Anggi menatapku kemudian berjalan pelan mendekat, aku takut.
"Stop!"
Anggi terus saja mendekat, aku memejamkan mataku. Aku takut.
"Gue mau ngambil sapu, nyantai aja" Ucap Anggi, benar saja dia hanya ingin mengambil sapu yang berada di belakang pantas saja dia mendekat, ini benar-benar memalukan.
"Lo pacarnya Guntur?"
"Kata siapa?"
Sudah hampir 3 tahun aku sekelas dengan Anggi tapi baru kali ini aku diberi kesempatan untuk mengobrol, dia anti manusia seperti aku yang menurutnya sok suci dan munafik, begitulah dia menilaiku. Biarlah.
"Si Guntur bilang ke gue"
Anggi kemudian memasukan sampah yang dikumpulkannya ke tong sampah. Toilet Guru berada di belakang kantor, yang di sampingnya pohon besar yang lebat jadi Anggi disuruh membersihkan toilet selain di dalamnya di luarnya juga. Aku mengawasi Anggi di luar."Oh"
"Oh doang?"
"Terus?"
"Ternyata lo asik juga ya diajak ngobrol" dia terkekeh pelan sambil menatapku.
"Tapi sayang body lo ga semenarik Anita" Dia tertawa, aneh memang manusia yang menertawakan sesuatu yang menurutku tidak lucu sama sekali.
Aku mendengus kesal, bukan karena Anggi mengatakan tubuhku tidak menarik hanya saja aku kesal karena Anggi memerhatikan tubuhku.
"Oya soal gue nyium lo, gue minta maaf"
Aku diam.
"Gue tau gue salah"
Aku diam.
"Jadi gue minta maaf sedalam-dalamnya"
Aku diam.
"Jadi lo mau maafin gue ga? Gue harap si lo maafin gue, soalnya kalo ngga gue bakalan cium lo lagi"
Plak
Bola mataku melebar, aku menamparnya.
"Gue pantas dapet kaya gini"
"Kalo bukan karena aku disuruh ngawasin kamu di sini, aku bakalan pergi!" Ucapku dengan bernada tinggi.
"Iya"
Anggi menunduk dan kembali membersihkan toilet.
Sekitar lima belas menit kemudian Pembina Pramuka kembali dari shalat asharnya yang membuatku kegirangan, aku sudah gerah berduaan dengan manusia macam Anggi.
"Udah beres?" Tanya Pembina Pramuka itu padaku yang menatapnya malas.
"Kayanya belum pak"
"Yauda uda sore kalian pulang aja gih, tapi ingat Anggi kamis depan kamu jangan sampai bolos Pramuka lagi yah" Jelas Pembina Pramuka.
Aku hanya mengangguk pelan sementara Anggi hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun.
Pukul 17.00 WIB aku pulang, menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi hanya ada suara jangkrik yang aku dengar, semua siswa-siswi sudah pulang.
"Din"
Astagfirulloh.
Seseorang mengagetkan langkahku, dia Anggi dia berjalan di belakangku yang membuat aku mendengus kesal.
"Apa?"
"Gue cuma mau nawarin lo pulang bareng"
Aku terkekeh pelan.
"Kamu pikir aku bakalan mau?"
Jawabku sarkatis."Iya"
"Jadi cowo kePDan banget" aku berlalu dari hadapannya, kemudian berjalan setengah berlari ke gerbang sekolah.
Aku mengerutkan mataku, aku melihat Guntur sedang berdiri seorang diri di gerbang sekolah, yang aku yakini dia sedang menungguku.
Aku mempercepat langkahku, berharap aku akan lolos dari cengkraman Guntur.
Guntur membalikan posisi tubuhnya, dia mulai menangkapku sedang berjalan ke arahnya sebenarnya bukan ke arah Guntur hanya saja posisi Guntur sedang ada di gerbang dan aku harus melewati gerbang jika ingin keluar dari area sekolah.
"Lama banget, abis ngapain aja?" Tanyanya, dia mulai mengahampiriku namun langkahku enggan untuk berhenti, aku tidak mau berhadapan dengan dia.
"Kamu kenapa sih?" Tambahnya lagi. Posisiku sudah keluar dari area sekolah dan Guntur masih berdiri di dekat gerbang.
Aku menghela napas, setelah itu membalikan posisiku kepada Guntur.
"Aku mau pulang sendiri"
Pintaku pada Guntur, aku sedikit takut berbicara seperti itu bibir bawahku aku gigit, aku ragu tapi tak apalah yang terpenting aku terbebas dari dia.Dia menatapku, kemudian terkekeh pelan.
"Lagian siapa yang mau ngajak pulang bareng" cibir Guntur.
Aku membulatkan mataku, benar juga. Guntur tidak mengajak mengapa aku berkata demikian. Aduh.
Aku tersenyum getir ke arahnya, memalukan.
"Terus mau apa?" Tanyaku heran, setengah malu.
"Nih" Dia menyodorkan sebuah surat kecil yang tertutup rapi dengan prangko.
"Apa ini?"
"Bukanya di rumah aja, gih pulang"
Aku menerima pemberian dari Guntur dengan hati setengah curiga setengah penasaran.
"Yauda aku pulang ya"
"Iya"
Aku berlalu dari hadapannya dan langsung berlari ke tempat penunggu angkutan umum, hari ini aku sekolah tidak diantar ayah pun tidak membawa motor, ini atas inisiatifku sendiri aku hanya ingin berusaha menjadi manusia yang lebih mandiri lagi dengan tanpa menyusahkan orang lain meskipun itu orangtuaku sendiri. Kenapa aku tidak membawa motor, karena akhir-akhir ini motorku sering sekali mogok jadi aku hanya antisipasi saja takut mogok lagi, kan gawat.'Kenapa Guntur gak ngajak aku pulang bareng?' Pintaku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]