| 16 |

5.6K 600 18
                                    


Setelah menelpon sang abang yang akhirnya mematikan telpon sepihak, Gee lantas menelepon sang ayah yang saat ini ada di kantornya. Pada saat dering ke lima baru diangkat oleh sang ayah

"Assalamualaikum Gee, ada apa nak? Ayah lagi meeting. "

"Ayah.. Bunda hem bunda pingsan yah. "

"Apa Gee.? Bunda.. Pingsan.? "

"Iya yah. "

"Kamu telpon dr. Doni ya minta datang kerumah periksa bunda kamu secepatnya dan kamu jagain bunda dulu ya. Ayah pulang sekarang. "

Tutt tutt.

Bukankah Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Maka perkataan itu membuat Gee sadar. Ayah dan Abangnya sama. Suka menutup telpon sepihak.

"Vee, kamu jaga bunda dulu ya. Mau nelpon dr. Doni di lantai bawah."

Vee mengangguk tanpa memalingkan wajahnya pada Gee. Sejak tadi Vee menahan air matanya mengecup tangan bundanya berulang kali. Tanpa menunggu jawaban dari Vee, Gee bergegas turun kelantai bawah dan menelpon dr.Doni.

Di lantai bawah Ia melihat abangnya berjalan cepat bersama Sissy yang meringis saat Ia seperti di seret oleh Rion, langkah kaki mereka jelas berbeda. Rion dengan tubuh jangkungnya jelas langkah yang tercipta besar sedangkan Ia.. Rasanya Sissy ingin melompat saja atau meinta digendong Rion saja tadi.

Raut kekhawatiran tercipta di wajah sang abang yang terhenti di hadapannya "Gee bunda di mana.? "

"Oh itu.. Di kamar Vee bang. "

"Kamu ngapain di sini, bukannya jaga bunda. " Rion menatap sang adik menyipit curiga.

Gee terintimidasi namun segera di enyahlah nya "Gee mau nelpon dr. Doni di suruh ayah bang. Sana gih pergi."

"Oh. "

Rion bergegas menaiki tangga hingga suara Gee membuatnya sedikit terhenti "Itu anak gadis orang bang, kasihan. "

Merasa bingung dengan perkataan sang adik Rion menatap kesampingnya oh tidak di belakangnya Sissy dengan nafas memburu dan sesekali meringis menatapnya tajam. Rion membulatkan matanya ternyata dari tadi Ia menyeret Sissy namun Ia tidak sadar. Saat dilepaskannya pergelangan tangan Sissy tampak memerah bekas cekalan tangannya.

"So...Sorry Sissy. " Rion menunduk merasa bersalah.

"Udah gak apa-apa. " Sissy berjalan duluan menuju kamar Vee sambil sesekali mengusap pergelangan tangannya.

Rion akhirnya mengikuti saja. Baru Sissy hendak membuka pintu kamar Vee langkah kaki cepat terdengar di belakang mereka dan tampaklah wajah khawatir milik Arza yang penuh keringat.

"Auraaaa. " Panggilnya saat membuka pintu kamar Vee.

Disana Istri cantiknya tengah terbaring lemah di selimuti Vee dengan selimut pink nya. Dan Vee yang duduk disamping tempat tidur menatap sang ayah dan matanya berair.

"Ayaaaah. "

Arza mengusap pelan Puncak kepala sang anak dan tersenyum tipis seolah menenangkan sang anak sedangkan jantungnya sejak tadi tidak bisa dikatakan baik-baik saja Ia merasakan sesuatu yang begitu menakutkan dan menyakitkan. Namun Ia harus bisa menampilkan bahwa semua baik-baik saja. Bermain peran sepertinya harus.

"Auraaa. " Lirih Arza ditelinga Aura sambil mengusap wajahnya pelan.

"Vee. " Vee melihat Sissy yang datang dan merentangkan tangan padanya lantas Vee menumpahkan segala ketakutannya dan air matanya dalam pelukan Sissy. Ya, Vee butuh orang menenangkannya dan suka rela memeluknya seperti ini.

"Yah, dr. Doni sebentar lagi datang. "

"Heum. "

"Yah, di cuekin. "

"Bunda kenapa tadi Gee. "

Gee mengangkat bahu tidak tahu "Gak tahu, coba tanya Vee"

Setelah tenang Vee baru membuka suara "Tadi kan pulang sekolah Vee ada beli jajan gitu, terus mau makan bareng eh si Tasha datang ya Vee Kasih nasehat gitu didepan bunda pas dia pulang, Vee kekamar buat ganti baju soalnya gak nyaman berkeringat, mungkin bunda udah makan sedikit terus mau manggil Vee soalnya Vee sakit perut jadi lamaa. Eh pas di kamar Vee bunda mual, muntah-muntah gitu terus dia bilang lemas dan pingsan bang. Vee takuut."

"Mual.? Muntah? " Arza yang sejak tadi mendengarkan mulai membuka suara.

"Iya Yah. "

"Jangan-jangan bunda hamil. " Gee berkata dengan semangat.

Pletak "Ngaco kamu." Namun yang diterimanya adalah sebuah jitakan di kepalanya.

"Sakit bang. " Ringis Gee.

"Kenapa kalau bunda hamil, bisa aja kan? Kamu pikir ayah gak bisa bikin bunda kamu hamil. " Arza menatap Rion menyipit dan Rion hanya melongo.

"Ayah, ihh ingat umur. Bunda itu udah hampir kepala empat bukannya beresiko ya hamil usia gitu. "

"Tuh Vee aja tahu. " Rion senang karena mendapat pembelaan dari Vee.

"Tapikan..."

"Ya tetap aja ayah.. "

"Riooon. "

"Ayaaaaah. "

Jika sudah begini mereka--Vee, Gee dan Sissy hanya mampu menghela nafas, keras kepalanya mereka hanya bisa diluluhkan oleh sang bunda. Namun jika seperti ini siapa yang akan turun tangan. Mungkin sampe mereka capek sendiri.

"Sepertinya dr. Doni sebentar lagi bakalan dateng, Gee buka pintu dulu ya. " Gee bergegas menuju ke bawah daripada menyaksikan kelakukan ayah dan abangnya itu.

***

Setelah dr. Doni pulang mereka semua bernafas lega karena Bunda Aura nya keracunan makanan. Ya setidaknya bukan penyakit mengerikan ataupun kabar kehamilan yang di dengar. Sejak tadi Ayah Arza terus saja berceramah agar tidak sembarangan jajan terutama pada Putri cantiknya itu. Setelah kondusif Sissy pamit pulang karena sudah mulai malam. Dan Rion diminta sang ayah untuk membeli makanan di restoran langganan untuk makan malam mereka mereka tanpa layanan online ataupun delivery kalau bisa pergi sendiri kenapa harus bermalas-malasan. Sedangkan dua anak kembarnya tertidur, jika Gee tertidur di sofa kamar Vee maka Vee berbaring memeluk sang bunda sambil tertidur. Arza terus saja memperhatikan wajah Aura yang tenang. Ia menunggu sang Istri sadar sengan setia.

08 Juli 2017 | TBC.

840 Kata.

Haay kangen gak. Ciee yang terkejut Aura pingsan.
Bunda Auranya keracunan makanan gengs. Wkwk.
Pokoknya seneng yang kemarin bisa menangkap kode dari aku, wkwkwkwk
Makasih semua.

Typo? Maafkan gak check.

Dan aku minta yang baca agar meninggalkan jejak baik itu Vote ataupun Comment. Makin banyak jejak makin sering aku update. Karena sekarang aku lihat makin sedikit dan itu membuat aku jadi malas mau lanjutin.

Udah itu aja.

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang