Bab 14 ( Part #6 )

1.2K 66 0
                                    


Hembusan angin mengalun merdu membelai kulitku. Hari ini hari yang ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi SMA Harapan Bangsa.

Sebuah panggung besar berada di tengah lapangan. Sementara di depan samping kiri panggung ada bazar makanan dan sebelah kanan bazar aksesoris kelas 12.

Semua siswa-siswi menempati kursi yang telah disiapkan, termasuk para dewan guru beserta staf, ada juga tempat untuk tamu undangan.

Aku duduk di depan kantor, mataku menjelajahi setiap sudut lapangan yang dipenuhi manusia seperti lautan. Seluruh pengurus OSIS bekerja sesuai bidang yang sudah ditentukan, aku terkekeh melihat Jaya memungut sampah yang tergeletak di lapangan.

Guntur mana ya?

Tunggu dulu? Tadi aku mencarinya?

"Din"

Aku menoleh.

"Eh kak Fathur" kataku tersenyum.

Dia duduk di sampingku.

"Kamu ko diem di sini?"

"Iya kak, aku cuma ngawasin doang" kataku menunduk.

Guntur dimana?

"Jaya ko mungut-mungutin sampah?" tanyanya, aku hanya tersenyum puas.

"Dia seksi kebersihan kak"

"Oya? Ko bisa?"

"Iya kak, dia milih aku buat jadi ketua pelaksana. Terus aku milih dia buat jadi seksi kebersihan" Kataku puas.

"Dasar"
Kak Fathur menatapku sambil tersenyum.

"Yauda kak, aku mau meriksa yang jaga gerbang dulu ya" kataku kemudian mengangkatkan tubuhku setelah itu meninggalkan kak Fathur yang masih duduk di depan kantor.

Sudah seminggu Guntur tidak menemuiku, dia juga tidak mengirimi aku pesan. Semenjak pulang dari perlombaan olimpiade Guntur seperti menghindar, aku selalu menangkapnya berduaan dengan Anita, membuat hatiku ditusuknya dalam-dalam.

Aku harap hari ini Guntur menemuiku.

Sesampainya di depan gerbang aku menemui Andi dan Lia yang sedang berjaga.

"Kalian liat Guntur?"

Bodoh! Ada apa dengan aku? Kenapa aku harus mencarinya?!

"Kak Guntur yang anaknya pak Gurda bukan kak?" Kata Andi

Aku mengangguk.

"Tadi saya liat dia keluar sama kak Riska kak" Tambahnya.

Aku menyipitkan mataku, kak Riska?

"Oh yaudah makasih ya"

"Iya kak"

••••

Pementasan drama 'Maling kudang' sedang berlangsung. Aku duduk di bangku depan kantor bersama pengurus OSIS lainnya.

Setelah pementasan drama dari ekskul teater dilanjutkan oleh pementasan grup musik. Semua siswa berhamburan ke depan panggung, mereka melambai-lambaikan tangannya sambil bernyanyi.

Guntur kenapa?

Keramaian hanya membuat hatiku semakin tidak tenang, aku memutuskan untuk ke kantin, berharap bertemu dengan Guntur.

Sayangnya Tuhan bekata lain, Guntur tidak ada di kantin. Bukankah sudah jelas kalau Guntur keluar sekolah bersama kak Riska, mengapa aku mencarinya di sekolah.

Aku membeli sebotol air mineral kemudian kembali ke acara di lapangan.

Guntur?

Aku membenci diriku sendiri, mengapa aku terus-menerus mengharapkan dan mencarinya.

Apa salah aku?

"Kak"

Seseorang mengagetkanku.

"Eh Lia, ada apa?"

"Kak Perdi nyariin kakak"

"Di mana dia sekarang?" Tanyaku.

"Di ruang OSIS kak"

"Oke"

Aku berjalan menyusuri koridor kelas IPS, sempat terpikir kalau 'Guntur ada di kelasnya' tapi setelah memeriksa hasilnya hanya membuat hati terluka.

••••

Sudah dua minggu aku tidak bertemu dengannya, awalnya aku berpikir akan lebih baik jika aku tidak lagi berhubungan dengan Guntur, namun semakin hari, semakin terlukalah hati kecil yang berada di tubuhku ini.

Dua minggu ini aku habiskan dengan mencarinya, memberanikan diri untuk ke kelasnya, memberanikan diri untuk ke rumahnya, namun Guntur tidak mau menemuiku. Berbagai alasan aku dapatkan, katanya 'Guntur lagi gaada di rumah' dan 'Guntur baru aja ke kantin' kemudian dengan bodohnya aku pergi ke kantin, hasilnya Guntur tidak ada di tempat itu. Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan sehingga dia bersikap seperti ini?

Aku menangis sejadi-jadinya di dalam kamar, ibu dan ayah sedang berkunjung ke rumah kakakku di Bandung, jadi aku bisa leluasa mengeluarkan tumpahan rasaku.

Guntur kenapa kamu gini?

Kamu jahat Tur!

Kamu jahat!

••••

Satu bulan berlalu begitu saja, waktu mampu membuat aku mempelajari banyak hal mengenai manusia di bumi ini. Pemikiranku mengenai Guntur ternyata salah, Guntur tetaplah Guntur. Pria kriminal yang tidak tahu malu dan jahat.

Aku salah dan terlalu bodoh malah menaruh hati padanya, seharusnya aku bisa melawan penipuan yang ia berikan.

"Din"

"Iya?"

"Liat itu"

Aku dan Vani berada di kantin, Vani memperlihatkan Guntur yang sedang makan dengan kak Riska. Rasanya panas sekali, kemarin aku melihatnya membonceng Anita sekarang dia dengan kak Riska?

Seharusnya dari awal aku sudah tahu perasaanku sedang dipermainkan olehnya.

"Ke kelas yu Van" kataku pelan, serasa ada penghambat di tenggorokanku.

Vani mengangguk.

Tuhan, mengapa engkau kirimkan dia untuk menjadi cinta pertama.

Tuhan, siapa yang salah? Aku? Aku yang bodoh? Tuhan rasanya sakit sekali, mengapa ia tinggalkan aku begitu saja tanpa memberi tahu penjelasan?

Tuhan, apa aku harus menyalahkan mu karena sudah mentakdirkanku seperti ini? Tuhan aku mohon tolong.

Sesak, Tuhan. Sesak.

"Kamu gapapa Din?"

"Gapapa ko hehe" Kataku tersenyum.

Dini kamu munafik!

-oOo-
😥👋

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang