"Kenapa masih diluar.?" Tanya Rion yang menaikkan alisnya sambil melipat tangannya di depan dada.
"Vee mau bicara sama abang."
Rion tersenyum dan mengusap pelan puncak kepala Vee "Iya bicara aja, abang dengarkan."
"Tadi Vee gak sengaja dengar ayah dan bunda bicara tentang perjodohan abang sama kak Raina."
Mata Rion membulat gerakan tangannya mengusap puncak kepala Vee terhenti "Apa.?"
"Vee mau tanya, abang dekat dengan hem Raina ini, emang karena suka atau cinta sama dia, atau..."
"Atau apa Vee.?" Desak Rion
"Atau karena dia mempunyai nama yang sama dengan Raina teman kakak yang dulu. Untuk menebus perasaan pada Raina itu kakak mau dengan Raina yang ini."
"..."
"Ja..jadi benar bang. Jawab bang."
"..."
"Gak gitu caranya bang, jadi nanti kalau abang ketemu Raina yang lain abang bakalan gitu juga.? Vee gak suka bang, Vee gak suka. Vee gak mau abang nyesal nantinya. Cinta yang sebenarnya itu dekat, abang saja yang tidak merasakan dan menyadarinya, semoga abang gak nyesal nantinya." Vee meninggalkan sang abang yang terdiam.
Terdiam cukup lama Rion berjalan menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya juga pikirannya yang sangat lelah semua sama sama membuatnya sedikit terguncang tiap langkahnya Ia terus memikirkan perkataan sang adik yang seolah menyadarkannya. Ia harus membicarakan hal ini pada Raina.
G.Rion
Besok pulang sekolah kita ketemu di cafe biasa ya.
Ada yang mau aku bicarakan.
RainaAyunda.
Ya ampun udah kangen aja, iya see you.
Saat sepertiga malam Ia terbangun padahal tidak lama Ia tertidur karena pikirannya ini namun hatinya gelisah dengan cepat Ia mengambil air wudhu dan beranjak menuju ruang shalat yang ada mungkin shalat juga mengaji membuatnya tenang.
Rion menjemput Sissy seperti biasa namun yang Ia lihat adalah ayah Sissy yang menggeleng mengatakan bahwa sang anak sudah berangkat bahkan sejak satu jam yang lalu membuat Rion mengerutkan dahinya setelah mengucapkan terimakasih dan menyalami ayahnya Sissy Ia berpamitan untuk pergi sekolah.
Setelah memarkirkan mobilnya yang mengundang tanya orang-Ia tidak mempunyai waktu untuk melakukan hal seperti biasa pikirannya hanya Sissy dicarinya kekelas dan bertanya pada yang lain namun hanya gelengan yang diterimanya bahkan tas Sissy tidak ada di kursinya dengan tergesa Ia berjalan menuju kantin namun tidak ada dan pilihannya hanya satu taman belakang dengan sedikit tergesa Ia melangkah apalagi saat melihat punggung seseorang yang Ia yakini bahwa itu adalah punggung Sissy namun langkahnya memelan saat melihat punggung lainnya yang berdiri tak jauh dari Sissy yang membelakanginya. Bukan bermaksud menguping namun ada baiknya Ia tidak segera menampakkan diri.
"Kamu kenapa sedih.?"
"..."
"Gara-gara Rion.?"
"Enggak." Terdengar suara Sissy yang serak
"Kamu bohong. Aku tahu kamu."
"..."
"Kalau dia tidak bisa membahagiakan kamu, ada aku yang akan berusaha membahagiakan kamu karena aku cinta kamu meski kamu cinta Rion."
Tangan Rion terkepal di sisi tubuhnya hingga Ia berbalik meninggalkan tempat itu dengan pikiran tak menentu.
TBC| 12 September 2017
Besok tamat. Udah itu aja. Hehhee.
Ayo mampir ke cerita Tama Rere dongs. Yang itu ada 50 chapter. Just A Feeling judulnya.
Curhat ya, entah karena aku mulai bosan, jenuh atau lantaran emang sibuk aku gak ada nulis lagi, ngelanjutin AkudanRaina aja gak ada, semoga nanti cepat selesai bisa aku post tiap harinya ya.
Do'ain ya.
Terimakasih untuk semua pembaca Setia.
Maaf y komen aku gak balas tapi kadang aku baca kok. Gak sempat, nugas gass terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
O R I O N [END]
Teen Fiction[Sequel dari Baby Gummy] Ketika seorang Guminorion Auza Dimika tidak ingin lagi dipanggil 'Gummy' nama kecilnya yang kini telah menjelma menjadi sosok pria jangkung dengan manik mata biru ciri khas sang kakek juga ayah. Ini bukan lagi tentang si B...