Hari ini aku tidak langsung pulang, sekolah sudah memercayaiku jadi aku harus belajar ekstra untuk membanggakannya.
Aku menyusuri koridor sekolah, menjelajahi setiap sudut yang dipenuhi siswa-siswi yang berhamburan untuk pulang.
Mataku menangkap Guntur, dia sedang duduk di pinggir kelasnya. Dia melihatku, aku menunduk.
"Hai"
Suara itu menghentikan langkahku, kak Fathur berada tepat di sampingku aku tidak tahu dia muncul dari arah mana."Eh kakak"
"Kamu gabimbingan?"
"Bimbingan kak"
"Ko ini malah mau pulang"
"Ngga ko kak, pak Gurda nyuruh aku ke rumahnya"
"Oh" dia mangut-mangut.
"Boleh minta id line kamu"
Kak Fathur menyodorkan ponselnya, dia menyuruhku mengetikan id line milikku, tanpa pikir panjang aku langsung meraihnya dan mengetikannya.
"Ni kak"
"Oke"
****
Sesampainya di rumah pak Gurda, istrinya menyambutku dengan antusias, aku malah kebingungan dengan sikap istrinya itu.
"Eh uda makan belum?"
"Ibu buatin nasi goreng ya, atau mau apa sok sebutin aja nanti ibu bikinin" tambahnya
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Sungguh tidak enak diperlakukan seperti itu.
"Gausah bu gapapa ngerepotin" Kataku seramah mungkin.
"Ii jangan gitu dong, kamu harus nyobain masakan ibu" Dia memanyunkan bibirnya, aku tidak nyaman.
"Pisang bakar"
Seseorang tiba-tiba datang dengan ransel yang digendongnya, dia Guntur.Aku menatapnya, kemudian melihatnya dengan tatapan tajam.
Dia tersenyum kecil, melihatku memasang wajah kesal.
"Dini suka pisang bakar?"
"Iya bu. Hehe"
Guntur menghampiri kami yang sedang duduk di sofa, pak Gurda ternyata belum pulang dari sekolah katanya sedang ada rapat dadakan, itu kata ibunya Guntur eh maksudnya istrinya pak Gurda.
Guntur menyalami ibunya kemudian dia masuk ke sebuah ruangan yang aku rasa itu adalah kamarnya.
"Ibu bikinin pisang bakar ya"
"Eh gausah bu"
"Gapapa"
"Yauda Dini bantuin ya" ucapku sambi tersenyum kearahnya.
"Aaaa ibu seneng banget yauda ayo" ucapnya antusias.
Kami beradu argumen sambil memasak, ibu acap kali bertingkah konyol yang membuat perutku sakit karena tertawaan yang terlalu hebat.
"Guntur pernah ibu dandanin gara-gara saking pengennya punya anak cewek"
"Oya?" Aku masih terpingkal-pingkal dengan ceritanya.
"Iya, tetangga-tetangga ibu ngira dia anak perempuan soalnya dia kalo didandanin cantik banget"
"Ibu punya fotonya, mau liat?" Tambahnya.
Aku mengangguk.
Rasanya baru beberapa jam bersama istrinya pak Gurda tapi aku merasa mengenalnya sudah cukup lama, dia ternyata tidak seperti apa yang aku pikirkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]