#ENDING

7.5K 469 12
                                    

Vanda sudah menunggu di stasiun kereta. Masih ada satu jam lagi untuknya berpamitan, tentu saja melalui telfon.

Setelah mengantarkan Reval ke rumah sakit. Vanda langsung pergi, tanpa bertemu Dandi bahkan Rival. Dan sekarang ia ingin tau bagaimana keadaan Reval.

"Ha.llo." Suara Vanda tersendat di tenggorokan. Dia membekap mulutnya sendiri setelah mendengar suara Rival. Terakhir dia melihat cowok itu kemarin, dan Vanda sungguh merasa bersalah karena tidak berpamitan pada Rival.

"Hallo. Kamu dimana." tanya Rival khawatir. Vanda lagi-lagi membekap mulutnya agar tidak menangis. Lalu segera menetralkan segalanya.

"Di rumah." Jawab Vanda bohong sambil mengambil nafas panjang, "Reval gimana?" Tanyanya.

"Dia udah sadar. Nyariin kamu." Ujar Rival disebrang sana. Membuat Vanda makin terisak.

"Hallo Vanda. Kamu gakpapa? Kamu dim,-" Pertanyaan itu lantas terpotong karena Vanda mematikan ponselnya begitu saja. Ia tidak kuat, bahkan untuk mendengar suaranya saja Vanda merasa bersalah.

Sampai detik ini, Vanda masih tidak bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada Rival. Membuat dirinya terus merasa bersalah, dan merasa egois secara bersamaan.

Vanda melihat arlojinya di tangan, belum ada antrian pengecekan tiket kereta. Sedangkan waktunya tinggal setengah jam lagi untuk berangkat. Vanda menyandarkan tubuhnya di tiang, lantas memejamkan mata sebentar. Berusaha untuk tidak menangis.

"VANDA!" Teriakan Reval entah dari mana mampu memecah situasi. Vanda membuka matanya ragu.

Waktu seakan berhenti begitu saja karena cowok itu kini sedang berlari kearahnya. Disampingnya juga ada Rival yang juga ikut berlari.

Merasakan tangisnya akan pecah, Vanda segera mendapat pelukan. Pelukan itu bukan dari Reval, melaikan dari Rival-pacarnya. Sedangkan air mata Vanda entah sudah menetes untuk kesekian kalinya. Vanda membalas pelukan Rival, namun juga menggenggam tangan Reval dari belakang punggung Rival.

Vanda menangis, dia tidak tahan lagi. Dua orang yang paling ia sayangi muncul secara tiba-tiba saat dirinya sudah ingin berangkat.

"Kamu pergi? Kenapa gak bilang aku?" Pertanyaan panjang Rival mampu membuatnya tersenyum namun sambil menangis melihat sosok didepannya-Reval. Cowok itu masih pucat, namun berusaha menampilkan senyum di ujung bibirnya.

"Jadi panjang. Kamu. Ngomongnya." Kekeh Vanda mendapat elusan dibagian belakang tubuhnya.

"Gak usah bercanda, Vanda." Tegasnya mengeratkan pelukan ke Vanda.

"Kenapa bisa disini?" Tanya Vanda, tangannya sudah gemetar karena Reval ingin melepaskan gandengannya.

Sambil menggelengkan kepala takut-takut, tangan Vanda akhirnya dilepaskan oleh Reval. Membuatnya kembali menitihkan air matanya. Andai saja dia bisa jujur, sekarang.

"Dikasih tau Bani." Jawab Rival melepas pelukannya lalu mengambil wajah Vanda dan mengecup pelan dahi gadis itu. Reval yang melihat itu lantas tersenyum lalu pergi begitu saja dari hadapan mereka.

"Rev,-" Vanda ingin memanggilnya namun tangannya sudah digenggam oleh Rival.

20 menit lagi Vanda akan berangkat. Haruskah ia melukai hati Reval saat dia baru saja terbangun dari keterpurukan. Tidak bisa! Vanda harus jujur sekarang sebelum terlambat.

Vanda memejamkan matanya sebentar, mengumpulkan seluruh tenaganya lalu ia menggenggam balik tangan Rival.

"Riv," panggil Vanda menyudahi isakannya.

"Hm." Rival menatap kangen pacarnya.

"Aku mau jujur." Ujar Vanda mengigit bibirnya, merasakan dadanya akan kembali sakit karena ingin melukai Rival. "aku suka, sama Reval." Ucapnya berakhir memeluk Rival.

Rivalpun melepas pelukan Vanda dengan sedikit hentakan, matanya menajam menusuk ke manik mata Vanda. Bahkan Vanda sudah siap jika ia ingin di maki.

"Tapi kamu perlu tau satu hal. Aku sayang sama kamu. Sama seperti aku sayang sama Reval. Tapi," kalimatnya terpotong begitu saja karena cengkraman Rival dilengannya begitu kuat sampai menempus ke tulanyanya. Namun Vanda harus tetap bertahan, ia harus bisa mengungkapkannya sekarang sebelum benar-benar tidak ada lagi waktu untuk mereka.

"Tapi aku suka Reval. Rasa sukaku ke dia beda sama rasa sukaku ke kamu. Aku cinta Reval, Riv." Vanda segera menunduk merasa bersalah, "Tolong maafin aku." Satu butir air mata berhasil jatuh kembali ke pipi Vanda.

Cowok itu tidak memeluknya kali ini. Dia melepas cengkaraman itu dengan hati yang berat. Nafanya ditarik panjang berkali-kali, Rival memijit kepalanya tidak percaya lantas menatap sendu ke manik mata Vanda sekali lagi. Melihat tidak ada kebohongan disana, Rival segera berlari setelah meminta Vanda untuk menunggu.

Waktunya Vanda untuk masuk kedalam. Antriannya tersisa 3 orang lagi dan dia akan masuk. Vanda melirik kanan kiri, akankah akhir dari mereka bertiga seperti ini. Bahkan Vanda belum sempat mengucapkan selamat tinggal.

Satu orang lagi dan dia akan masuk.

"VANDA!" Teriakan Reval lagi-lagi membuatnya menoleh. Reval berlari kearahnya.

Vanda sudah memberi KTP dan tiketnya untuk dicek. Namun sebelum ia sempat masuk kedalam tubuhnya sudah ditarik oleh Reval kedalam pelukannya.

"Jangan pergi." Reval nampak terengah dibalakang punggungnya. "Gue sayang elo Nda. Jangan tinggalin gue." Ujarnya menghirup dalam-dalam aroma Vanda.

Vanda merasakan kebahagiaan yang utuh saat ini. Baginya seluruh dunia nampak seperti Reval yang sangat tidak sanggup ia tinggalkan begitu saja. Matanya terus memancarkan sinar bahagia karena Reval kembali namun juga merasa egois dalam waktu yang bersamaan. Vanda melepas pelukannya lalu melihat kebelakang. Ada Rival disana yang memasang wajah masamnya. Merasa tidak enak, Vanda maju kearah cowok itu.

"Apa?" Dingin Rival. "Kita udah putus. Apalagi?" Omelnya membuat Vanda tersenyum berterimakasih.

Vandapun menoleh kebelakang lantas menggenggam tangan Reval.

"Gue pamit ya." Ujarnya pada Reval.

"Pergi sekarang?" Tanya Reval masih sempat menggoda.

Waktu keberangkatan kereta sisa 5 menit lagi. 

Vanda mengangguk dengan senyumnya.

"Hati-hati." Ucap Reval. Lalu dengan cepat Vanda mencium pipi Reval dan segera melesat masuk kedalam. Setelah sebelumnya ia sempat melambaikan tangannya pada si kembar.

"Sampai ketemu lagi ya. Aku bakalan kangen kalian." Teriaknya.

. SELESAI .

Gak nyangka bakalan aku tamatin hari ini kan? Hehe 😂 Well, makasih banyak kepada seluruh pembaca yang setia nunggu update-an cerita ini.

Aku sangat berterimakasih kepada kalian yang sudah vote bahkan komen di cerita ini. Sekali lagi terima kasih banyak. 😘

Love you more @yulifirda

Bonus buat kalian 😆

Ada yang mau extra part ???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang mau extra part ???

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang