Sekolah adalah tempat untuk mengadu, mengadu soal pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan hati yang kelabu.
Aku berjalan menyusuri koridor menuju kantor, hari ini ada jadwal pelatihan exskul PMR. Jadi aku harus berdiskusi mengenai materi apa yang akan disampaikan dengan pembina exskul.
Aku melihat Guntur dia sedang dihukum di lapangan, aku mengerutkan mataku yang silau terkena pantulan cahaya matahari.
Guntur menghampiriku, aku berkedip beberapa kali memastikan bahwa dia memang Guntur.
"Mau kemana? Panas di sini nanti sakit"
"Iya" jawabku, kemudian aku langsung berlalu dari hadapannya menuju kantor, aku tidak mau peduli.
Di kantor aku langsung disambut oleh pembina PMR, namanya bu Linda.
Dia menjelaskan materi yang akan ditampilkan saat pelatihan. Namun suara dari bu Linda tidak sepenuhnya masuk ke dalam telingaku, gara-gara guru yang sedang diskusi di sampingku membuat telingaku melebar saat mereka menyebut nama Doni.
"Iya besok katanya mau langsung pindah ke Bandung" kata Bu Rina
Aku menoleh ke arahnya, kemudian kembali menunduk. Aku bisa saja bertanya, namun aku rasa aku harus mengurungkan niatku itu.
Setelah selesai pengarahan dari pembina PMR, aku keluar dari kantor mataku masih bisa menangkap Guntur yang sedang hormat kepada bendera.
Aku menunduk dan berlari menuju kelas.
Brug.
Anggi menabrakku, buku paket bahasa sunda yang dipegangnya tergeletak berhamburan. Anggi mendengus kesal.
"Maaf"
"Kalo jalan pake mata"
"Maaf"
Dia berlalu dari hadapanku, aku tidak mengerti pada Anggi dia mengapa selalu sinis jika berpapasan dengan aku.
Selain pemalas Anggi juga terkenal dengan sebutan 'si pencuri pulpen' setiap dia masuk sekolah pasti ada saja teman kelasku yang mengeluh kehilangan pulpen. Kalau tidak percaya silahkan lihat ranselnya pasti banyak sisa-sisa pulpen yang bergeletakan di dalam ransel Anggi.
Aku duduk di dekat kipas angin, sekedar mengistirahatkan kepalaku yang panas terkena pantulan sinar matahari.
Siswa-siswi berhamburan keluar yang membuat aku penasaran.
Aku ditarik Via untuk mengikuti arah mereka berlari.
Semua siswa sudah berkumpul di lapangan sekolah, mereka sedang menyaksikan Anita dan Guntur, Guntur? Aku membulatkan mataku lebar-lebar.
"Guntur gue cinta sama lo, gue sayang, gue mohon balikan sama gue kita perbaiki kisah kita dari awal" Ucap Anita yang membuat bola mataku perih. Anita sambil jongkok menghadap Guntur, Guntur tidak memperdulikan Anita dia masih dalam keadaan dihukum dengan hormat kepada bendera.
"Turr"
Guntur tidak mengubrisnya, bibirnya tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia masih dalam keadaan hormat.
Tiba-tiba Anggi datang, Anggi langsung menarik tanganku ke tengah lapangan.
"Maaf" Ucap Anggi padaku setengah berbisik
Anggi mendekat.
Sampai akhirnya bibirnya mendarat di pipiku.
Bola mataku melebar.
Brug
Guntur langsung menghajar Anggi, tinju mendarat di area wajahnya. Anggi tersungkur, Guntur kembali mengepalkan tangannya kemudian menarik kerah baju Anggi, tinju kembali mendarat di wajah Anggi. Anggi terkekeh, dia tidak membalas, Anggi malah terlihat merasa puas dengan apa yang sudah ia lakukan.
Aku malu.
Aku kesal.
Aku benci Anggi.
Aku pergi meninggalkan keramaian di lapangan, air mataku tidak bisa aku bendung. Aku merasa hina.
Semua orang menatapku, dengan tatapan seolah mereka jijik melihatku.
Setiap langkah aku bisa merasakan satu butir air yang jatuh di mataku, maafkan hamba Tuhan. Aku malu, aku malu pada Tuhanku, aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik. Maaf kan aku Tuhan.
Aku sampai di kamar mandi di belakang sekolah, untuk kedua kalinya aku menangis mengeluarkan perih yang menjalar ke seluruh hatiku di tempat yang sama.
Aku tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di lapangan saat aku pergi. Isak tangis mengalun merdu bagaikan symponi di dalam kamar mandi, untungnya saat aku masuk tidak ada siapa-siapa di dalamnya.
-oOo-
Aku gemeteran nulis part ini. Kasian Dini😭😭😭
Anggi tega!
Tunggu episode selanjutnyaa yaaaaaaa😂😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
GUNTUR [Completed]
Teen FictionCoba tanyakan pada hatimu. Kamu mencintainya atau hanya mengagumi? [Cerita telah selesai]