"SKAK!" Sharon tertawa menang. "Kalah lagi kamu." Tunjuk Sharon pada anaknya, Reval yang sedang mendengus kesal akibat kekalahannya.
Reval hanya mencebik seraya mengacak-ngacak catur didepannya dengan kesal. Sudah tiga kali putaran dan Reval selalu kalah. Membuatnya ingin minggat saja, biar ditahan sama Sharon, biar Reval buat permintaan, tentu, permintaan untuk menang dari Sharon.
"Main catur itu susah-susah gampang. Gak pake emosi, tapi pake ini," Sharon menunjuk dadanya bangga.
"Apa Yah? Jantung?" Tanya Rival menopang dagu di sisi kanan Sharon. Walau diam, Rival terus mengikuti perkembangan kembarannya dalam bermain catur dengan sang ayah. Rival sendiri tidak suka permainan itu, terlalu membosankan dan membuang-buang waktu.
Sharon terkekeh, "bukan. Tapi hati. Mainnya pakai cinta, bukan pakai obsesi." Jelas Sharon lagi dibalas gelengan kepala oleh kedua anaknya.
"Gak paham." Reval menggaruk kepalanya.
"Anak kecil mana paham tentang cinta dan obsesi. Ayah ini ada-ada aja." Kekeh Dandi ikut nimbrung, duduk disebelah Reval sambil menyeruput kopinya. ",-Heh main embat aja. Bikin sendiri lo." Dandi baru saja menepuk punggung tangan Reval karena baru saja adiknya itu merampas gelas kopinya.
"Masih SMP gak boleh banyak minum kopi. Banyak kafein, gak bagus buat otak." Tunjuk Dandi pada kepalanya berulang-ulang.
"Bawel lo bang." Celetuk Reval langsung mendapat jitakan pelan dari sang ayah.
"Gak boleh gitu sama kakakmu. Harus sopan." Ujar Sharon membereskan caturnya yang berantakan.
"Hayo semua, ada yang mau nyoba kue mama?" Senyum bundanya datang dari dapur dengan membawa nampan berisi kue-kue kering hasil buatannya. Bentuknya hati dan bulan sabit.
Sharon langsung menampakkan wajah sumringah disana, sedangkan ketiga anaknya sudah bergidik ngeri melihat warna kue itu. Setengah gosong, mereka tentu sudah sering mencoba kue gagal tersebut.
"JANGAN!" Ketiga anak itu teriak bebarengan saat melihat Sharon menyuap kue pertamanya. Memang, Sharon belum pernah mencoba kue buatan istrinya. Dari pekerjaan sibuknya, baru ini dia mencoba dan merasakan bagaimana asin dan pahitnya benda kering itu.
"Asli itu kan asin. Hueekk!" Reval pura-pura memuntahkan isi perutnya.
Rival sendiri hanya bergidik ngeri atas kelakuan papanya.
Sedangkan Dandi sudah merinding disekujur tubuhnya, "Yah, itu kan gosong." Ujarnya.
Namun, Sharon tetaplah Sharon, yang mencintai istrinya dengan penuh kasih sayang. Meski tidak enak dimulut, namun Sharon tau bahwa istrinya sangat bersusah payah untuk membuatkan kue itu untuknya. Jadi, mau tidak enak juga, ia akan tetap melahabnya dengan semangat.
"Ayah sudah kemakan cinta mama." Geleng kepala Dandi membuat si kembar manggut-manggut.
Si kembar tidak tau soal cinta, tapi mereka paham soal rasa. Hari-hari seperti inilah yang mereka selalu nantikan setiap periode akhir tiga bulan. Saat ayahnya pulang ke rumah, dan bermain bersama anak-anak serta istrinya.
Sedang bunda, saat itu beliau masih bugar dan sehat. Dan Dandi juga masih tinggal di rumah.
Bersama si kembar, saat masuk SMP pertama. Mereka merasa seperti memiliki hidup yang normal-normal saja.
***
Happy yeay 😊 udah lama gak buka lapak ini. Kangen hehe..
Jadi apa kabar semuanya?
Kalian luar biasa 💕
Saranghe..Maaf cuma cuplikan singkat. Semoga suka 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...