Vanda barusaja memilih baju yang pas untuk dikenakan. Setengah jam lagi Bani akan menjemput untuk mengajaknya keluar makan malam. Vanda memilih dress polos merah marun sedengkul dengan lengan tangan pendek ditambah dengan liontin yang menghiasi lehernya serta sepatu ket yang sengaja ia serasikan dengan warna dressnya. Hanya dress casual, setidaknya dia tidak memalukan Bani diacara makan malam bersama teman-teman lama Bani.
Tepat, Vanda sudah terlihat cantik dipantulan cermin hanya dengan memoleskan bedak tipis dan lisptick berwarna pink pudar.
Vanda segera menuruni anak tangga lalu melesat keluar rumah setelah pamit ke bibi. Setelah melihat mobil Bani sudah nangkring didepan rumahnya, Vanda segera menarik kenop pintu mobil lalu duduk disebelah supir, Bani.
"Begini doang gak malu-maluin kan gue?" Vanda nyengir, lalu membenarkan pantatnya untuk duduk.
Bani tersenyum lalu menggeleng, "cantik kok. Malah gak kelihatan kayak anak SMA." Cengir Bani menggoda.
"Tetep aja pasti temen-temen lo tau gue anak SMA. Yang cuma jadi tumbal buat nemenin abangnya reunian doang."
Bani terkekeh, lalu segera menancapkan gasnya. Gak lama, mereka sampai disebuah gedung minimalis yang dipesan patungan bersama teman-teman Bani. Lalu mereka lekas masuk setelah memakirkan mobil di parkiran. Gak heran jika mereka bisa memesan gedung mewah seperti ini padahal cuma acara reuni yang isinya anak-anak kuliahan, termasuk Bani, beberapa ada yang kerja juga sudah menikah. Mereka semua jebolan SMA Hitara yang katanya sekolah highclass.
"Siap." Bani menggandeng tangan Vanda, lalu Vandapun mengangguk. Sebenarnya ia tidak pede karena kakkinya tidak dibaluti sepatu tinggi melainkan sepatu ket biasa.
"Woy guys, orang singapure dateng nih. Asek.." Seorang cowok dengan postur tinggi yang sama seperti Bani langsung berlari kecil. Dibarengi dengan dua orang lainnya, salah satunya ada cewek, dengan dress hitam berkilau yang membuat cewek itu nampak sangat anggun dan cantik.
"Apa kabar guys." Bani melepaskan gandengannya pada Vanda, tubuhnya bertubrukan gantian dengan teman-temannya lalu mencium pipi kanan dan kiri cewek itu yang sepertinya masih single.
"Baik men. Asik, lama di singapure udah dapet gebetan aja nih." Ledek Hildan sambil melirik kearah Vanda yang tersenyum menyapa.
"Ini Vanda, lo lupa. Anak kecil yang suka dibawa nyokap pas ngambil rapot gue." Jelas Bani dengan terkekeh.
Vanda mencebik sebentar, paling malas kalau sudah dibilang anak kecil begitu sama Bani. Padahal mereka hanya beda 3 tahun.
"Vanda?" Sambil berfikir Hildan melirik ke dua teman lainnya.
"Lo pasti inget Han." Tebak Bani pada cewek itu, yang mempunyai nama Hana.
Hana mengangguk yakin, "bukannya dia yang nangis waktu gue meluk elo pas kita lulusan."
Vanda kesal, bisa-bisanya cewek bernama Hana itu ingat dengan adegan konyolnya menangisi Bani saat dipeluk Hana. Waktu itu Bani dan Hana memang pacaran, tapi waktu itu juga Vanda suka dengan Bani dan cemburu, tentu saja hal itu yang membuatnya menangis.
"Lah iya gue inget. Ini Vanda yang lucu imut-imut itu kan. Wah, sekarang cantik ya." Timpal teman Bani yang lain, namanya Gilang. "Hai, gue Gilang. Masih inget?" Gilang mengedipkan satu matanya, membuat Vanda mengangkat alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Fiksi Remaja[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...