TBBT #14

4.9K 459 2
                                    

"Yang tadi elo kan?" Tunjuk Vanda pada Rival. Cowok itu tidak menghiraukan, ia lekas pergi setelah melihat lapangan sudah setengah kosong.

"Heh tungguin." Vanda berdecak kesal karena ditinggal. "Ih Rival!" Cetusnya keras-keras. Bahkan setelah meneriaki, cowok super dingin itu tidak menoleh. Huh!

"Balik lagi kan lo?" Cibir Vanda menyilangkan tangan didadanya saat melihat Rival berjalan mengarah kearahnya. Vanda ingin berlonjak kegirangan, sebelum akhirnya degdegan. Akankah ini akan menjadi perbincangan selanjutnya?

"Eh-eh, lewat doang." Vanda menengok kebelakang dengan cepat. Sial!

Baru saja Rival hanya melewatinya. Yang benar saja!

"ASTAGA!" Vanda hampir tidak bisa berdiri tegak saat Rival dengan tangan kekarnya menonjok rahang Reval dengan keras. Membuat keributan besar kembali terjadi.

Vanda berlari dengan gemetar, dia ingin masuk kedalam lingkaran yang sudah membentangkan para siswa dan guru-guru, namun gagal karena semakin ramai. Kalau tidak salah lihat, yang berhadapan dengan Reval tadi adalah Pak Bimo.

"Gila, ada apaan lagi nih Van?" Tanya Bela menyentak tangan yang menghalanginya masuk lebih dalam. Cewek itu menggeret Vanda yang menggeleng pucat.

Vanda lagi-lagi melihat Reval dipukul oleh Rival. Membuat Vanda makin mengernyit karena tidak paham dengan situasinya. Kakinya sudah gemetar. Belum lagi Pak Bimo disana seperti tersenyum sangat amat sinis, menunjukkan terang-terangan ketidak sukaannya pada Reval.

Reval meringis, dia bangkit dengan tatapan menyalangnya ke Rival, bahkan ke Pak Bimo. Reval menarik kerah baju Rival, mencibir entah apa. Lalu dengan satu kepalan ia berhasil meninju dengan kuat. Bukan, bukan ke Rival. Melainkan menonjok Pak Bimo dengan secepat kilat hingga Rival tidak menyadarinya.

"Sadar Val!" Rival menarik tubuh kembarannya menjauh dari Pak Bimo, lalu dengan cepat tangannya memborgol kepalan tangan Reval. Membuat desahan menyalang Reval semakin menjadi.

Beberapa siswa sudah berteriak, ada yang menjerit ketakutan, ada juga yang bersorak taruhan. Entah situasi macam apa ini, Vanda sungguh membencinya. Gadis itu kini menggenggam erat bahu Bela. Tidak enyah, tidak juga tumbang. Ia merasa diberi sedikit kekuatan untuk melanjutkan penglihatannya. Sedikit tidaknya ia merasa khawatir.

"Lo gak pantes jadi guru bangsat!" Umpat Reval penuh kemarahan.

Pak Bimo melihat Reval dengan tatapan tajam namun meledek, ia maju selangkah. Membuat posisinya dihadang oleh Rival. Bahkan meski tidak melototpun Rival sangatlah menakutkan dan dingin.

"Ini urusan saya dengan anak kurang ajar dibelakangmu. Minggir!" Perintah Pak Bimo, menggeser tubuh Rival namun malah disergah oleh tangannya.

Reval dibelakang tubuh Rival sudah tidak bisa berkutik lagi karena mau bagaimanapun Reval memberontak, kekuatan Rival lebih besar dua kali lipat darinya.

"Gak bisa ngalah aja." Tegas Rival membuat sorakan kembali terdengar. Sungguh tidak sopan sekali nada bicaranya, persis Reval. Namun lebih dingin.

Pak Bimo berdecih, "tau apa kamu soal mengalah. Anak itu tidak tau diri. Sudah untung saya tidak melaporkannya dan membuatnya pergi dari sekolah."

Reval sudah tidak tahan lagi, namun lagi-lagi dihadang kuat oleh Rival. Kembarannya itu maju selangkah. Membuat jarak yang amat dekat dengan Pak Bimo.

"Bapak lebih tidak tau diri karena meladeninya!" Cetus Rival.

Tidak memakai satu kata umpatanpun, Rival hanya membalikkan omongan bapak itu. Namun entah kenapa serasa menusuk balik dengan tepat. Pak Bimo menggelengkan kepalanya. Lalu mengetuk ngetuk kepala Rival dengan tidak tau malu. Sebagai guru, perlakuan demikian sungguh tidak pantas. Menurut Vanda.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang