Pramuka merupakan ekstrakulikuler wajib yang harus diikuti setiap siswa yang bersekolah, kebijakan tersebut diambil dari kebijakan kurikulum 2013 yang mewajibkan setiap individu berorganisasi. Aku tidak mau munafik aku memang suka berorganisasi tapi jujur aku tidak menyukai Pramuka, tidak tahu apa alasannya tapi tidak suka saja.
Mataku sibuk menjelajahi setiap sudut lapangan sekolah yang dipenuhi siswa-siswi, mereka sedang bersiap-siap untuk apel pembukaan.
'Anita'
Anita berada di depan koridor kelasnya dia sedang berkaca di jendela, Bibir merahnya dimainkannya sambil berkaca, aku hanya menelan ludah ketika melihatnya.
"Bagi seluruh siswa diharap segera berbaris di lapangan"
Suara mikropon di sebrang sana memecahkan tatapanku dari Anita. Aku langsung berdiri setengah malas sebenarnya, tapi ini wajib kalau aku tidak mengikuti bisa-bisa orangtuaku kena imbasnya disuruh menghadap pembina bukan hanya itu nilai juga ikut berpengaruh, katanya kalau tidak mengikuti kegiatan Pramuka bakalan tidak naik kelas. Percaya atau tidak tanyakan saja pada pembina. Aku tidak memperdulikannya yang penting aku melaksanakannya, itu saja.
"Sini Din"
"Iya"
Via menarik tanganku, aku berada di barisan pertama.
"Eh Din, liat tu"
"Apa?"
"Si Guntur di hukum"
"Gapeduli!"
"Iii liat dulu"
"Gamau"
Via memaksaku untuk melihat Guntur tapi aku malas, mataku aku tutup dengan kerudung rabbaniku. Aku tidak peduli.
"Din"
"Diniiii"
"Apa lagi si Vi!" Bentakku, aku emosional hari ini mungkin mau datang bulan. Perempuan biasa.
Aku melepas tutupan mataku kemudian kembali ke posisi semula karena apel akan segera dimulai.
Mataku langsung tertuju pada Guntur yang sedang dihukum hormat ke bendera, sepertinya gara-gara tidak memakai kacu.
"Kepada pembina apel hormat grak"
Semua peserta hormat
"Tegak grak"
'Guntur' Batinku. Aku menghela napas dalam-dalam, mengapa ada manusia seperti dia, ada apa dengan dia mengapa dia nampak seperti biasa saja ketika dihukum, mengapa malah aku yang merasa khawatir, mengapa dengan aku?
Aku tidak kuat, membalikan diri ke luar lapangan kemudian berjalan pelan ke UKS. Kesehatanku akhir-akhir ini sedikit terganggu mungkin akibat terlalu sering bergadang mengerjakan tugas. Banyak mata tertuju padaku.
Aku menunduk.
Sesampainya di depan UKS aku duduk membaringkan tubuhku ke atas sofa, UKS jika sedang ada kegiatan Pramuka selalu dikunci karena sering ada siswa yang pura-pura sakit untuk berusaha menghidar dari kegiatan Pramuka, berhubung aku pemegang kunci UKS jadi aku tidak susah payah mencari dan izin terlebih dahulu ke Pembina Pramuka.
Beberapa menit kemudian apel dibubarkan, aku langsung membangkitkan tubuhku takut jika ada pengurus Pramuka melihatku di UKS meskipun mereka tahu aku wakil ketua PMR tapi tetap saja aku tidak enak jika ketahuan beristirahat diwaktu yang tidak tepat.
"Din kamu kenapa?"
Baru saja aku membuka pintu, aku dikagetkan dengan seorang pria yang tengah terengah-engah, napasnya turun-naik, keringat di wajahnya memenuhi area dahinya.
Dia Guntur.
"Ngga"
"Sakit?"
"Ngga"
"Kenapa ke UKS"
Dia menatapku dalam-dalam, aku takut.
"Ngga"
"Ga biasanya gadis terajin males upacara" Cibir Guntur, aku menuduk.
"Ngga" Jawabku singkat. Tuhan tolong jauhkan aku dari dia.
"Ngga ngga mulu perasaan"
"Iya, aku duluan"
Aku meninggalkan Guntur yang masih berada di depan UKS, tidak lupa aku mengunci kembali pintunya.
Di kelas sedang ada pemateri dari pengurus Pramuka dia juga anggota OSIS, Heru. Dia mengenalku jadi aku tidak susah payah menjelaskan kenapa aku sampai telat masuk kelas. Dia juga tidak bertanya, saat aku masuk hanya senyum saja aku juga tidak tahu kenapa, mungkin karena dia menghormati aku sebagai seniornya di OSIS, padahal aku biasa saja.
Pukul 16.30 WIB bel pertanda pulang sudah dibunyikan, artinya kegiatan Pramuka sudah selesai dilaksanakan.
Aku berjalan menyusuri koridor.
"Kenapa kamu gaikut Pramuka?!" Bentak Pembina Pramuka yang aku tidak mau menyebutkan namanya.
"Malas Pak"
"Pramuka itu wajib, kamu mau ganaik kelas?! Hah"
"Yang wajib itu shalat, puasa ramadhan, zakat itu baru wajib pak"
"Pramuka juga wajib!"
"Kayanya bapak harus ngaji deh"
"Ngejawab aja kamu"
Aku menelan ludah dalam-dalam, aku tidak sengaja melihat perdepatan antara Anggi dengan pembina Pramuka.
"Eh Dini, sini Din"
Mampus! Pembina itu memanggilku.
"Iya pak?"
Jawabku seramah mungkin, aku menghargainya karena dia Guruku."Ini temen kelas kamu kan?"
"Eh iya pak, kenapa?" Aku sesekali melihat Anggi, Anggi hanya menunduk, aku tahu Anggi masih merasa bersalah karena semenjak kejadian itu Anggi tidak pernah lagi mau menghadapku, dia juga beberapa kali menghubungiku via wattsap untuk meminta maaf namun sayangnya aku hanya bisa membacanya saja tanpa ada niatan untuk memaafkannya, dia sudah keterlaluan aku rasa aku tidak akan pernah memaafkannya.
"Sini"
Pembina Pramuka menyuruhku dan Anggi mengikutinya dari belakang, dia membawa kami ke toilet Guru.
"Bersihin ini nyampe bersih"
Bola mataku melebar.
"Maksudnya pak?" Tanyaku
"Dini, awasi Anggi ya jangan sampai kabur bapak mau shalat Asar dulu kalo udah beres langsung kabari bapak di kantor"
Aku mengerutkan mataku, mengapa harus aku?
"Tapii..."
"Bapak percaya sama Dini"
Guru itu langsung berlalu dari hadapan ku.'Cobaan apalagi ini Tuhan?'
oOo
Hai, Guntur kembali lagi nih. Maafin aku updatenya lama, keadaan sekolah yang memaksaku untuk selalu belajar😝 (so rajin bgt)
Udah kelas 12 soalnya, ini sibuk2nya. Ko aku malah curhat. Hm. Ya intinya maaf deh.Minta sarannya ya, jangan lupa vote😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]