Bab 10 ( Part #1)

1.8K 102 0
                                        

"Tapi kamu jangan baper yaa"

-Dini-

Hari jumat penuh nikmat, sekolahku setiap hari jumat sering shalat jumat di sekolah bagi pria, dan perempuan materi dakwah dari ekskul ROHIS.

Kelas masih ramai, murid siswa mulai berkeliaran di lapangan. Aku melihat Guntur.

Dia memakai koko putih dibalut syal sejadah di lehernya. Kemudian dia mengeluarkan kaca mata hitam di saku celananya, dia memakai kaca mata hitam tersebut, setelah itu tangannya dia masukkan ke saku celana. Dia berjalan seolah dialah bosnya, di belakang terpampang teman-temannya yang berjejeran. Sampai suatu hari aku mengenal pria-pria teman Guntur. Arul dia berada di sebelah kanan Guntur, aku mengenal Arul karena dia pacarnya Sofi, Sofi adalah salah satu anggota PMR seangkatan denganku. Kemudian Rehan, dia berada di sebelah kiri Guntur, Rehan memakai topi berwarna hitam, matanya sipit dan ada tahi lalat di dekat bibirnya. Dua lagi temannya di barisan belakang, ada Adlin dia pria putih bertubuh kurus matanya belo, rambutnya lurus dibelah dua. Satu lagi namanya Fikri dia bertubuh besar, matanya sipit diselimuti pipinya yang bengkak, dia yang paling ramah diantara teman-teman Guntur menurut teman-teman kelasku.
Mereka adalah penghuni-penghuni buku pelanggaran sekolah, semenjak aku mengenal Guntur aku menjadi tahu sekriminal apa mereka.

Aku kembali menundukan kepalaku. Kemudian kembali memerhatikan pendakwah yang sedang menjelaskan di depan.

Setengah jam perempuan itu berdakwah aku lupa nama perempuan itu, dia adik kelasku.
Dia menjelaskan pentingnya seorang wanita menutup aurat.

"sebagai wanita beragama Islam kita diwajibkan untuk menutup aurat"

"Itu wajib, coba siapa yang di sekolah pake kerudung pas di luar, kerudungnya dicopot siapa?" Tambahnya lagi

"Sifa tuh.." Ucap Via

"Ia tuh, si Sifa" Tambah Lestari

"Gatau diri ya lo" Teriak Sifa

Semua tertawa mendengar perdebatan mereka, Sifa teman kelasku yang paling cantik dia anggota PASKIBRA tubuhnya semapai, kulitnya putih seperti orang luar negeri, hidungnya mancung ada tahi lalat di dekat bibirnya. Dia incaran para kaum adam, setiap hari pasti ada saja beberapa pria asing ke kelasku untuk mencari Sifa. Dia baik.

Pendakwah sesegera mungkin menutup ceramahnya karena siswa pria sudah selesai melaksanakan shalat jumat.

Aku melihat Guntur. Kenapa aku ketagihan untuk melihatnya lagi. Aku menundukan kepalaku, aku takut.

"Din yu shalat"

"Din"

"DINI!!"

Suaranya benar-benar menusuk celah lubang telingaku. Dasar Via.

"Iya hayu"

"Kamu kenapa sih dipanggil ganyaut-nyaut, bengong mulu" Ucapnya sarkatis

"Udah ah, hayu shalat"

Aku malas menjelaskan perasaan, biarkan semua mengalir dengan sendirinya. Aku bangkitkan tubuhku, kemudian mengambil alat shalat di ransel.

Aku dan Via berjalan menyusuri koridor.
Sampai mataku menemukan Guntur, beberapa hari ini dia tidak lagi menggangguku semenjak kejadian Jaya di ruang OSIS yang mengatakan bahwa dia murka dan aku disuruh menemuinya, aku tidak menemuinya jelas aku takut.

Dia sedang bermain gitar sambil bernyanyi bersama teman-temannya. Aku sedikit deg-deg-an langkahku mulai mendekat, tidak ada jalan untuk ke masjid kecuali melewati Guntur yang sedang asik bersama temannya.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang