Bab 14 ( Part #5 )

1.2K 64 0
                                    

"Itu kan air bekas mulut lo, terus gue minum air bekas mulut lo itu, otomatis secara galangsung gue udah cium lo untuk ke dua kalinya" jelasnya yang membuat bara apa di sekujur tubuhku.

Aku tidak menjawab, diam dan tidak memperdulikannya akan bermanfaat dalam situasi seperti ini.

"Din"

Aku diam.

"Gue waktu itu liat lo di warung ma Enya, ngapain?" Anggi menatapku.

Aku diam.

Anggi terkekeh.

"Sama si Guntur lagi"
"Din, lo pernah ngerasa apa yang lo punya dirampas orang lain ga? Gue ngerasa gitu, Guntur ngerampas orang yang gue suka Din, bukan hanya ngerampas tapi dia juga nyakitin orang tersebut Din"

Sepertinya Anggi curhat, hadeuh.

Aku diam.

"Lo tau ga kenapa gue sama Jaya bisa samaan benci sama Guntur?"

Nah ini, justru pertanyaan itu yang aku ingin ketahui jawabannya.

"Guntur selalu berkehendak semaunya, tanpa ia pikirkan akibatnya"

Anggi benar, Guntur emang kaya gitu.

Aku diam.

"Gue suka sama Anita, Anita suka ke Guntur. Bahkan Anita selalu berbuat bodoh supaya Guntur kembali, tapi Guntur gak pernah menghargai setiap usaha Anita" Jelasnya.

Aku diam.

"Anita emang bodoh dan gila karena cinta, dan gue garela dia kaya gitu"

Aku diam, namun mencerna apa yang Anggi katakan, aku mengerti.

Oya? Terus apa hubungannya dengan Jaya?

"kalau Jaya, itu rahasia" Katanya sambil tertawa. Ko dia bisa tahu isi pikiranku ya?

Aku masih diam dan pura-pura sibuk membaca buku biologi.

"Kalo lo diem terus, bisa-bisa gue suka lagi" Anggi terkekeh.

Aku membulatkan mataku, aku harus bagaimana? Anggi menyebalkan.

"Hus hus" kataku.

Bel pertanda masuk sudah dibunyikan membuat semua siswa ke kelasnya masing-masing.

•••

Selesai bimbingan dari pak Gurda aku putuskan untuk segera pulang dan lagi-lagi hujan datang, membuat moodku hancur saja.

"Pacar?"

"Hm?"

"Kamu nungguin aku ya?"

"Ngga" ketusku

"Iya"

Guntur menatapku sambil tersenyum.

Aku berdiri di koridor ruang tata usaha menunggu hujan reda, semua mata tertuju padaku dan Guntur. Memalukan.

Aku menutup wajahku dengan kerudung Rabbani yang aku pakai berharap tidak seorangpun yang mengenaliku.

Mataku menjelajahi semua mata yang memandang.

Kak Fathur?

Kak Fathur menghampiriku, Tuhan bagaimana ini, bisa gawat kalau Guntur ketemu kak Fathur. Tuhan aku serahkan semuanya kepadamu, aku pasrah.

"Dini?"

"Eh kak Fathur" Jawabku seramah mungkin. Aku harap tidak akan terjadi apa-apa. Aku tidak berani melihat ekspresi Guntur kali ini.

GUNTUR [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang