| 23 |

5.5K 472 19
                                    

Mereka keluar dari Bioskop masih dengan Jessy yang terus saja berbicara mengenai film yang membuatnya baper itu,  sedangkan Sissy juga Vee sesekali menjawabi dengan antusias selebihnya didominasi oleh Jessy.

Rion memperhatikan sekitar sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket abu-abunya sedangkan Gee berjalan santai disampingnya sambil melirik para perempuan yang meliriknya--oh tidak lebih banyak yang melirik sang abang. Gee mendengus saat melihat reaksi beberapa perempuan yang menjerit tertahan sambil menatap gemas sang abang yang tak sengaja meliriknya walau hanya sekilas.

"Fans lo tu bang. " Dengus Gee

Rion menaikkan alis tampak bingung dengan sang adik "Apaan.? "

Sedangkan para perempuan liar itu lantas menjerit melihat ekspresi Rion yang berganti dan membuat mereka gemas.

'Omg ganteeeng. '

'Matanya deh biru.'

'Keturunan bule nih.'

'Memperbaiki keturunan boleh nih, biar nanti dapat anak bule gitu juga.'

'Emang dia mau sama lo.'

'Yee kalau misalnya gue memang jodohnya lo bisa apa.?'

'Bisa berdo'a biar gak terkabul mimpi lo. '

'Mimpi ketinggian lo.'

'Gak apa-apa bermimpi itu adalah bagian dari perjalanan hidup. '

'Hah banyak bacot lo. '

'Live ah ada cogan ini. '

'Huuu. '

Dan banyak lagi suara lain yang terdengar di sekitar mereka. Rion yang paham dengan keadaan menampilkan raut datarnya kembali dan terus memperhatikan kedepan dimana tiga perempuan yang harus dijaganya. Namun matanya menatap siluet seseorang.

Berdiri didekat tiang dan memperhatikan jalan mereka. Rion semakin mempertajam pandangannya dan memfokuskan pada sosok itu, hingga tahu lah Rion siapa dia.

"Jes. " jessy menatap Rion yang memanggilnya.

Jessy menyerit bingung begitu pula Vee dan Sissy "Kenapa Rion.? "

Jessy yang mundur membuat Vee dan Sissy berjalan berdua beriringan "Ini kita mau kemana.? "

"Makan deh, laper. " Jessy mengusap perutnya yang menandakan Ia lapar.

"Yuk kak, tapi lo traktir yah. " Gee ikut mengeluarkan suaranya.

Jessy melotot pada Gee "Gue mulu traktir, tadi gue juga."

"Kan kakak yang ngajak, lagian ya nih kak. Karena ayah dan bunda kami sedang pergi seharusnya kami menghemat uang biar cukup sampai 3hari kedepan, lah kakak ngajak nonton dan makan di saat gak tepat. " Gee menggelengkan kepalanya dramatis.

"Ngeles lo, modus lo."

"Jadi mau makan di mana.? " Rion kembali bertanya sedangkan matanya terus melirik kearah sosok itu.

"Dimana ya.? Dimana yang enak ya." Jessy bergumam sambil melirik sekitarnya

"Yaudah aku mau ke toilet dulu, nanti chat aja ya dimananya. Oke " Setelah melihat Jessy mengangguk Rion menghadap Gee dan mencengkram pelan bahu adiknya "Gee abang titip mereka dulu ya sebentar, kamu jaga baik-baik mereka oke. " Seperti terhipnotis Gee mengangguk mengiyakan permintaan sang abang.

Rion berhenti dan membiarkan mereka berjalan bersama, Sissy melirik kebelakang san Rion hanya mengangguk memberikan kode padanya akhirnya Sissy hanya mengedikkan bahu tak acuh saat Gee mengatakan sang abang ingin ke toilet dan menyusul nanti.

Setelah Rion memperhatikan mereka cukup lama, bukannya mencari toilet Rion malah berjalan menuju sosok yang berdiri dibelakang tiang besar di tepuknya bahu orang itu hingga Ia berbalik dan menyadari kehadiran Rion. Raihan--sosok itu sempat terkejut hingga akhirnya tersenyum menutup kebodohannya.

"Lo ngapain disini.? " Itu pertanyaan yang dikeluarkan Rai saat melihat Rion menyandar pada tiang.

"Menurut lo.? "

"Oke Rion, gue gak ganggu. Gue cuma mau bicara sama Sissy. " Rai menghela nafas

"Buat apa lagi. " Rion bertanya jengah pada Rai.

"Buat semuanya, buat masa lalu itu. "

"Lo pikir maaf lo bisa merubah masa lalu yang buruk.? " Rion mencoba menahan amarahnya.

"Gue tahu, tapi--"

"Berapa banyak orang yang terluka di masa lalu. Lo apa sangat sadar saat ini ha.? "

"Tapi gue juga terluka bukan kalian saja. "

"Cih. "

"Gue sudah sembuh. " Rai menatap Rion dengan serius.

"Lo pikir gue percaya. "

"Lo harus percaya. "

"Kenapa gue harus, saat lo gak bisa buktikan apa-apa. "

"Apa perlu gue bawa hasil testnya atau dokter itu kesini, bilang sama lo buat lo percaya. "

"Gak perlu, karena mau lo sembuh atau enggak itu gak ada artinya. Gue gak mau ada urusan sama lo lagi, sudah cukup di masa lalu. " Rion membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh sebelum ucapan Raihan menghentikan langkahnya.

"Meskipun itu adalah keinginan terakhir Raina, lo masih gak mau maafkan dan terima gue.?."

"Jangan.sebut.Raina.lagi. " Rion menahan amarahnya dengan tangan terkepal Ia meninggalkan Raihan yang mencengkeram pembatas mall--untung saja Ia tidak berniat bunuh diri dengan lompat di sana.

TBC | 04 Agustus 2017

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang