Suara mesin mobil mendampingi perjalananku, hari ini adalah hari dimana aku akan berjuang untuk mengharumkan nama sekolah. Aku duduk di dekat pintu mobil, sengaja supaya semilir angin disetiap perjalanan bisa aku hirup dengan bebas, sedangkan di sampingku Vani yang sibuk memegang ponsel. Sementara kak Fathur duduk di depan bersama pak Gurda, pak Gurda yang mengantarkan kami ke tempat perlombaan.
Sesampainya di tempat perlombaan, mataku sibuk menjelajahi setiap sudut sekolah yang menjadi tuan rumah. SMA 1 Bogor merupakan sekolah yang terkenal di seluruh Indonesia karena kepintaran dan kebersihan, aku beberapa kali mengedipkan mataku gedung bertingkat sekolah ini sangat megah.
Ruangan lombaku berada di lantai dua bersama kak Fathur. Sedangkan ruangan Vani berada di lantai satu.
Perlombaan mulai pukul 09.00 WIB sedangkan sekarang pukul 08.20 WIB. Pak Gurda menemani Vani karena sendiri sementara aku dan kak Fathur. Karena perlombaan masih sekitar empat puluh menit lagi, sambil menunggu aku dan kak Fathur duduk di sebuah kursi depan ruangan lomba.
"Din"
"Iya kak?!"
"Guntur pacar kamu bukan?"
Ah, kenapa nanya itu coba, bikin mood ancur aja.
"Gatau kak"
Kak Fathur menyipitkan matanya saat menatapku.
"Ko gatau?"
"Iya kak"
"Kayanya Guntur suka banget sama kamu Din" katanya sambil tersenyum.
"Kamu juga suka kan sama Guntur?" Tanyanya lagi.
Aku membulatkan mataku, 'aku suka?'
"Kayanya ngga kak" Jawabku singkat. Mendadak hatiku terasa sakit.
••••
Setelah selesai mengerjakan soal olimpiade kami langsung pulang, di tengah perjalanan Vani, pak Gurda dan kak Fathur bercengkrama mereka saling timpal candaan aku hanya diam saja.
"Dini mabuk ya? Ko diem aja?" Kata pak Gurda sambil menyetir.
"Dini mabuk?" Kata Vani antusias.
"Ngga ko pak, Dini lagi mikirin soal biologi tadi" Jelasku berbohong. Pasalnya aku melamun bukan karena soal perlombaan tadi melainkan karena pertanyaan kak Fathur tadi.
'Kamu juga suka kan sama Guntur?'
Tidak mungkin aku menyukainya!
"Udah jangan dipikirin, serahin semuanya sama Allah" tegur pak Gurda.
Aku mengangguk.
••••
Pukul 17.15 kami sampai di sekolah, pak Gurda hanya bisa mengantarkan kami sampai sekolah saja.
Hari ini ayah sedang libur jadi aku dijemput ayah. Ayah sudah menungguku dari pukul 17.00 sekitar lima belas menit ia menungguku.
Aku menyalami pak Gurda, kemudian menghampiri ayah. Ayah tersenyum ke arah pak Gurda, sedangkan pak Gurda berjalan di belakangku untuk menemui ayah, aku juga tidak mengerti mengapa pak Gurda menghampiri ayah."Senang bisa ketemu lagi" Kata pak Gurda kemudian memeluk ayahku.
What?!
Ayah?!
••••
Aku sampai di rumah pukul 18.10 WIB karena menunggu pak Gurda dan ayah mengobol terlebih dahulu, aku sempat tidak percaya kalau mereka berteman saat SMA. Menurut cerita Ibu, ayah waktu SMA sangat bandel bahkan katanya pernah masuk penjara karena mengambil uang kakek, kakek melaporkannya ke polisi, cukup kejam memang, tapi aku setuju dengan kebijakan kakek untuk mendidik anaknya tersebut.
Saat aku bertanya sama ayah tentang untuk apa uang tersebut dia bilang 'ayah ketemu ibu-ibu pemulung yang lagi hamil di jalanan, pas ayah deketin dia malah pingsan. Ayah kaget dan langsung bawa ibu-ibu itu ke rumah sakit, terus kata dokter ibu-ibu itu harus dioprasi kalo mau selamat dua-duanya, ayah bingung. Jadi ayah ngambil uang kakek buat bayar biaya oprasinya' jelasnya padaku. Sungguh mulia ayahku ini.Mengenai pak Gurda, kata ayah dulu pak Gurda teman baiknya dia selalu ada disetiap ayah membutuhkannya dan begitu sebaliknya.
-oOo-
Ini diluar ekspetasi😭 kenapa aku nulis kaya gini, beda bgt sama apa yang bakalan aku rencanain😭Tapi, semoga ttp enjoy ya bacanya😃
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]