TBBT #11

5.7K 471 10
                                    

"Nda, kalau gue suka elo gimana?" Tanya Reval lembut. Tidak biasanya suara Reval terdengar serius seperti ini. Membuat Vanda merasakan detakan aneh yang muncul dari sela-sela jantungnya. Bahkan dua kali lipat saat dia merasakan gugup ketika bertemu Rival.

Positif thinking! Mungkin ini hanya efek karena Vanda adalah seorang wanita yang wajar bila ada seorang lelaki mengutarakan suka padanya. Iya, mungkin hanya karena itu! Vanda tidak mau memikirkan kemungkinan lain.

Melihat Vanda tidak menjawab pertanyaan Reval. Cowok itu beralih menggenggam utuh tangan Vanda. Tangan yang berubah dingin dalam waktu sekian detik.

Vanda mengerjap sekali lagi, tidak adakah tempat untuknya kabur. Reval bahkan memandanginya dengan tatapan aneh. Tiba-tiba saja wajah gasruk yang selalu Vanda benci berubah menjadi damai. Dan senyuman Reval sedikit mampu membuat pipinya memanas.

Lagi-lagi melihat Vanda demikian, Reval lekas melepaskan genggamannya. Mengambil jarak yang cukup dekat dengan wajah Vanda lalu dengan kecepatan kilat, Reval menoel dahi Vanda dengan terbahak. Dalam sekejap saja rasa gugup yang mendera Vanda buyar saat Reval tertawa makin keras. 

"Tahan komok lo." Ejek Reval memegangi perutnya yang kram akibat terlalu keras tertawa.

Sadar akan hal itu Vanda segera bangkit dari duduknya lalu menendang tulang kaki kering milik Reval hingga cowok itu mengaduh.

"Gak lucu!" Vanda menggeram menahan amarah. Rasanya kesal sekali, Reval malam ini adalah seribu kalinya Reval yang biasa Vanda benci. "Lelucon lo gak mutu sama sekali." Tambahnya lekas membuang jaket navy yang tersampir dibahunya ke pangkuan Reval.

Saat Vanda hendak pergi meninggalkan Reval, cowok itu menahannya. Ia ikut bangkit, namun lagi-lagi Vanda mengelak dipegang Reval, gadis itu menghempas kuat-kuat tangannya hingga mengenai pinggang Reval. Membuat cowok itu mengaduh sekali lagi.

"Nda, ini yang gak lucu. Sakit!" Keluh Reval terduduk kembali di kursinya, menahan sekuat tenaga pinggangnya yang sama sekali tidak diperban. 

"Gak usah sok drama deh." Vanda melengos, malas dengan ekspresi menjijikkan Reval yang sok menahan sakit. Semakin kesal, Vandapun meninggalkan Reval sendirian.

"Agh gila. Kenceng juga itu tangan naboknya." Sambil terkekeh, dia memegangi pinggangnya yang mencuatkan sebercak darah. Reval menggenggam jaketnya saat kemudian membuka kaosnya lalu menyumpal darah itu dengan jaket untuk sementara. 

***

Hari ini minggu, dimana semua orang akan beristirahat di rumah. Tanpa ada gangguan apapun. Begitu juga dengan si kembar, hari ini mereka sedang menginap di rumah Dandi. Bundanya ditinggalkan dengan suster yang merawatnya karena sedang menjalankan rehab. Komplit dengan satpam dua orang, antisipasi sehingga tidak ada yang akan mencelakai bundanya.

"Kebo nungging." Celetuk Rival menyalakan TV di kamar yang biasa ia tempati bersama Reval. Ia barusaja melihat Reval tidur dengan tengkurap dan pantatnya naik keatas, sebut saja itu nungging.

Mendengar suara berisik, Reval segera mengganti posisi tidurnya lalu membuang bantalnya sembarangan. "Berisik lo Riv." Omelnya dibawah selimut.

Rival yang mendengar itu hanya menaikkan bahu lalu kembali fokus ke tontonannya.

"Ee buset, dua bulan gak ketemu ngapa gak ada perubahan." Dandi tiba-tiba masuk kedalam kamar mereka, membuat pemberontakan dadakan bagi Reval. Sebentar lagi akan ada perang. Rival yakin.

"Ini kalian gak mau bantuin gue masak di bawah. Pembantu gue lagi gak ada kan.- eh anak kebo bangun lo!" Dandi melempar bantal yang tadi dilempar Reval ke lantai.

The BadBoy Twins [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang