Bab 14 ( Part #7)

1.2K 66 0
                                    

Dua bulan berlalu, semakin hari semakin menyakitkan luka yang Guntur goreskan.

Bodoh rasanya hanya karena cinta membuat seseorang menjadi berubah. Aku yang selalu menganggap remeh persoalan cinta, akhirnya terbunuh dengan ucapanku sendiri, aku selalu berpikir mengenai rasa dan menyimpulkan bahwa aku hanya mencintai Tuhanku dan orangtua.

Aku tetaplah manusia dan wanita.

Keadaanku semakin hari semakin memburuk, sempat aku berpikir kalau aku dirasuki oleh jin suruhan Guntur.

Guntur jahat!

Beberapa hari yang lalu aku sempat pingsan saat upacara, aku tidak peduli dengan kesehatanku yang aku inginkan hanyalah Guntur.

Aku bodoh!

Guntur, tidakkah kamu merindukan aku?
Aku rindu, kenapa kamu berubah Tur, kenapa?

Kamu hebat Tur, kamu mampu membuatku menjadi manusia yang gila karena cinta. Kamu hebat!

"Din"

Aku menoleh.

"Pulang sekolah disuruh, diem dulu di kelas katanya" kata Amel memberitahu.

"Mau apa?"

"Gatau, disuruh Guntur"

Deg!

Guntur?

Amel kemudian berlalu dari hadapanku.

Tidakkah ada sesuatu hal yang lebih bermakna dari kata Guntur.

Hebat!

Sepanjang pelajaran aku senyum-senyum sendiri, aku tidak peduli Via berpikiran apapun tentang aku yang tiba-tiba berubah drastis, hanya karena akan bertemu Guntur.

Bel pertanda berakhirnya pelajaran sudah dibunyikan, aku beberapa kali menarik dan menghembuskan napasku, sedikit cemas dan senang hari ini Guntur akan menemuiku.

Semua teman kelasku berhamburan keluar, aku masih duduk kaku seorang diri.

Satu jam beralalu, Guntur tidak kunjung datang.

Amel gamungkin bohongin aku!

Aku hanya harus lebih sabar lagi.

Dua jam berlalu, sudah pukul 16.30 WIB.

Kamu pasti dateng
Guntur pasti nemuin aku.

Aku menundukan kepalaku, sebutir air jatuh dari area mataku.

"Din"

Aku menoleh.

GUNTUR?

"Gue kira lo udah pulang"

Kenapa Guntur kembali manggil 'lo gue'

Aduh Din, gapenting! Yang penting sekarang Guntur nemuin kamu!

"Guntur" kataku memberanikan diri.

Guntur menatapku, dia berdiri di dekat pintu.

"Maafin aku" kataku lagi.

Guntur diam membeku.

"Gue dateng ke sini mau klarifikasi hubangan lo sama gue"

"Gue capek denger, temen-temen lo aduin kondisi lo ke gue"

Aku diam menatapnya.

"Gue nunggu lo putusin gue, tapi lo malah tetep bertahan"

"Eh emang kita pacaran ya?"

Aku diam.

"Dulu, gue nembak lo cuman becandaan kan?"

Guntur jahat!

"Yauda takutnya kita salah paham, gue mau akhiri hubungan gue sama lo"

Aku menghampirinya, Guntur menatapku.

Plakk!

Tangan Guntur memegang pipinya, dia masih menatapku.

Napasku terengah-engah, terasa dijatuhkan di tebing dan masuk ke jurang. Aku berlari meninggalkannya, tetes demi tetes air mataku akan menjadi sebuah saksi kesakitan yang aku alami saat ini.

Tuhan katamu cinta itu indah, tapi kenapa tidak dengan aku. Saat aku merasaakannya, mengapa dia tinggalkan?

Tuhan apa benar aku harus menyalahkan takirmu? Takdirmu yang membuat hatiku sangat sakit. Tuhan, aku sakit.

•••••

Guntur,

Banyak hari yang aku lalui tanpa bersamamu. Satu minggu yang lalu kamu kembali menampakan wajah yang dulu aku takutkan dan sekarang malah aku rindukan.

Dua bulan lebih sudah tidak lagi kulihat pesan mu masuk ke dalam ponselku. Sedang apa kamu?
Guntur, ibuku yang sering kamu panggil selingkuhan menanyakan kamu. Aku harus menjawab apa? Kabarmu saja aku tidak tahu.

Guntur, aku rindu.
Kembalilah.

Aku tidak akan menyianykakanmu lagi.

Janji.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang