7 | ANNOYING GIRL |

8.3K 774 19
                                    

"Apa yang kita tengah rasakan, mengapa tak coba satukan. Mungkin cobaan untuk persahabatan atau mungkin sebuah takdir tuhan.

Sahabat Jadi Cinta – Zigas"

Rion memakan baksonya dengan lahap membuat Sissy bergidik ngeri melihat cara makan Rion yang kali ini terlihat seperti kuli.? Dengan keringat membanjiri kening dan wajah putihnya juga membasahi rambut Rion yang kini telah berganti warna hitam. Tanpa banyak kata Sissy mengulurkan sapu tangannya pada Rion yang di terima Rion lalu mengusap wajahnya yang basah dengan keringat itu.

Untung ganteng.

"Tasha lagi di rumah.?" Sissy mulai membuka pembicaraan setelah menelan mie ayamnya.

"Huum." Rion terus saja focus pada makanannya.

"Loh bukannya di Bandung ya.?"

"Gak tahu juga."

"Nginap.?"

"Entah."

"Ada uncle Tama sama aunty Ree juga.?"

"Iya."

Sissy menunjuk Rion dengan sumpitnya "Kokk.? Biasanya kan kalau dia berkunjung kalau gak sama uncle ya berarti aunty. jarang loh dia bertiga gitu."

"Heem."

"Jangan-jangaaaan..." Sissy berhenti sejenak membuat Rion menatapnya.

"Mereka pindah disini jugaa!!" Sissy berkata dengan semangat.

"APAAA.?" Semua pengunjung menatap jengkel mendengar suara Rion itu.

"Iya, bener pasti gitu."

"Gak, gak mungkin. Ngaco. Hahaha gak, pasti." Rion memaksakan tawanya seraya menolak pemikran Sissy itu.

"Tadi mama bilang, bakalan ada tetangga baru ya bisa jadi.."

"Mimpi buruk! Aihh." Rion mengacak rambutnya frustasi.

"Selamat bermimpi buruk Mr. Dimika." Sissy tersenyum lebar menatap Rion.

"Aish"

Mereka melanjutkan makan di tenda sederhana penjual bakso bersama dengan banyaknya orang yang mengantri hanya untuk seporsi bakso. Sissy dengan santainya menikmati mie ayamnya, sedangkan Rion terdiam memikirkan apa saja di dalam otak pintarnya itu hingga lupa bernafas.

"Bernafas Rion."

***

Setelah bersembunyi di rumah sang kakek, Rion pulang kerumah saat rumah benar-benar sepi—tanpa tamu. Ia menaiki tangga hendak menuju kamarnya hingga Ia mengurngkan niatnya lalu berjalan menuju ruang kerja ayahnya, berharap ayahnya masih berada disana.

"Ayaaah." Ia memanjangkan lehernya untuk melihat kedalam ruang kerja itu disana sang ayah duduk di meja kebesarannya membaca kertas laporan perusahaan dengan kaca mata bacanya.

"Masuk Rion."

Rion memasuki ruang kerja sang ayah sambil menatap ruangan itu seksama, lagi-lagi Ia takjub dengan ruangan itu dan berharap nantinya Ia memiliki ruangan seperti ini pula. Rion duduk di sofa yang ada disana dan bersila menghadap ayahnya yang masih betah duduk di kursi kerjanya.

"Kenapa Rion.?" Saat hanya berdua seperti ini Ia akan memanggil Rion tanpa embel-embel abang. Karena biasanya mereka akan membicarakan hal serius.

"Ayaah..."

Arza memotong ucapan Rion "Kenapa.? Masalah mobil.? Ayahkan sudah bilang tunggu kamu ulang tahun ke 17 Rion."

"Bukan ayah bukan." Rion menggeleng memotong ucapan sang ayah.

"Terus.?"

"Hem anu itu.." Ditatap oleh mata biru tajam dan wajah datae sang ayah tentunya mebuat Rion ketar ketir sendiri, meskipun Ia sudah terbiasa menghadapi hal seperti ini.

"Ck. Apa Rion, jangan bertele-tele." Arza menatap jengah saat sang anak salah tingkah menggaruk tengkuknya yang tentunya tidak gatal itu.

