| 17 |

6.2K 618 31
                                    

Ditengah keheningan di kamar Vee--jangan hiraukan dengkuran si Gee yang membuat suasana jadi berisik "Ayah kira bunda hamil. "

Satu kalimat dengan empat kata itu yang terlontar dari mulut Arza saat melihat Aura mengerjab dan menggerakkan sedikit tangannya. Aura mengerutkan dahi saat mendengar perkataan sang suami sebenarnya dia belum 100% sadar dengan apa yang terjadi, dimana Ia berada dan alasannya mengapa bisa ada disana. Bahkan melihat kantung mata sang suami yang terlihat jelas dan pakaian acak-acakan.

Meskipun berkata lirih namun Aura bisa melihat binar kelegaan dimata sang suami yang Ia yakini tidak tidur semalaman. Namun dicernanya lagi perkataan Arza saat 5 menit berlalu Aura melotot dan begerak pelan bangun dari kasur Vee.

"Sembarangan kamu mas, kamu saja yang hamil." Meskipun terdengar ketus tangan Aura membelai wajah Arza lembut membuat Arza membiarkan tangan lembut itu mengusapnya pelan, terasa menyenangkan apalagi saat kedua ibu jari Aura mengusap kantung mata Arza. "Ayah gak tidur ya semalaman? Maafin bunda yang udah buat ayah khawatir."

"Itu semua karena ayah sayang sama bunda, anak-anak juga khawatir." Arza menangkap pelan tangan sang istri dan menarik Aura pelan mendekat lalu bersandar di dada Aura.

"Ayo kita pindah kamar, ayah gak usah kerja hari ini ya, istirahat di rumah bunda bakalan jadi perawat suka rela buat Ayah gratis kok. Bunda mau siap-siap mau shalat dulu. " Aura mengedip pada Arza yang kini menjauhkan tubuhnya dan menatap Aura lalu tanpa disangka Arza memberikan kecupan singkat di bibir mungil Aura yang membuat Aura memukul pelan bahu Arza membuat Arza tertawa.

"Hem. " Vee menggeliat dalam tidurnya sedangkan Gee tidur dengan nyaman diatas sofa panjang yang tentunya sudah Arza berikan selimut sedangkan Rion yang ikut berjaga kini tertidur dengan posisi duduknya Arza memberikan ganjalan ditengkuk Rion agar setidaknya membantunya mengurangi rasa sakit.

Arza dan Aura masih dalam posisi berpelukan mereka menatap anak-anak mereka yang sudah bertambah dewasa dan sangat menyayangi kedua orangtua mereka tanpa batas, lihatlah mereka tidur di kamar Vee yang niatnya menjaga bunda mereka semalaman namun baru pukul 23:00Wib mereka mulai tumbang.

"Anak-anak kita sudah besar ya yah. " Tanya Aura pelan sambil mengusap helaian rambut Arza yang masih betah dalam pelukannya.

"Iya, makanya kita tambah gitu yank."

Aura menatap sengit Arza "Tambah apa? Anak kucing.?"

"Ya anak kita lah." Arza berkata enteng.

"Yaudah, kamu yang hamil ya Aa'. "

"Mana bisa."

"Udah ah. Sana gak usah peluk-peluk lagi. "

"Masih kangen, kan kita udah lama gak gini yank. "

"Ayah, udah deh gak usah mesra-mesraan gitu nanti adik-adik aku liat loh. Gak malu sama umur apa.?" Suara serak Rion membuat aktivitas mereka terhenti.

"Kamu ganggu aja. " Dengus Arza namun tidak mengindahkan perkataan sang anak.

Rion yang sejak tadi bangun dan berbicara pada sang ayah sebenarnya masih betah memejamkan matanya "Paling bentar lagi Gee bakalan bangun."

"Udah lah Yah, lepas bunda mau siap-siap shalat. Kamu Rion siap-siap juga, bangunkan Gee sama Vee ya." Pinta sang bunda.

Dengan enggan Arza melepaskan pelukannya dan membiarkan sang istri perlahan turun dari ranjang menuju kamar mandi Vee dengan pengawasan mata tajamnya itu tentunya seolah memastikan Aura sudah baik-baik saja.

"Bunda udah sehat.? " Rion menatap sang bunda yang hendak turun dari ranjang.

"Alhamdulillah sudah nak." Aura tersenyum hangat saat binar mata biru Rion memandangnya penuh kekhawatiran yang tidak dibsa ditutupinya.

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang