'Sekolah adalah rumah ke dua' kalimat itu sudah basi di telingaku. Hari ini seluruh pengurus OSIS akan mengadakan rapat tentang masalah kenakalan ramaja yang terjadi minggu ini di SMA Harapan Bangsa.
Seminggu yang lalu, salah satu siswa dan siswi sekolahku ketahuan sedang berduaan di dalam toilet yang menimbulkan kegaduhan seisi sekolah, mereka dari kelas XII IPS 4.
Pembina OSIS menyuruh seluruh pengurus OSIS merapatkan kejadian tersebut supaya jangan sampai kejadian tersebut terulang kembali, aku sebagai seksi bidang kepribadian dan budi pekerti luhur (kalo kalian anak OSIS pasti tau) merasa bertanggung jawab atas masalah kenakalan remaja tersebut.
Kegiatan rapat dimulai sepulang sekolah tapi Jaya memerintahku untuk menemuinya pas istirahat pertama.
Di kelas.
Pelajaran kali ini bahasa Inggris, kalau boleh jujur dari sejak Sekolah Dasar aku tidak pernah menyukai pelajaran tersebut, apalagi guru yang mengajar di SMAku Pak Rusdi, guru yang super duper killer. Sudah pelajarannya yang menegangkan dan gaya berbicaranya yang aneh ditambah dengan kepalanya botak dan berkumis tebal, makin bodohlah aku di mata pelajaran bahasa Inggris, aku selalu iri dengan Vani yang jago dibidang ini. Hm.
Aku menundukan kepalaku, rasanya ingin menghirup udara segar.
"Din" pinta Via padaku, aku kemudian menatapnya.
"Kamu kenapa?"
Wajah Via pucat, keringat mengucur deras di atas dahinya."Sakit perut" Via meringis kesakitan.
"Din aku pengen kentut" tambahnya lagi padaku.
"Hah?! Yauda kentutin aja" Jawabku melas.
Via kemudian menyunggingkan pantatnya, aku sudah bersiap-siap dengan posisi tangan menyubit hidungku, antisipasi jika nanti kentutannya mengeluarkan aroma tidak sedap.
"Lega" Ucap Via padaku.
Rasanya jika dikondisikan seperti ini ingin membuat dinding yang terbuat dari besi tebal untuk memisahkan aku dan Via.
"Hey" sentak Pak Rusdi mengagetkanku dan Via.
"Kalian berisik aja!" Tambahnya yang membuat bulu kundukku merinding ketakutan.
"Maaf pak" ucapku pelan.
"Kalau tidak suka dengan pelajaran saya, silahkan keluar!" Suaranya bernada tinggi, ini untuk pertama kalinya aku dibentak oleh pak Rusdi meskipun aku tidak menyukai pelajarannya namun aku selalu mengikuti pelajarannya dengan baik selama ia mengajar, tapi hari ini Tuhan sepertinya ingin menunjukan ketidaksukaanku terhadap pak Rusdi.
"Baik pak" Jawabku pelan. Aku menunduk sementara Via, masih duduk kaku di bangkunya.
Dalam sejarah selama aku sekolah untuk pertama kalinya murid semacam aku dikeluarkan dari kelas, kalau saja Via tidak kentut dan meminta izin terlebih dahulu kepadaku mungkin aku masih duduk dengan mulut yang menguap menyaksikan pak Rusdi menjelaskan, namun anehnya mengapa hanya aku yang dikeluarkan, mengapa Via tidak? Ini sungguh tidak adil.
Aku duduk di koridor kelas, sendirian. Dengan lks bahasa Inggris dipangkuanku.
"Kenapa?"
Bola mataku melebar, suara itu menghancurkan celah-celah lubang telingaku.
Dia Guntur.
"Gapapa" jawabku singkat.
Guntur kemudian duduk di sebelahku, sebelumnya dia melihat ke dalam kaca jendela kelasku terlebih dahulu, sepertinya dia heran mengapa aku ada di luar dan tidak mengikuti pelajaran.
"Ko ga masuk?"
"Gapapa"
"Cewek itu aneh, susah dimengerti kalo ditanya kenapa pasti jawabnya 'gapapa' " ucap Guntur tatapannya masih kepadaku sementara aku sibuk membaca teks cerita bahasa Inggris di lks, yang aku sendiri tidak mengerti.
"Din"
Aku menoleh.
"Pacar kamu lagi ngomong juga, butuh perhatian tau" cibirnya padaku.
Aku membulatkan mataku lebar-lebar. Pacar?
"Maaf" Balasku, aku sedikit risih jika dia mengatakan aku pacarnya, meskipun kenyataannya memang begitu, aku lupa sejak kapan aku pacar Guntur ya? Sudah ah aku tidak mau peduli, tidak penting juga.
"Kenapa ga masuk kelas?" Tanyanya lagi.
"Aku dikeluarin" jawabku seketika yang membuat Guntur keheranan.
"Serius?!"
"Iya"
"Ko bisa?!"
"Iya"
Matanya berbinar, kemudian Guntur menarik tanganku dan membawaku ke suatu tempat.
"Kamu serius nyuruh aku loncat"
Guntur menyuruhku meloncati tembok yang ukurannya 2 menter. Aku berada di belakang sekolah yang hanya ada aku dan Guntur, Guntur mengajakku ke suatu tempat yang ia yakini aku bakalan terpukau dibuatnya.
"Iya cepetan" tegasnya
Aku kemudian menurut, meloncati tembok belakang sekolah saat jam pelajaran adalah pengalaman berharga yang tidak akan pernah aku lupakan.
Setelah aku meloncat kemudian Guntur mengikuti di belakang. Aku dibawa Guntur kesebuah tempat dengan berjalan kaki.
"Kita uda nyampe" katanya padaku napasnya terengah-engah, kemudian tersenyum ke arahku.
"Apaan, di warung ma Enya" Hardikku.
Guntur membawaku ke warung ma Enya, warung yang terletak di pertigaan sekolahku, tempat sekumpulan-sekumpulan siswa kriminal nongkrong setiap pulang sekolah.
"Bukan masalah tempatnya, tapi masakannya" jelas Guntur sambil mengangkatkan jempolnya.
Aku mengerutkan dahiku.
"Tenang aku tlaktir" Tambah Guntur, sepertinya aku tidak mengode dia untuk menelaktir tapi ya sudahlah yang namanya rezeki tidak boleh menolak bukan.
Aku berada di pojok bersama Guntur, bukan hanya aku dan Guntur saja yang berada di sini. Ada banyak siswa dari sekolahku yang nongkrong untuk merokok, bermain game, ada juga bermain catur. Saat aku datang mereka hanya menatapku heran, aku yakin isi pikirannya sedang bertanya-tanya mengapa siswa seperti aku sampai berada di warung ma Enya saat jam pelajaran. Teman-teman Guntur juga ada di sana. Ada Adlin, dia sedang merokok sambil bermain alat musik gitar dan Rehan yang menjadi vokalisnya. Aku hanya menelan ludah melihatnya.
"Mau makan apa?" Tanya Guntur mengagetkan lamunanku dari isi warung ma Enya.
"Emang ada apa aja?"
"Banyak ko, tapi gaada pisang bakar" Jawabnya terkekeh
"Mulai deh"
Aku memanyunkan bibirku, habisnya sebal."Jangan marah" pintanya memelas.
"Alay! Iya gapapa"
Guntur tersenyum.
"Pesen apa aja yang paling enak dan halal" Tambahku
"Oke" jawab Guntur seketika.
Kemudian Guntur meninggalkanku untuk memesan, untuk beberapa saat aku takut ditinggal Guntur di tempat yang dipenuhi siswa kriminal, macam ini.
"Makan bu"
Suara itu.
Aku kenal.
Aku menoleh, ke arah sumber suara tersebut. Dia Jaya.
Aku beberapa kali mengedipkan mataku, untuk sekedar memastikan bahwa itu benar-benar Jaya ketua OSIS SMA Harapan Bangsa, sekolahku. Yang membuat aku kaget lagi mengapa Jaya kemari dengan Anggi? Anggi? Iya Anggi siswa yang sekelas denganku.
-oOo-
Jeng-jeng ada apakah antara Jaya dan Anggi? Kita lihat episode berikutnya.Tunggu lanjutann yaa😊
![](https://img.wattpad.com/cover/110755773-288-k464567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]