Bab 15 ( Part #2 )

1.2K 63 0
                                    

     Hari ini aku tidak sekolah karena demam. Beberapa kali ibu bertanya 'kenapa?' Gara-gara kemarin sepulang sekolah aku menangis, aku hanya menjawabnya dengan diam. Seluruh pengurus PMR pun beberapa kali menghubungiku, sepertinya mereka melihatku berlari sambil menangis setelah berbicara dengan Guntur. Aku tidak menjawabnya, aku hanya butuh sendiri dan tidak mau diganggu.

     Setelah Ibu memberikan obat untukku, ia langsung bergegas pergi karena aku yang meminta, sudah aku katakan dari awal kalau aku ingin sendiri.

Aku hanya ingin terus menulis untukmu meskipun kehilangan tokoh utama yang kamu perankan.

Aku kehilangan kamu Guntur, aku berniat untuk membencimu tapi aku tidak bisa. Aku benar-benar bodoh Guntur, kamu yang buat aku bodoh.

Baiklah aku bakalan lupain kamu Guntur. Terima kasih atas rasa yang kamu berikan selama ini, semoga kamu bahagia.

                                                    Dini

••••

       Selama tiga hari aku mengistirahatkan pikiran dan hatiku yang membuat kesehatanku menurun. Sekolahku tetap sama dengan suasana dan lingkungan yang sama seperti biasa.

"Din"

"Eh Vani"

"Kamu udah baikan?"

"Alhamdulilah Van mendingan" kataku senyum.

"Kamu udah tau belum?"

"Udah tau apa?"

"Hm, kayanya kamu belum tau ya" katanya menunduk.

"Maksudnya apa sih Van?"

"Waktu kamu sakit, Guntur pindah sekolah"

HAH?

"Serius?"

"Iya, dia pindah lagi ke Jakarta" katanya menunduk.

Apa aku harus senang? Kalau aku dan Guntur tidak satu sekolah lagi mungkin hidup aku bakalan kaya semula.

Tapi.

Hati gak bisa semunafik mulut.

"Bagus deh" Jawabku singkat. Aku kemudian melanjutkan langkahku, setiap langkahnya seolah menusuk hati. Aku berhenti, kemudian berjalan lagi.

Guntur

    Sesampainya di kelas, Vani langsung heboh bercerita mengenai Guntur yang pindah aku hanya diam saja.

"Din, Guntur gak ngehubungi kamu dulu kalo dia mau pindah?"

Aku menggeleng.

"Guntur keterlaluan banget sih, padahalkan dia tau kalo kamu sakit gara-gara dia"

Aku membulatkan mataku.

"Guntur tau dari mana aku sakit?" Tanyaku heran.

"Hehe aku yang bilang ke dia" jawabnya seolah tidak berdosa.

Aku mendengus kesal.

"Tapi Guntur nanya kabar kamu ko tau"

"Udah ah. Aku gapeduli dia mau pindah atau ngga, bukan urusan aku"

"Tapi kamu penasaran kan kenapa Guntur nyampe pindah?" Katanya menggoda.

Via benar, aku tidak bisa munafik. Aku penasaran kenapa Guntur sampai pindah sekolah.

"Kenapa emang?" Tanyaku

"Gatau, pas aku tanya dia gak jawab. Haha"

Aku mendelik kesal.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang