8 | HEARTBEAT |

8.3K 734 3
                                    

"Mungkin kah aku jadi pilihan hatimu, tiada henti ku berangan.

Maudy Ayunda- Kusimpan Dalam Mimpi"

Rion terus menatap jam tangan Rolexnya dan terus mengirimi spam chat pada Sissy yang kini mulai terlihat sedang mengayuh sepedanya mendekat pada Rion. Belum sempat Sissy mengomel pada Rion, Rion telah mengayuh sepedanya cepat meninggalkan Sissy.

"Ih Rion, pelan-pelan."

Tanpa mengurangi kecepatannya Rion berkata "Kamu lama sih."

"Yaampun ini udah yang paling cepat kali." Sissy berusaha mengejar Rion yang nyatanya begitu semangat mengayuh sepeda saat ini membuatnya semakin tertinggal.

"Tetap aja lamaa."

"Tapi kan..."

"Udah lah, cepat aja nanti Tasha lihat kita."

"Rion ini sudah jauh dari kompleks, ya kali Tasha nyariin sampe sini. Terus kerajinan banget dia pagi-pagi kerumah kamu."

"Kamu kayak gak tahu dia aja." Rion mengayuh meninggalkan Sissy yang terus saja menggerutu sepanjang jalan.

***

"Rion." Sebuah tepukan bahu kanan Rion.

Rion menatap Evan yang kini cengengesan saat di tatap datar oleh Rion. Lalu alis kanan Rion terangkat sebelah seolah bertanya 'apa.?'. Sissy yang sejak tadi berdiri di sampingnya lantas pergi setelah Rion menunjuk kelas mereka dengan dagu pada Sissy. Sissy sangat paham artinya itu dia di usir.

Cukup tahu.

"Hem gini." Evan dengan santainya merangkul Rion sok akrab membawanya duduk di bangku koridor.

"Cepetan." Desak Rion

"Iye iyee. Ehem gini. Kan sebagai teman satu sekolah dari SD, SMP dan SMA. Gue mau nawarin lo jadi ketua osis. Lo mau.?"

"Kenapa gue.?" Rion melepaskan rangkulan Evan karena risih dan takut dikira maho.

"Karena gue tahu bibit, bobot dan bebet lo."

"Lo penguntit ya. Kan kita gak pernah akrab." Bergeser menjauh dari Evan.

Ngg.?

Evan terdiam mendengar perkataan Rion, jadi begini Rion yang sekarang melupakan pertemanan mereka—ya walaupun mereka hanya teman satu sekolah dan kebetulan beberapa kali pernah satu kelas. Bagaimana bisa Ia di bilang penguntit sesama laki-laki.

"NGACO!" Evan tiba-tiba berteriak hingga membuat orang menatap mereka dan Rion terlonjak kaget.

"Biasa aja kali." Rion menatap sinis Evan.

"Ndas mu biasa aja, ini gue yang tampan dibanding hem dibandingkan ..." Evan menggantungkan ucapannya seraya berpikir "Di..banding Dodi gini, lo bilang penguntit." Evan menggeleng dramatis, fyi Dodi murid tergendut diangkatan mereka.

"Malas gue ngehadapin lo."

"Lo itu perfect Rion, olahraga oke, pendidikan oke, lo punya kemampuan untuk memimpi Rion. Dan gue juga tahu tapi gak lo perlihatkan aja, anggap aja sebagai batu lompatan dan pengalaman buat lo yang bakalan mewarisi perusahaan ayah lo dan pastinya mempunyai saham terbesar di perusahan kakek lo karena lo adalah cucu laki-laki pertama mereka, Dim--"

Rion menutup mulut rembes Evan dengan tangannya segera sebelum identitasnya terbongkar. "Wah waah. Lo emang penguntit ya Van."

Rion menatap sekeliling saat Ia dan Evan menjadi pusat perhatian "Wah Evan pagi-pagi udah ngehayal aja. Lo masih ngantuk ya."

Evan melotot pada Rion seraya mencoba melepaskan bekapannya, setelah terlepas Ia menghirup udara dengan rakus, seraya mengurut dadanya beristighfar.

"Lo mau bunuh gue, di tempat ramai seperti ini.?" Rion mengangkat sebelah alisnya

"Jadi lo mau gue bunuh di WC yang gak terpakai di belakang sekolah.?"

"Ih Rion suka bercanda. Hahahaha " Evan memaksakan tawanya.

Rion berdiri dari duduknya dan meninggalkan Evan tanpa kata lagi, sedangkan Evan lagi-lagi melongo melihat kepergian Rion yang tanpa pamit ataupun..aih membuatnya gila saja. Tak kehabisan akal Evan berteriak pada Rion.

"RION MAKASIH YA LO UDAH MAU JADI IKUT BUAT PEMILIHAN KETUA OSIS NANTI. GUE YAKIN LO BISA JADI KETUA OSIS YANG TERBAIK. IYAKAN TEMAN-TEMAN, YANG FANSNYA RION KALIAN BAKALAN DUKUNG DONG YA. KALIAN BISA LIHAT BETAPA HEBATNYA SEORANG RION ." Dengan gaya slengean Evan berkata di tengah koridor yang banyak dilalau banyak orang.

Rion melangkah tanpa ingin berbalik dan menahan dirinya untuk tidak benar-benar membunuh Evan saat ini juga, bagaimana bisa Ia bertingakh seperti itu saat Ia berjenis kelamin laki-laki tapi mulutnya lebih rembes dari ember bocor.

Sissy yang baru hendak keluar kelas mendengar teriakan Evan tertegun akan kata-kata RION MENJADI KETOS. Wah berita hangat dan terbaru yang perlu dikabarkan pada aunty Aura. Yang pastinya akan senang karena anaknya akan bebaur dengan banyak orang saat terpilih jadi KETOS dan bukan hanya bergaul dengan buku dan keluarganya saja. Rion perlu bersosialiasi untuk kehidupan kedepannya.

QueenSissy:

Aunty.
Ada berita hot masih hangat dari kompor..

AuraNavulia:

What.?

QueenSissy:

Rion bakalan maju menjadi calok KETOS Aunty.
Daebak, daebak.

AuraNavulia:

Ha.????? Serius kamu.?

QueenSissy:

Iya serius.
Official dari Evan tadi ngumumin aunty.

Sissy memasukkan smarthphone kedalam saku dan menghampiri Rion yang mukanya terlihat kesal itu dan duduk dikursi depan Rion dan menyangga pipi chubbynya tersenyum lebar pada Rion yang menatapnya tajam. Namun Sissy sudah biasa melihat tatapan itu bukan hal baru.

"Ciee calon KETOS."

"..."

"PAK KETOS RION."

"..."

"WAH DAEBAK"

"..."

"HOT NEWS BANGET."

"..."

"LIHAT JADI TRANDING TOPIK."

Rion mengambil paksa smartphone Sissy dan melihat apakah benar berita tentangnya menjadi tranding topic.? Namun sayangnya hanya candaan Sissy yang kini terbahak melihat Rion menghela nafasnya dan menatapnya lagi dan lagi dengan tajam. Lantas Sissy mengambil smartphonenya dan berlari menuju bangkunya sebelum mendapata amukan dari seorang Guminorion Auza.

Riau 01 Juni 2017

824 Kata.

Publish : 20 JUNI 2017

Aku agak lama post harini. Karena tadi abis kerja rodi bantu mamsky..

Semoga suka dan maafkan ceritanya makin aneh.

Typo? Maafkan gak Check.

O R I O N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang