Selesai upacara aku kembali ke kelas, kelas masih dalam keadaan diselimuti kegaduhan sehabis upacara.
"Woy gantian dong!" sentak Lailul pada Anggi. Anggi salah satu teman kelasku, dia juga termasuk siswa yang selalu melanggar aturan, menurut para guru Anggi sengaja di tempatkan di kelasku supaya dia ikut kebawa rajin dan patuh terhadap aturan sekolah, ya memang dasarnya manusia sekeras apapun kita menceramahi kalau memang pada dasarnya dia sendiri tidak mau berubah apa yang harus dikata? Biarlah, bagaimana pun dia teman kelasku. Dia hanya pemalas dan suka main game itu penyebab dia suka terlambat menurut penelitianku selama sekelas dengannya.
Lailul mendengus kesal, dia tidak rela membagi kipas anginnya dengan Anggi. Di kelas tidak ada AC jadi sehabis upacara seperti ini bukan hal yang tidak biasa jika teman-teman sekelasku berebut untuk mendekati Si kipas angin.
"Giii gantian napa, kita juga sama panas" Tambah lestari yang berada di belakang Anggi.
"Giii!" Sentak Lailul
"Woo santai santai" Anggi kembali ke tempat duduknya yang di pojok, menurutnya posisi belajar yang paling nikmat adalah di pojok dengan dia duduk di pojok dia bisa tidur, bermain game, dan menonton film. Aku juga tidak tahu film apa, yang jelas kadang segerombolan teman pria kelasku sering berkumpul di bangkunya Anggi untuk menonton filmnya.
"Nggi ada yang baru ga?" Kata Malik sambil menghampiri tempat duduknya.
"Bentar, gue cek dulu"
"Eh ada nih, gue baru download kemarin, mantap" Tambahnya lagi sambil mengacungkan jempolnya.
Malik kemudian duduk di sebelah bangku Anggi.
"Woy Anggi punya film baru" Teriak malik kepada yang lain, kemudian segerombol pria mulai menghampiri mereka.
"Mantap"
"Anjrt gede banget"
"Aaaahh"
"Gede banget bro mantap"
Teman pria di kelasku setiap harinya seperti itu jika Anggi masuk sekolah dan ada di kelas. Bahkan Priatna pun yang notabenya peraih peringkat pertama kadang-kadang ikut bergabung, kecuali Irpan. Irpan manusia kutu buku dan pendiam, dia anggota ROHIS dan selalu kena bulinya Anggi dan Malik jika di kelas. Irpan berambut keriting yang dicepak, setiap kali Irpan berpapasan dengan Anggi, ada saja yang Anggi ucapkan untuk membuli Irpan, dan selalu saja menimbulkan kegaduhan di kelas.
Aku hanya melihatnya sekilas, kemudian melanjutkan membaca buku yang diperintahkan Pak Gurda, kebetulan hari ini pak Gurda tidak masuk karena sakit.
"Woy kerjain LKS halaman 25 nyampe essay dikumpulin katanya" Teriak Vani yang baru saja datang dari kantor dengan membawa berita yang membuat manusia-manusia kelasku mendengus kesal.
Tia mengebrakan mejanya karena kalah dalam permainan ludo, akhir-akhir ini siswa-siswi di kelas maupun luar kelas sekolahku sedang demam bermain ludo, jika kalah dalam permainan tersebut maka ia harus menuruti tantangan dari Sang pemenang.
Aku kemudian menundukan kepalaku.
'Mulai sekarang kita jadian'
Kalimat yang diucapkan Guntur dua hari yang lalu masih menghantui jalan pikiranku, sejak dia mengatakan hal tersebut aku tidak lagi bertemu dengannya, sepertinya aku harus bertemu dan menanyakan maksud kenapa dia berbicara seperti itu. Sejak kejadian Doni dan Guntur ribut juga pikiranku diselimuti dengan keributan pertanyaan dan pernyataan teman-teman sekolah yang mengatakan hal buruk tentang aku.
Pukul 09.45 bel pertanda istirahat pertama sudah dibunyikan, semua siswa-siswi keluar dari kelasnya masing-masing.
Hari ini aku harus bertemu dengan Guntur. Aku melangkahkan kakiku untuk keluar dari kelas, berdiam diri sejenak di ambang pintu untuk melihat sekeliling sekolah, siapa tahu ada Guntur.
Akhirnya bola mataku sampai di wajahnya. Aku melihat Guntur sedang bermain gitar bersama teman-temannya di depan kelasnya.
Aku bermaksud menemuinya, namun hatiku tidak karuan bergetar, aku tidak tahan.
"Kak"
Seseorang memanggilku, baru saja aku melangkahkan satu langkah aku kembali menemukan suara yang sudah tidak asing lagi bagiku, dia Doni.
"Iya?"
"Nih"
Dia menyodorkan sebuah kotak yang diselimuti oleh kertas berwarna merah jambu bergambar bunga-bunga."Apa ini?"
Tanyaku heran."Buat kakak"
"Saya hari ini ngga ulang tahun" Jelasku, dia diam dengan senyum yang masih mengembang.
"Nih" Tambahnya lagi.
"Dalam rangka apa?"
Dia terkekeh pelan.
"Terima aja kali kak, nanya mulu bukan bom ini"Aku menurut, aku menerima pemberian Doni yang jelas aku ingin sekali menolaknya tapi aku tidak tega.
Doni masih di hadapanku, senyumnya masih mengembang.
"Yauda gue, eh aku ke sana dulu ya kak" Tambahnya lagi
Dia berlalu dari hadapanku, aku kembali ke rencana awal bahwa aku bakalan menghadap Guntur hari ini.
Aku meletakan pemberian Doni ke dalam ransel.
-oOo-
Tada...
Aaaa ko makin gaje ya😭
Minta vote, kritik, dan saran ya😊😊😊

KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]