| 21 |

5.5K 477 11
                                    


"Nanana syalala uyeayeaa owowowo, uyeaaaah. Lalalalaa. Laaaaa libur telah tiba, libur telah tiba. Hati ku gembira. Uyeayeee. "

Taxi berwarna biru itu berhenti tepat di depan kediaman keluarga Dimika. Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda nya, menyeret koper berwarna pink nya Ia keluar dari taxi sambil bernyanyi--entahlah itu bisa di katakan sebagai bernyanyi atau berkumur-kumur.

Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang remaja laki-laki yang sibuk menyandar pada motor sport hitamnya. Sosok itu tidak bergeming karena sibuk dengan smartphone nya. Tak menghiraukan sekitarnya.

"Heh. " Jessy--gadis yang sejak tadi memperhatikannya membuka suara.

Perlahan sosok yang di panggil Jessy mengangkat wajahnya dan menaikkan alisnya saat melihat Jessy.

"Ngapain lo di situ.? "

Raihan menunjuk dirinya sendiri "Gue.? "

Jessy memutar bola matanya jengah "Menurut ngana.? "

"..." Raihan mengangkat bahu tak acuh.

Jessy yang kesal diabaikan kembali hanya karena smartphone nya lebuh menarik menghentakkan kakinya "Lo ngapain di depan rumah kakek gue,mau nyuri lo. Atau lo terori mau meledakkan bom bunuh diri.?"

Raihan menatap malas Jessy yang dengan hebohnya mengutarakan imajinasinya "Bukan."

"Lah terus ngapain lo.? "

"Nyari Sissy. "

"Lo kenal Sissy.? Kenal di mana? Kok bisa? Lo bohong kan.? Oh iya lo siapa.?" Jessy mendekati sosok itu dan melepaskan pegangan tangannya pada koper pink nya.

"Banyak tanya lo kayak lagi sensus aja. " Cibir Raihan.

"Jawab aja elah."

"Raihan. "

Jessy melotot pada sosok yang sejak tadi di ajaknya berbicara ternyata adalah Raihan yang artinya---

"Lo.. Lo Raihan.? Pergi dari sini. Pergi sana. " Jessy mengusir sosok itu sambil menendang-nendang roda motor sport Raihan.

Raihan melongo melihat sikap bar-bar Jessy bahkan mengundang perhatian orang yang melewati jalanan. Bahkan Tasha dan Nando--sang adik yang sedang bersepeda setelah berbelanja di minimarket mengayuh mendekat pada Jessy.

"Kak Jessy.? " Panggil Tasha ragu saat melihat tingkah bar-barnya itu.

"Eh Tashaa. " Pekik Jessy girang.

"Kenapa kak.? " Nando yang di belakang Tasha masih memperhatikan dalam diamnya.

"Ini loh, bantu usir dong Sha. Nando bantuin kakak yang cantik ini dong. " Nando memutar bila matanya jengah.

"Ih lo apan sih. " Raihan menjauhkan Jessy dari motornya takut lecet.

"Abang ada keperluan apa ya.? " Tanya Nando sopan.

Raihan menatap Nando dengan muka polosnya bertanya "Ada keperluan sama Sissy. "

"Ooh kak Sissy. " Nando mengangguk mendengarkan.

"Iya, dari tadi di hubungi gak ada respon. " Raihan mengusap smartphone nya.

"Paling kak Sissy sibuk bantu Oma Salma bang, nanti saja bang datang lagi. " Usul Nando.

"Gak gak boleh. Sana pulang. " Jessy menggeleng tegas.

"Oh gitu, yaudah makasih ya. Nanti saya hubungi dia dulu, baru ke sini lagi. " Raihan menepuk pelan bahu Nando dan menaiki motornya kembali tanpa melihat Jessy juga Tasha yang sejak tadi mendengarkan mereka.

Jessy masih saja mencak-mencak karena sikap kurang ajar Raihan sedangkan Tasha terdiam karena membahas Sissy membuatnya mengingat Rion.

"Sana pulang lo pulang, gak usah kesini lagi. " Jessy berteriak saat melihat punggung Raihan yang menjauh.

