Bab 14 ( Part #2 )

1.4K 69 0
                                        

Hari pertama mempersiapkan acara memperingati hari SMA Harapan Bangsa tidaklah mudah, setelah pak Gurda tahu bahwa aku yang menjadi ketua pelaksana dalam acara tersebut aku malah kena omelannya.

"Kamu seharusnya fokus buat lomba!" Jelasnya

"Iya pak maaf" kataku memelas

Semua mata tertuju padaku, membuat aku tidak bisa bergerak.

"Kamu dipilih? Atau mau sendiri?"

Ogah banget mau sendiri!

"Dipilih pak"
Pak Gurda tampak beberapa kali menarik napasnya, menahannya lalu menghembuskannya.

"Jangan so kuat kalo merasa terbebani mending mundur" jelasnya lagi.

"IngsaAllah Dini kuat" jawabku semangat, aku hanya tidak mau menjadi manusia yang lemah, hanya dibebani dengan kegiatan sekolah saja sudah mengeluh bukan aku sama sekali kalau seperti itu.

Pak Gurda menyunggingkan bibirnya, membuat sebuah lukisan senyum yang menawan.

"Yauda bapak percaya sama Dini" Katanya sambil memberikan buku paket olimpiade Biologi.

•••••

Di kelas.

Teman-teman kelasku selalu membuat sebuah keributan, beradu mulut, bertingkah konyol dan bergosip. Aku hari ini berada diantara manusia-manusia yang sedang bergosip, mereka duduk di depanku, sebenarnya aku benci sekali dengan orang yang membicarakan orang lain di belakangnya, tapi aku harus bagaimana sekalipun pura-pura tidak mendengar, tetap saja terdengar.

"Eh Din" Amel memanggilku.

"Iya?"

"Emang si Anita itu udah jadian sama Anggi?" Tanyanya

Grup penggosip ini terdiri dari Amel, Laelul, Tya, Lestari dan Siti.

"Ko nanya ke aku?" Jawabku heran

"Dikira tau" pintanya menuduk.

Aku memalingkan tatapanku dari grup penggosip kemudian menatap Anggi di bangku pojok pria. Dia sedang tertidur pulas dengan jaket di kepalanya, aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku.

"ANGGIII!"

Brug

Kotak pensil dari bangku depan mengarah pada Anggi dan mendarat di kepalanya. Anggi bangun dari tidur lelapnya, mengucek-ngucek mata dan wajahnya. Kemudian ia menatap tajam arah benda yang telah membuatnya terbangun. Itu Sifa.

"Naon si!" (apaan si)

"Lo ngambil penggaris gue bege!"
Kesalnya.

"Fitnah!"

Begitulah Anggi selain pulpen yang ia ambil, penggaris, penghapus, pensil, tip-ex dan lainnya juga kecuali uang dan benda berharga, katanya Anggi akan menjual barang-barang tersebut dan uangnya akan disumbangkan ke kotak infak sekolah.

"Ngaku sia?!" Sifa kalau sudah amarahnya meluap keluarlah kata-kata hutannya.

"Ey fitnah lebih kejam daripada diperkosa!" Elaknya

Semua mata teman-teman kelasku terpusat pada Anggi dan Sifa yang sedang adu mulut.

"Najis!"

"Balikin gue mau ngerjain ekonomi!" Tambah Sifa

"Udah gue sumbangin" kata Anggi sambil memasukan earphone ke telinganya.

"Tai! Lain kali gue yang bakalan nyumbangi manusia kaya lo, dasar copet!" Teriak Sifa, Vani yang berada dekat dengan Sifa mencoba menenangkan emosinya, merangkulnya dan menyuruhnya untuk minum dan duduk.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang