Guntur,Boleh aku mengeluh? Dua bulan berlalu begitu saja, setelah apa yang sudah kamu lakukan kamu pergi begitu saja, dengan mudahnya kamu menganggap semua ini becandaan?! Tidak lucu Guntur! Bukankah kamu yang memulai? Iya, aku tahu seharusnya aku harus lebih pintar lagi menyimpulkan segala perhatian sehingga tidak terjebak dalam belenggu penyesalan.
Guntur, apa kabar? Baik? Semoga baik itulah yang selalu aku pintakan pada Tuhan.
Terakhir kali kita mengobrol hanya menyakitkan, Oya kamu bilang teman-temanku ngadu soal keadaanku karena ditinggalkan ya? Dulu, setiap kali aku merasa sakit kamu selalu sigap dengan kalimatmu 'kenapa?' Dan aku menjawabnya 'gapapa' kamu benar Guntur, ini mungkin salah aku sendiri. Tuhan adilkan?
Guntur, aku hanya berharap kamu nyapa aku lagi, perhatiin aku lagi, becandain aku lagi, khawatirin aku lagi, selalu ada buat aku lagi. Itu saja.
Aku egoiskan? Setelah apa yang sudah aku lakuin ke kamu, aku malah tidak tahu diri kalau manusia juga bisa lelah. Kamu capek Guntur? Kamu capek ngejar aku?Maafin aku Guntur.
Tolong kembali..••••
"Pagi Din"
"Pagi juga Vi"
Setelah Via meletakan ranselnya, Via membulatkan matanya lebar-lebar dia memerhatikan lekat-lekat wajahku.
"Kamu baik-baik aja kan Din?" Tanyanya
"Gapapa"
Via menatapku dalam-dalam.
"Yaampun, mata kamu bengkak banget"
Via merangkul bahuku, aku kemudian menatapnya.
"Rasanya perih Vi"
Tidak terasa isak tangis kembali mengalun, aku tidak tahan lagi, dan bingung harus berbuat apa.
Via mendekapkan tubuhnya padaku."Kalo gakuat buat cerita gapapa" Katanya.
Aku hanya bisa menangis dipelukan Via tanpa bicara sepatah katapun, hanya isak tangis yang terdengar.
Sekolah adalah tempat mengadu bagi hati yang kelabu.
Mengapa aku menjadi manusia bodoh seperti ini. Mengapa air mataku tidak kunjung reda, mengapa rasa sakitnya tidak kunjung hilang.
Aku hanya butuh penjelasanmu Guntur.
"Vi kenapa dia kaya gitu ke aku?!"
"Aku salah apa Vi?!"
Via melepaskan pelukannya, lalu menatapku.
"Guntur?" Tanyanya
Aku mengangguk.
Via memang sudah tahu tentang hubungan aku sama Guntur yang tiba-tiba kandas tanpa sebab akibat.
"Udah Din, kamu lupain aja Guntur, dia gabaik buat kamu Din, buktinya dia ninggalin kamu gitu aja" Jelasnya
"Tidak semudah itu Vi. Aku udah berusaha melupakan banyak momen tapi semakin ke sini semakin terasa mustahil untuk dilupakan"
"Kalau kamu bilang mustahil berarti kamu ngga berusaha apa-apa"
"Aku berusaha"
"Tapi hati kamu ga ikhlas buat ngelupain semuanya, iya kan?"
Aku menunduk membenarkan perkataan Via barusan.
Disisi lain aku berusaha melupakan pria jahat itu, tapi ada sisi lain yang bilang untuk apa melupakannya? Karena aku yakin dia akan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Dla nastolatkówCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]