"Eh iya kalian dari mana.?" Jessy berbalik melihat anak dari sahabat adik ayah nya itu.

"Belanja kak di suruh mami. " Tasha menunjuk kantung belanjaan di keranjang sepedanya.

"Anak rajin. " Jessy menepuk Puncak kepala Tasha membuat Tasha menghindar.

"Apaan sih kak. " Gerutu Tasha.

"Kakak ngapain di sini.?" Nando menatap Jessy dari sepedanya.

"Holiday uyeayeaa. " Pekik Jessy riang.

"Lebay. Kak Ana mana.?." Tanya Nando kembali.

"Liburan juga. Tapi di rumah. " Jessy tertawa sendiri membayangkan adiknya yang sibuk menemani sang ibu berbelanja.

"Gak diajak ke sini.? "

"Mana di bolehin Mama kakak, paling diajak belanja terus sama salon gitu dan kalian tahu sendirikan gimana tampang Ana yang malas menemani seorang Ibu Layla yang tak mengenal waktu kalau sudah belanja. Hahaha. Rasakan dia." Jessy tertawa jahat.

"Ya Allah, Mami tunggu dari tadi rupanya di sini. " Ketiga remaja itu menatap Rere yang saat ini berkacak pinggang menatap mereka.

Nando meringis dan mengayuh sepedanya menuju ke rumahnya sedangkan Tasha menggaruk tengkuknya dan memutar arah sepedanya.

"Pulang dulu kak. " Ucap mereka bersamaan.

"Eh Aunty Re. " Jessy berseru gembira.

"Eh Jessy, kapan sampai.? " Perhatian Rere teralihkan pada Jessy bukan pada anak-anaknya yang mulai kabur itu.

"Iya Aunty, baru datang nih. "

Rere mengangguk mengiyakan "Sendiri saja.? "

"Iya aunty."

"Lah kemana anak-anak bandel tadi.? " Rere menatap sekelilingnya bingung.

"Tuh, udah kabur Aunty." Jessy menunjuk Nando dan Tasha yang berlomba mengayuh sepeda nya menuju rumahnya.

"Dasar anak bandeel. " Gerutu Rere.

"Aunty Re,  Jessy masuk dulu ya. Assalamualaikum. " Ucap Jessy sambil menggeser pagar kediaman Dimika yang biasa di buka kan oleh ayah Jessy namun kini tampaknya sedang ada urusan lain.

"Walaikumsalam. " Rere membalas ucapan salam Jessy sambil membalikkan tubuhnya untuk pulang.

***

"Abang Gummy."

"Abang Gummy main sama Aina yuk. "

"Abang Rai jahat, jadi Aina mau main sama abang Gummy aja. "

"Ayo kita main."

"Astaghfirullahalzim. " Lagi Rion terbangun dari mimpi buruknya, dalam mimpi kali ini gadis itu semakin terlihat jelas dan nyata.

Keringat membanjiri kulit putih Rion, nafasnya terengah-engah. Rion menatap sekitar ternyata sedang berada di ruang bacaan setelah mengantar pulang ayah dan bundanya dari bandara. Ia tidak tahu di mana adik-adiknya sekarang.

TBC | 01 Agustus 2017

Maaf baru muncul. Aku lagi project buat serial Rere-Tama tapi tunggu ini tamat dan draf Rere-Tama selesai banyak ya. Soal nya baru selesai revisi Baby Gummy jadi ide lancar Jaya ini.

Ohiya, mampir works judulnya Namanya Raina ya. Tapi gak berhubungan dengan cerita ini sih tapi mampir yuk.

SINOPSIS.

Namanya Raina.
Ia tidak menyukai hujan sebagaimana namanya.
Ia tidak menyukai makanan pedas.
Ia tidak menyukai kopi.
Ia tidak menyukai bau asap rokok.
Ia tidak menyukai Matematika.
Dan banyak hal yang tidak disukainya.
Bahkan Ia juga tidak suka sosok yang 'sok' misterius.

Ini kisah Raina Wulandari sang gadis hujan.

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang