29

4.8K 450 1
                                    

Setelah tidak ada yang menganggu kembali Rion melangkahkan kakinya menuju niatan awalnya tadi-yang sempat tertunda. Dengan langkah pelan dan mata penuh binar Ia mendekat semakin mendekat pada si sayang. Dengan penuh kelembutan Ia buka sarung mobilnya dan di sana si sayang tampak menggiurkan.

"Akhirnya ya sayang, kita bisa berdua terus gak ada yang ngelarang lagi." Rion mengusap body sampingnya.

"Gak sabar, tapi ya harus sabar lagi." Membuka kunci dan duduk di balik kemudi mengusap-ngusap dengan sayang.

"Okeh cukup kangen-kangenannya, besok kita ketemu setelah buat SIM. Bye sayang."

Rion kembali menuju kamarnya melalui pintu penghubung garasi dan rumahnya, dengan senyuman masih tercetak di wajahnya dan tangannya memainkkan kunci mobilnya. Hingga matanya melihat sang bunda yang sibuk membuat kue untuknya-Rion sudah melarangnya Ia tidak butuh kue ataupun kado cukup do'a saja, namun Ibunya masih saja keras kepala dan begitupula dengan orang-orang yang memberinya surprise itu.

"Bundaaa." Rion memeluk pinggang sang bunda dari samping dan menumpukan dagunya di pundak sang bunda.

"Abang, darimana nak.?" Aura mengusap pelan pipi sang anak yang jarang bermanja seperti ini semenjak ada si bungsu.

"Habis lihat si sayang bun."

"Si Sayang.?" Aura membeo pasalnya Ia sangat tidak tahu siapa yang di maksud sang anak.

"Iya si sayang yang ada di garasi bun."

"Oooh bunda kira siapa."

"Iya bunda, bunda gak capek apa. Gak usah aja buat kue bunda kalau mau beli aja."

"Ish kamu, meragukan bunda ya. Gini-gini buat 17 kue buat kamu juga bunda sanggup."

"Jangan. Kasihan bunda nanti capek."

"Bunda tadi buat cup cake gitu, coba kamu cicipi bang, enak gak ya.?"

"Jelas enaklah, kan bundanya abang yang buat." Rion melepaskan pelukannya dan berjalan menuju meja yang penuh dengan cup cake lucu dan tentunya enak itu, Rion mengambil yang paling ujung dan duduk di salah satu kursi.

"Kamu bisa aja bang."

"Alhamdulilah, enak bun." Rion berujar setelah menghabiskan satu cup cake dan menikmatinya.

"Alhamdulilah ya. Yang lain mana Ri.?"

"Kalau Gee paling tidur bun, yang cewek-cewek paling di kamar Vee."

"Oh gitu."

"Bun.." Rion memanggil sang bunda dengan sedikit ragu.

Aura yang paham anaknya jarang bercerita ini segera mendekat dan menarik kursi terdekat untuk duduk did ekat Rion "Kenapa abang."

"Itu hm. Raihan pindah sekolah di SMA yang sama dengan Rion dan Sissy." Rion mulai bercerita dan Aura mengangguk sebagai responnya "Hufh, akhir-akhir ini Rion sering mimpi Raina bun." Rion menunduk lesu

"Raihan gak ganggu abang kan.?" Aura menggoda sang anak.

"Ya enggaklah bunda."

"Itu bukan sepenuhnya salah dia bang, siapa juga yang punya alter ago yang seperti itu. Pastinya Ia akan menyembunyikan penyakitnya biar bisa punya teman, dan bunda yakin kalaupun Ia sadar waktu itu Ia tidak akan melakukan itu apalagi ada adiknya disana. Dan bunda juga gak bisa salahkan atau mengakatakan itu kesalahan orang yang secara tidak sengaja membangkitkan alter ago yang ada. Seharusnya abang sebagai teman yang tahu jangan menjauhi dia, bunda yakin dia juga cukup tersiksa bang. Sebaiknya abang jadi pelindungnya ataupun pengingatnya kalau dia kambuh segera di sadarkan atau ya di cegahlah gitu bang. Jangan sampai ada korban lagi."

"..." Rion menatap kosong kedepan sedangkan sang bunda mengusap punggungnya.

"Dan untuk Raina, mungkin Ia ingin kamu maafkan abangnya sepertinya Ia bilang saat terakhir kali dan Dia minta kamu kunjungi. Abang udah lama gak kesana kan.?"

"Iya bunda. Nanti abang kesana ya."

"Iya, yaudah bunda lanjut buat kue lagi ya. Kamu istirahat gih." Setelah bundanya beranjak dari duduknya dan menyibukkan diri dalam dunianya Rion mulai mengambil langkah mendekati sang bunda lalu memeluknya sejenak dan pamit untuk kekamar.

Selama melangkah Ia terus berpikir tentang apa yang dikatakan sang bunda dan Ia pun memikirkan langkah apa yang akan dilakukannya setelah ini.

TBC | 01 September 2017

Selamat lebaran.
Selamat ulangtahun pacaaar.
Eh

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang