Bab 5

2.4K 111 0
                                    

Tolong jangan membentak, aku benci dibentak

-Dini-
Semua berproses dari hal kecil menjadi besar dari pendek menjadi panjang dari yang buruk menjadi baik, setiap makhluk mempunyai proses bukan? Proses pendewasaan, proses pendidikan, proses pertumbuhan, proses beradaptasi dan proses lainnya. Beberapa hari ini disibukan dengan datangnya persiapan ujian semester aku harus berjuang menumbuh suburkan nilaiku dengan cara yang halal. Seperti yang dikatakan pak Gurda bahwa 'nilai tidak menjamin masa depan kalian akan sukses, kejujuran kalianlah yang akan membuat kalian berada dideretan manusia-manusia berhasil suatu hari nanti' Aku selalu menanamkan prinsipku untuk berusaha jujur.

Sekolah seperti biasa dengan suasana ujian, semua sibuk memegang buku pelajaran. Entah mereka sedang belajar atau hanya pencitraan.

Aku berjalan menyusuri koridor sambil memegang kartu yang berwarna merah jambu, itu kartu pesertaku yang menyatakan bahwa aku berada di ruang 12.

"Diniiiiiiii"
Aku berbalik ke arah suara tersebut, itu Via. Via yang aku ceritakan dia satu kelompok denganku dan dia tidak datang.

"Apa?"

"Bareng ke kelasnya, kamu ruang 12 kan?"

"Iya"

Aku dan Via kembali berjalan semua mata yang duduk di pinggir koridor menatapku seolah aku dan Via model yang sedang manggung, mereka senyum.

"Kira-kira aku sekarang duduk sama siapa ya?"
Tambah Via di tengah perjalanan. Sekolahku setiap ujian semester selalu mengacak tempat duduk biasanya kelas IPS duduk dengan kelas IPA, begitulah setiap tahunnya.

"Gatau" Balasku

Aku sedang tidak mood akhir-akhir ini semua gara-gara kejadian Guntur.

"Tuuh ruang 12"
Via mengagetkan lamunanku dari Guntur.

"Iya yuu"

Suasana dalam kelas terasa asing, kelas IPS 1 dengan IPA 3.

Terlihat Vani sedang membaca buku di bangku barisan ke 3. Aku menghampirinya, di absen namaku dan Vani selalu bersebelahan. Namaku dulu baru namanya, otomatis bangkuku kalau tidak di depan Vani pasti di belakangnya.

"Hai Vani" Sapaku sembari memberikan senyuman semanis yang aku punya.

"Hai Din, kamu duduk di belakang aku tuh" Balasnya yang kemudian meletakan buku pelajaran yang dipegangnya.

"Oya?"
Benar. Bangkuku di belakang Vani, tertera di atas meja yang bertuliskan namaku dan nomber peserta.

Aku langsung meletakan ranselku yang kemudian mengambil buku pelajaran, hanya untuk mengulang hafalan yang semalam.

Sesekali aku bertanya pada Vani soal materi-materi yang aku tidak mengerti, dia menjelaskan dengan sedetail mungkin. Itulah yang aku sukai pada temanku ini, dia begitu pengertian. Aku kagum sama sosok Vani ini.

Pukul 07.20 WIB ujian akan segera dimulai, bel sudah dibunyikan sementara manusia-manusia belum juga sampai tujuan. Terlihat perbedaan kelasku dengan kelas IPS. Wanita-wanita kelasku sibuk mengulang memahami pelajaran sementara mereka sibuk dengan ponselnya, ya mungkin mereka sudah paham dan memahami pelajaran sehingga tidak harus belajar lagi.

Pengawas ujian sudah sampai di ruang 12. Vani duduk dengan seorang wanita dari kelas IPS, bedak dan lipstiknya begitu menggoda. Aku hanya menelan ludah ketika melihatnya. Semua murid sudah masuk ruangan, terkecuali manusia yang akan duduk di sampingku, dia belum datang.

Pengawas hari ini jadwalnya bu Elis. Bu Elis terkenal Guru yang selalu mengedepankan tata krama dan kebersihan. Terbukti dia selalu mengambil sampah setiap dia menemukan sampah di depannya. Dia guru teranggun di sekolah menurutku, selain itu dia juga salah satu guru favoritku, soalnya dia guru bahasa Indonesia ketika aku kelas 10.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang