"Tuhan bila masih ku beri kesempatan, izinkan aku untuk mencintanya namun bila waktu ku telah habis dengannya biar cinta hidup sekali ini saja
Sekali ini saja- Gleen Fredly"
Taman kompleks menjadi pilihan mereka duduk dibangku dengan pohon besar menjadi sandaran di belakang mereka, kini Rion tengah menghadap lurus duduk dengan tenang sedangkan Sissy sejak tadi melirik Rion lalu menghembuskan nafas berat juga meremas-remas kedua tangannya. Rion tahu apa yang sedang di lakukan Sissy itu Ia telah mengenal Sissy dengan baik sejak dulu.
"Ri..Rion."
"Jadi Sissy gagap sekarang.?" Rion berkata sarkastik
"Hufhh. Aku tadi gak sengaja ketemu dia—Rai.."
Rion mengangkat sebelah tangannya menghentikan ucapan Sissy "Jangan sebut namanya."
Sissy mengusap dadanya pelan seolah bersabar "Aku ketemu beliau pas selesai dari toilet, eh aku lihat beliau jalan sendiri kebingungan yaudah aku bantu aja, kan bantu orang itu dapat pahala Rion."
"Ya aku tahu."
"Ha Terus.?"
"Are you OK.?" Manik biru terang itu menatap Sissy tersirat kekhawatiran dan kesedihan disana membuat Sissy tergugu. Jarang melihat Rion seperti ini sejak beberapa tahun lamanya.
Air mata itu menetes namun Sissy cepat menghapusnya dan tersenyum pada Rion "I'M OK."
"Kalau gak bisa bohong jangan menupuk bibit untuk menjadi pembohong. Tahu kan satu kebohongan itu akan memunculkan kebohongan yang lain meskipun tidak direncanakan sebelumnya." Rion bukan sosok romantic yang akan menghapuskan air mata Sissy lalu memeluknya namun gerakan tangan Rion kali ini membuat Sissy tertegun.
Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan merah jambu berinisialkan QSissy—ini adalah milik Sissy yang dahulu pernah diberikannya pada Rion saat kecil saat kucingnya Azul hilang Ia memberikan sapu tangan itu tanpa mengingatnya. Namun kini Rion masih menjaganya sejak dahulu.
"In..ini."
"Kan, sekarang kamu udah jadi Sissy gagap ya.?"
"Aish." Sissy mendengus mendengar perkataan Rion dan menerima uluran sapu tangan itu. "Masih disimpan aja." Sambungnya.
"Karena aku tahu, kamu pasti butuh, suatu saat nanti aku kembalikan dan sekarang waktunya."
"Lalu saat kejadian itu.?"
"Entahlah aku berpikir pelukan bisa menenangkanmu, namun kini meskipun ingin namun aku sadar ada batasan antara perempuan dan laki-laki dalam persahabatan. Apa yang akan orang pikirkan nantinya, bagaimana penilaian mereka. Kita sudah dewasa sudah saatnya memikirkan resiko buruk sebelum melakukan sesuatu."
"Uuuu Gummy sudah dewasa." Sissy menatap Rion dengan mata berbinar-binar.
"Lebay, ayo pulang."
"Ayo."
Mereka mendorong sepeda masing-masing melewati jalan-jalan yang ada di taman menjelang sore dan matahari mulai kembali pada peradabannya membuat orang-orang memilih keluar rumah dan menghabiskan waktu mereka di Taman, berinteraksi bersama yang lain. Sissy berulang kali menyapa orang-orang yang di lihatnya bahkan melambai antusias pada anak-anak yang biasa Ia temani bermain sepeda.
"Kak ayo main." Seorang anak kecil berusia 5 tahun dengan rambut berkuncir menghampiri Sissy juga Rion yang terhenti lalu di susul yang lainnya.
"Aduh kakak baru pulang nih, besok aja gimana Laura.? Nanti mama kakak nyariin di rumah." Sissy mengusap pelan kepala Laura dan memasang wajah sedih.
"Yaah."
Sosok anak laki-laki menepuk pundak Laura yang merosot kecewa "Jangan gitu Laura, kak Sissy kan capek sekolah dari pagi mau istirahat, mau mandi. Lihat tu udah bau acemm kakaknya."
"Hahahaha" Rion tertawa membuat kumpulan anak itu menatap Rion yang jarang dilihatnya—asing.
"Abang siapa.?" Sosok anak laki-laki itu bertanya mata sipitnya mengedip berulang kali.
"Nama Abang Rion, sahabatnya kakak Sissy yang bau acem. Nama kamu siapa.?"
"Nama aku Putra."
"Putra? Putrinya mana?" Tanya Rion yang membuat Putra cemberut dan yang lain tertawa.
"Ihh abang."
"Hahaha canda aja, abang sama kakak Sissy nya pulang dulu ya. Kak Sissynya udah bau acem tuh."
Sissy melotot pada Rion yang tertawa bersama anak-anak yang lain, sebenarnya Sissy senang Rion bisa berbaur dengan orang lain selain keluarganya, orang-orang yang berhubungan dengan keluarganya dan juga teman sekolah yang mempunyai dampak untuk Rion secara langsung. Setidaknya Sissy bahagia melihat Rion hari ini yang sudah disukai anak-anak.
"Besok abang sama kakak Sissy main disini ya."Pinta Laura dengan matanya yang berbinar.
"Oke" "Abang gak janji."
Mereka menjawab bersamaan dengan jawban yang berbeda tentunya dan membuat kumpulan anak-anak itu senang sekaligus sedih akan jawaban itu. Mereka ingin ada Rion yang menemani mereka bermain juga meskipun Sissy yang biasa menemaninya sudah membuat mereka senang, namun tetap saja mereka ingin Rion juga ikut bermain bersama mereka.
"Yaaaah. Ayolah bang"
"Rion."
"Aku gak bisa janji Sissy, aku kan harus ngurus persiapan calon KETOS garagara si ku—ehm itu."
"Yah, tapi gak apa-apa, besok kakak bawa abang Gee buat menemani kalian ok."
"Gee.?"
"Iya, dia sering main sama aku disini."
"Abang Rion sama Abang Gee mirip. Sama-sama ganteng." Ucap seorang anak perempuan yang kini bersemu.
"Abang Gee kan adiknya Abang Rion makanya gantengnya sama." Rion berkata dengan bangga.
"Yaudah kakak pulang dulu, kalian mainnya baik-baik ya jangan berantem oke. Assalamualaikum."
"Walaikumussalam."
Setelah cukup jauh dari anak-anak yang mulai membubarkan diri dan bermain di sekitar Taman membuat Rion menatap Sissy yang berjalan disampingnya masih memasang wajah penuh senyum bahagia bahkan lupa bahwa Ia hampir menangis tadi.
"Aku gak tahu kalau kamu suka main disini, sama Gee lagi."
"Sejak kapan sih kamu ingin tahu tentang aku. Kamu tahunya buku dan buku."
Riau 02 Juni 2017
826 Kata.
Pubkish : 28 Juni 2017
Hallo aku datang. Udah gtu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
O R I O N [END]
Teen Fiction[Sequel dari Baby Gummy] Ketika seorang Guminorion Auza Dimika tidak ingin lagi dipanggil 'Gummy' nama kecilnya yang kini telah menjelma menjadi sosok pria jangkung dengan manik mata biru ciri khas sang kakek juga ayah. Ini bukan lagi tentang si B...