama sekali tidak mendapat kabar dari salah satu adik Dandi dari beberapa hari lalu, tepatnya hampir seminggu.
"Kak Dandi," panggil Vanda membuat orang yang dipanggil menoleh. Dandi melepas earphone-nya lalu melihat ke sosok cantik dengan dress biru dongker didepannya dengan anggukan.
"Mau ngobrol sebentar boleh?"
"Kita keluar aja. Disini berisik." Tutur Dandi membawa Vanda keluar gedung.
"Ada apa?" Tanya Dandi.
"Kalau boleh tau, Reval kemana ya kak? Soalnya Vanda gak pernah lihat dia sekitar semingguan. Tadi pas sekolah dia juga gak masuk."
Penjelasan Vanda membuat Dandi kembali tersenyum miring, "dia ada di rumah sakit." Kali ini jawaban Dandi berhasil membuat Vanda melotot histeris.
"Apa? Maksudnya Reval kenapa kak?" Tanya Vanda panik sambil meremas ujung dressnya.
Melihat tingkah Vanda, Dandi jadi menyungging senyuman geli. Lucu sekali, batin Dandi. "Reval baik-baik aja kok. Yang sakit Bunda kami. Dari kemarin Reval jagain bunda. Jadi gak sempet ini itu, bahkan sekolah." Jelas Dandi sepertinya menahan sesak. Semua yang dikatakan adalah benar, namun saat mengatakan Reval baik-baik sajalah yang menusuknya.
"Oh gitu. Salam deh buat tante cepet sembuh gitu ya kak,-ohiya kak, tolong sampaikan ke Reval kalau dia harus masuk besok. Soalnya kelas 11 besok udah mulai ulangan." Ujar Vanda menaruh perhatian.
Dandi mengangguk, namun seperti tidak yakin.
"Yaudah kak salam juga ya buat Rival. Hehe. Aku baru tau kalau dia gak mau diajak ke Festival karena mau ke rumah sakit ya. Aku kira dia marah ke aku," tutur Vanda cengengesan sambil merapikan anak rambutnya yang jatuh ke mata, "sekali lagi salam buat tante cepat sembuh." Senyum Vanda.
"Iya."
***
Malam kemarin,
BRAAKKKKK!!! Motor Ninja merah yang dinaiki seseorang jatuh menatap trotoar jalanan yang sepi. Beruntung menggunakan helm, sehingga seseorang itu tidak perlu mengalami gagar otak atau semacamnya. Baiklah, dia Reval, yang baru saja menerobos derasnya hujan dengan motor yang dibawa kebut-kebutan.
Reval terpental sampai di tengah jalan, darah yang mengalir dari lengannya tidak membuatnya mengaduh sekalipun. Derasnya hujan menerpa wajah dan tubuhnya yang terlentang. Reval terkekeh, membuka helmnya dengan kasar dan membuangnya kesembarang jalan. Keadaan sangat sepi, ini tengah malam, dan hujan tidak berhenti dari tiga jam yang lalu. Membuat Reval meremas genangan air disebelah kanannya.
"Aku sayang kamu."
Tiga kata itu mampu membuat Reval bangkit dari posisi terlentangnya, meraup wajahnya sendiri dengan frustasi lalu menendang genangan air dengan kakinya hingga tanahnya menyiprat ke kaosnya. Padahal Reval sudah tau jelas jika Vanda menyukai kembarannya, namun entah kenapa tiga kata itu selalu menghantuinya. Mendengar Vanda mengucapkan dengan sesenang itu bahkan sambil mengusap rambutnya, membuat Reval kembali mengepalkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...