"Astagfirullah," Vanda membekap mulutnya sendiri saat melihat didepan rumahnya nampak dua orang yang ia kenal berkelahi. Vanda segera turun dari mobil Reval, begitupun cowok itu yang mematikan mesinnya dan ikut turun juga.
Reval melerai keduanya, kembarannya dan Bani. Baru saja mereka terlibat adu jotos, membuat Vanda sontak memijit keningnya tidak mengerti. Meski tidak parah tapi tetap saja mereka sedang bertengkar, dan sialnya tepat didepan rumah Vanda sendiri.
"Ada apasih." Tanya Vanda mencoba menghadang Bani yang lagi-lagi ingin menyerang Rival.
Rivalpun cuma bisa berdecih dan menepis kasar tangan kembarannya karena iapun kesal dengan Reval akibat Vanda dibawa pergi tanpa bilang-bilang.
"Bani jelasin ada apa!" Tanya Vanda kali ini emosi.
"Tanya sama temen lo." Tegas Bani menatap nyalang Rival.
Rivalpun sama, "gue pacarnya!" Jawab Rival.
"Kalian tuh kayak anak kecil tau. Apa-apa masalah jangan dibawa berantem gak bisa ya! Apa semua cowok gitu." Vanda menarik nafasnya kesal, "kalian pada pulang deh. Kecuali lo Bani, masuk!" Tutur Vanda seraya menyeret tangan Bani masuk kedalam, diikuti oleh tatapan sengit si kembar. Terutama Rival.
"Napa lo!" Tepuk Reval pada pundak kembarannya yang langsung ditepis.
Rival tidak menjawab, ia segera naik keatas motornya lantas segera melesat.
"Jiah kok jadi marah ke gue." Reval clingak-clinguk, matanya sebentar-sebentar melongok kedalam rumah Vanda. Lalu menaikkan bahunya sambil berlalu menuju mobil, "Bani gak bakal ngapa-ngapain Vanda kan ya." Tanyanya pada dirinya sendiri segera berlalu dari rumah Vanda.
***
"Lo mau cerita atau lo gak boleh main lagi kesini, Bani." Vanda menempelkan hansaplas ke dahi Bani yang tergores. Katanya sih kena pagar rumah Vanda saat tubuhnya terpental karena ditonjok Rival.
Bani mengehala nafas malas, "gue tanya dulu, Rival pacar lo? Kapan jadian?"
Vanda mengambil posisi duduk di sofa dengan benar, slingbag yang belum ia lepas sejak tadipun langsung di lempar ke ujung sofa. "Iya dia pacar gue. Udah semingguan." Jelas Vanda menoleh sebentar ke Bani.
"Pantes." Senyum singkat Bani seperti baru menyadari akan aksi Rival tadi.
"Kenapa sih? ada hubungannya sama lo berantem tadi?" Tanya Vanda betul-betul kepo.
"Lo tau. Gue mau masuk ke rumah lo, dan tiba-tiba aja gue di hajar sama Rival." Bani masih tidak percaya dia kalah oleh seorang bocah SMA.
"Kok, kenapa dia marah?" Vanda masih tidak mengerti maksud Bani.
Bani mendengus, terkadang kelemotan Vanda membuatnya frustasi. "Yaiyalah, gue saudara lo bukan tapi main masuk aja ke rumah lo. Dikira dia lo ada di rumah kali sendirian, terus gue mau ngapa-ngapain lo. Lo tau sendiri kalau gue masuk gak pake salam gak pake mencet bel." Jelasnya membuat Vanda manggut-manggut.
"Jadi maksud lo Rival cemburu gitu?" Tanya Vanda menghadap persis ke Bani.
"Iya lemot." Bani menoyor kepala Vanda dengan sadis, membuat cewek itu berdecak kesal.
Vanda mecebik lantas pergi menuju kamarnya disusul oleh Bani yang meraih kunci mobilnya dan ikut naik keatas.
"Posesif banget pacar lo." Celetuk Bani merebahkan diri di kasur Vanda.
"Udah ah gak usah dibahas lagi. Udah tau Rival begitu, lo lagi pake acara di ladenin berantem." Gerutu Vanda mengambil sembarangan baju di lemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...