Pukul 21.00 malam.
Panggilan tidak terjawab, Vanda Miss (5x)
***
"Gak diangkat sih. Lo kemana Riv, gue butuh lo." Vanda memeluk lututnya di teras rumah. Dia tidak menangis, hanya dia sedang kesal saja.
Apa-apaan mereka semua, menjodohkannya dengan Bani seenaknya. Tidak memikirkan perasaannya juga Bani yang jelas-jelas sudah menolak.
Mama tau kamu masih SMA. Dan mama juga tidak menyuruhmu menikah, hanya bertunangan Vanda. Biar kamu disana ada yang jagain. Mama percaya sama Bani.
Rumah itu mama jual buat modal papa dan mama disini. Nanti kalau saatnya udah tiba, mama dan papa akan jemput kamu ikut kesini dan tinggal dengan kami.
Vanda masih tidak mengerti dengan orang tuanya. Membuatnya semakin emosi mengingat penuturan mamanya di telfon tadi. Tak pelak karena makin kesal, Vandapun menelfon kembali seseorang. Kali ini dengan nama yang berbeda.
"Hallo. Lo dimana?" Tanya Vanda tidak percaya bahwa dia akan menangis juga.
"Warung kenapa?"
"Bisa jemput gue di rumah. Sekarang." Pinta Vanda menghapus air matanya. "Plis." Erangnya lagi saat seseorang disebrang sana tidak merespon.
Telfon akhirnya ditutup. Tidak lama kemudian yang ditelfon Vanda datang dengan motornya. Pakaiannya masih sama saat mereka pergi tadi pagi, membuat Vanda menggelengkan kepalanya karena sudah jelas orang itu tidak mandi. Jorok!
"Gak mandi lo ya?" Tatapan mengintimidasi dari Vanda membuat cowok itu terkekeh, lantas tersenyum menoel dagu Vanda.
"Napa neng? Masih kangen gue ya, segala minta ketemu." Kekeh cowok itu, tentu saja Reval dengan wajah ekspresifnya seperti biasa.
"Enak aja lo,- Pergi yuk." Ajak Vanda langsung nongkrong di jok motor belakang Reval.
Reval menoleh bingung kebelakang, berusaha melihat perubahan wajah Vanda namun tidak bisa. "Kemana? Udah malem oneng." Ujar Reval membuka helmnya.
"Kemana aja. Udah cepetan." Pinta Vanda agak memaksa.
Reval tau sesuatu telah terjadi pada cewek itu. Ia kemudian turun dari motor dan menahan benda itu agar tidak jatuh karena masih menampung Vanda diatasnya. Tidak siap karena takut terjatuh, Vandapun memegangi bahu Reval kaget.
Reval menahan kuat tubuhnya sendiri, bobotnya sudah bertambah karena dipegang Vanda. Tangan satunya mengambil helm dikepalanya lalu memasukkannya kedalam kepala mungil Vanda dengan sembarangan. Vanda berdesis didalam helm, masih setia memegangi bahu Reval, takut jika kapan saja motor itu akan jatuh.
Setelahnya Reval naik ke motornya kembali. "Pake helm biar aman." Ujarnya kemudian melajukan motornya menembus keheningan malam yang dingin.
Reval memakirkan motornya setelah sampai di warung kopi langganannya, tadi dia berada disana. Dan langsung pergi saat Vanda menelfon.
Suasananya masih ramai, apalagi banyak remaja yang nongkrong disana sambil merokok dan bermain gitar. Mereka berada di luar warung, sedangkan Reval memilih masuk kedalam. Menyembulkan meja bar ala-ala, dengan berbagai macam pesanan yang tertempel disana. Seperti mie goreng, mie rebus, bubur, roti bakar, jus, susu coklat panas dan semacamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The BadBoy Twins [COMPLETE]
Teen Fiction[BUKU 1] Rival dan Reval memang kembar, tapi Vanda jelas menentang kesamaan mereka. Dia bersikeras bahwa Rival berbeda dengan Reval. Meski kenyataan yang Vanda tidak bisa pungkiri adalah, keduanya sama-sama badboy kelas kakap. Cowok paling buruk sep...