"Uncle Tama sama Aunty Rere pindah ke sini.?"

"Ya enggak lah." Jawab Arza singkat

Manik biru Rion berbinar bahagia menatap ayahnya bahkan Ia berdiri dari duduk bersilanya."Ha serius Yah.?"

"Ya iyalah, ngapain dia pindah kerumah kita kalau dia beli rumah sendiri disini." Dengan santainya Arza berkata memandang sang anak.

"..."

Hening.

"Jaa.jaadi."

"Kenapa jadi gagap gitu.?" Arza menurunkan kaca mata bacanya menatap Rion yang pias.

"JADI UNCLE TAMA SAMA AUNTY RERE BAKALAN PINDAH RUMAH DI DEKAT SINI.??" Rion melototkan matanya.

"Biasa aja jangan lebay, Iya. Si Tasha juga. Itu lagi ngurus ke pindahan sekolahnya sama seperti Vee dan Gee."

Rion menghempaskan tubuhnya kasar ke sofa dan menghembuskan nafas berat menghadapi satu fakta yang baru di ketahuinya. Bagaimana tiap harinya Ia harus menghadapi tingkah remaja puber satu itu, bagaimana terganggunya hari-harinya dan bagaimana tidak bebasnya Ia bahkan saat di rumahnya sendiri. Bayang-bayang Tasha berkeliaran di sekitarnya setiap hari membuatnya pusing dan rasanya ingin pindah rumah—jadi anak kost atau ke luar kota bahkan luar negri.

"Yaudah ayah, Rion mau tidur dulu. Ayah tidur lagi nanti sakit, terus bunda ngomel-ngomel eh yang lain kena juga, kan bunda gitu orangnya."

"Iya, kan bunda kamu itu. "

Tanpa membalas perkataan sang ayah, Ia berlalu menuju kamarnya. Dengan langkah lemas Rion keluar dari ruangan itu dan menutupnya pelan. Seakan memikul beban berat di pundaknya Rion berjalan menaiki tangga rumahnya dan memijit pelipisnya.

Lagi dan lagi Rion menghempaskan tubuhnya di atas ranjang king size nya membayangkan hari indahnya tanpa Tasha kini harus berakhir. Lalu bayang-bayang saat Ia sangat bahagia mendapat adik baru yang begitu cantik—namun semua berubah saat Tasha hanya ingin menempel dengannya tidak mau bermain dengan Vee ataupun Sissy dan Jessy. Ia akan mengikuti Rion yang bermain bersama Dylan dan Gee lalu akan menangis saat diabaikan. Itu sangat menyebalkan.

Drrt.drrtt.

Rion meraba ponselnya karena tahu itu bukan dari Tasha karena ia telah menghidupkan mute notifikasi pada akun line Tasha jadi Ia tidak akan merasa terganggu dengan chat-chat dari Tasha. Karena Ia rasanya tidak sopan memblokir kontak anak dari sahabat ayah-bundanya.

QueenSissy:

Gak usah dipikirin, cuman bercanda tadi.

G.Rion:

Beneran Sy,
DIA BENERAN PINDAH RUMAH KE SINI.

QueenSissy:

NAH KAN BENER!!!

G.Rion:

Terus gimana.??

QueenSissy:

Ya gak gimana-gimana.

G.Rion:

Pokoknya besok kita pergi cepat
Ketemu di depan pos satpam.
Kamu lambat datang,
Aku pergi duluan.

QueenSissy:

Iyaaaaaaa.

Riau 30 Mei 2017.
855 Kata.

Publish : 19 Juni 2017

HALLO.
SUDAH SENIN AJA.
hehehe. Kangen gak?
Aku pekirian buat tentang Jessy masa.? Tapi kemarin ada yang minta dua cpuple yang tertukar (Tama-Rere,  Auva-Aluna)  kalian mau yang mana.?
Aku mah ngikut aja udah ada sih idenya belum di buat aja, meskipun sedikit meragu takut banyak sequelnya malah bosan jatuhnya.
Aku harus gimana.?
Atau cerita ini hanya 25an chap trs lanjut cerita lain?
Aku kena writer block masaa.  Bantuuu. Semangatin aku, perhatiin aku.  Lah. 😅

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang