Aku membukakan mataku yang perih karena banyak mengeluarkan air mata.
Hari ke dua di Jakarta.
Aku memutuskan untuk tinggal beberapa hari di Jakarta, merenungkan beberapa hal sampai aku mampu menerima kenyataan dan berani untuk menemuinya di pemakaman, kemarin aku hanya mampu memastikan tidak sampai benar-benar dekat dengannya, hatiku sangat tidak sanggup menerima apa yang sudah Tuhan kehendak.Aku memutuskan untuk kembali membaca buku pemberian Guntur.
"Pagi Din"
"Entah, saat aku menulis ini aku merasa sedih. Kamu lagi sedih? Senyumlah Din, kamu inget kan aku sampai jauh-jauh ke rumahmu waktu itu karena pengen ngeliat senyum kamu"
Bagaimana aku bisa tersenyum, kenyataan membawamu pergi dari hidupku. Air mataku semakin deras. Sudah-sudah, bagaimana aku akan menyelesaikan tulisan Guntur kalau aku menangis terus.
"Hati aku ngerasa tidak enak Din. Sepertinya kamu sudah tahu ya? Maafin aku Din"
Aku tidak butuh maaf kamu! Aku hanya butuh kamu sekarang.
"Aku akan banyak minta maaf ke kamu Din, tolong mengertilah. Sebenarnya saat aku tahu kamu suka ke aku, aku langsung berniat buat nemuin kamu. Seperti apa yang aku bilang sebelumnya, sesuatu terjadi, sebuah mobil truk tiba-tiba datang dengan kecepatan tinggi dan menabrakku"
Kenapa kamu tidak memberi tahu aku Guntur? Kenapa kamu tega sekali sama aku?
"Sebelum aku koma, aku nyuruh ayah ngerahasiain semuanya dari kamu, aku tidak sanggup kalau kamu sedih, maafin aku Din"
AKU BILANG AKU TIDAK BUTUH MAAF KAMU GUNTUR!
"Tolong berhenti menangis, aku memang salah, tapi mengertilah"
Aku tidak akan pernah bisa mengerti Guntur, kamu egois.
"Kata ayah aku koma selama satu minggu, waktu itu aku langsung nyari kamu Din. Tapi kamu gak ada, sedih rasanya"
Kalau saja aku tahu, aku akan menemani kamu Guntur sampai kamu siuman. Kamu benar-benar jahat Guntur.
"Aku mau ketemu kamu Din, aku takut tidak bisa ketemu kamu lagi. Aku meminta ayah supaya ayah mau ngizinin aku keluar buat nemuin kamu, tapi tentunya ayah nolak. Sampai akhirnya aku bilang ke Ibu, kalau aku pengen ketemu sama kamu Din, seorang ibu tidak akan tega melihat anaknya sedihkan? Ibu ngizinin aku buat nemuin kamu, tapi ayah bersih keras melarangku. Aku meminta ibu merayu ayah dan akhirnya ayah ngizinin deh. Dalam keadaan tubuhku diperban dan sebuah selang impusan di tangan aku ke Bogor Din, seneng banget rasanya. Selama perjalanan aku menulis di buku ini Din, berharap suatu hari nanti kamu akan membacanya"
Kamu ke Bogor dalam keadaan seperti itu? Kamu kira jarak antara Jakarta dan Bogor sedekat hidung dan mulut?!
"Sekitar pukul 11.00 WIB aku sampai, aku langsung ke sekolah Din, karena aku tahu kamu pasti di sekolah"
Ko aku ga liat kamu?!
"Aku nunggu di parkiran deket masjid Din, aku tahu aku bakalan ngeliat kamu di sini, aku nunggu nyampe pukul 12 dan akhirnya aku liat kamu, aku di dalam mobil Din, andai kondisiku tidak seperti ini aku pasti bakalan nemuin kamu. Aku ngeliat kamu bersama kak Fathur, kalo kamu bilang aku biasa saja, itu salah besar Din. Aku cemburu, tapi aku bisa apa?"
Kamu tega Guntur, kamu tega, kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?!
"Bisa ngeliat kamu senyum dan mastiin kamu baik-baik aja sudah cukup buat aku ninggalin kamu"
KAMU JAHAT GUNTUR! KAMU JAHAT!
"Aku mohon jangan menangis, tetaplah menjadi Dini yang aku kenal yang selalu perhatian dengan sikap cueknya"
Bagaimana bisa aku menjadi apa yang kamu inginkan, sementara akulah yang menyebabkan kamu seperti ini. Akulah yang jahat, kalau saja waktu itu kamu tidak tahu kalau aku membalas rasa cintamu, mungkin saat ini kamu masih berada di sampingku.
"Berhenti menyalahkan diri sendiri Din! Kamu tidak salah, ini semua sudah takdir Tuhan. Aku ikhlas Din, Aku tidak menyesalinya, aku sungguh bahagia mengetahui kamu mencintai aku. Itu berarti aku cinta pertamamu? Itu anugerah Tuhan yang luar biasa yang dia berikan selama hidupku. Aku senang Din"
"Din"
"Kak, dia ninggalin aku kak, dia ninggalin aku" kataku kemudian memeluk kak Fathur.
"Dia jahat kak, dia jahat"
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Ficção AdolescenteCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]