"Ngapain Vanda lo?" Tanya cowok itu menaikkan sebelah alisnya, tatapannya menyalang seakan ingin menerka Sonya. Membuat Sonya berkali-kali menelan ludah, meski sedang berhadapan dengan junior tapi tetap saja aura perempuannya kalah dengan perawakan cowok berandalan yang sekarang sedang berdiri tegap didepannya ini.
"Lepasin gue!" Hentak Sonya sekali lagi, kali ini lebih berani.
Cowok itu melepaskan genggaman eratnya pada pergelangan tangan Sonya, menggantikan dengan menarik kerah baju cewek itu hingga naik. Membuat Sonya menahan nafas.
"Lo mau jadi banci." Tatap Sonya tidak kalah menyalang, namun nafasnya tersenggal, kakinya gemetar.
"Gak peduli lo mau bilang gue banci. Semua yang berhubungan sama Vanda, berhadapan langsung sama gue." Cowok itu makin mengeratkan cengkramannya sebelum akhirnya dilerai oleh Vanda yang datang dari arah belakang punggungnya.
"BERHENTI RIV,-" Vanda terpaku, lalu melepaskan cengkraman cowok itu dengan berdecak. "REVAL!" Serunya berhasil melonggarkan nafas Sonya.
"Anjing!" Baru saja ia melepaskan cengkraman itu sebentar, Sonya sudah mencuri start dengan menendang kaki Reval. Membuat kernyitan tajam dari dahi Reval.
Sonya sudah lari sebelum mendengar umpatan Reval.
"Kok elo bisa,-" Vanda meneliti lagi seluruh tubuh Reval, kali saja dia salah orang. Ah tidak, Reval sungguh berantakan, lagi pula gaya rambutnya, "mana Rival?" Tanya Vanda menyadari kehilangan cowok yang baru sepersekian menit menyeret Sonya enyah dari hadapannya.
"Lo gakpapa?" Tanya Reval melihat bagian kanan dan kiri tubuh Vanda. Tangannya merapikan rambut Vanda yang berantakan.
Vanda berdehem, "gue tanya Rival dimana?,- Lepas!" Sergahnya pada tangan Reval yang sembarangan merapikann rambut Vanda.
"Pergi. Lain kali kalau Sonya berulah bilang gue." Tuturnya.
"Gak perlu." Vanda pergi begitu saja meninggalkan Reval yang mengejarnya.
"Besok gue jemput ya?"
Vanda berhenti, menoleh malas ke Reval. "Ngapain? Kemana?"
"Gak sabar banget, satu-satu dong nanya nya."
Vanda berdesis sambil melanjutkan jalannya.
"Lo gak lupa kan kalau kita disuruh bantuin acaranya si popeye."
Vanda mengernyit, "siapa popeye?"
"Itu si Ban bocor."
"Maksud lo Bani?"
"Iya itulah. Kata abang gue kita disuruh dateng duluan jam 8." Reval mendahului Vanda dengan langkah panjangnya, lalu mendadak menghentikan langkah untuk mendengar jawaban Vanda.
"Rival ikut?"
Reval tersenyum miring, gak lama kemudian mengangguk sambil nyengir. "Oke. Gue jemput. Bye bidadari." Sambil pura-pura mengecup kening Vanda meski gak nempel.
Vanda melotot ingin melempar sepatunya, "AWAS LO YA!"
***
Keesokan harinya, benar sekali Reval menjemput Vanda. Hari ini Reval menggunakan benda berupa mobil untuk menjemput gadis itu, dengan membawa kembarannya dijok sampingnya. Reval memakai kaos polos berwarna hitam disertai dengan celana jins pendek longgar serta jam tangan hitam yang melingkari tangannya. Sedangkan Rival, dia memilih memakai kemeja berwarna biru dongker tipis yang lengannya dilinting setengah, disertai celana jins panjang dan jam tangan yang sama dengan Reval.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...