"Assalamualaikum."
Tok tok tok
"Vee aja yang buka." Vee berdiri dari duduknya menahan raut wajahnya agar tidak masam di depan tamu di rumahnya itu.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, iya tunggu sebentar." Vee membuka pintu utama dan disana Sissy berdiri sambil membawa nampan yang diatasnya di tutup dengan tudung saji kecil. "Loh kak Sissy.? Bawa apa tuh.?"
"Eh anu..Ini tadi buat Red Velvet dapat resep dari aunty Aura terus minta aunty nilai." Sissy merona malu takut jika rasanya tidak enak.
"Oh, ayo masuk kak." Setelah Sissy masuk Vee menutup pintu dan berjalan bersamaan menuju ruang keluarga.
"Siapa Vee.?" Tanya bunda.
"Ini Kak Sissy."
"Assalamualikum, Aun—ty ." Mata Sissy teralihkan pada sosok gadis yang kini duduk bersebelahan dengan Rion yang acuh menonton TV seakan mengingat sosok itu, Ia membulatkan matanya sosok yang di Cafe.
"Walaikumsalam." Jawab yang ada disana.
"Eh bawa apa nih.?" Tanya Bunda Aura melihat bawaan Sissy.
"Eh anu ini. Tadi coba, resep yang aunty kasih. Mau dinilai gitu."
"Pas banget." Gee menepuk perutnya.
"Gak di masukkan racun kan Sy." Canda Rion namun Sissy yang sensitive menatapnya tajam.
"Iya mau ngeracunin kamu."
"Waah. hahahaha " Gee tertawa melihat wajah datar Sissy yang mengatakan secara santai.
"Sudah sudah. Biar aunty coba ya Sy."
"Hati hati ya bun." Sindir Rion
"Ehem." Bunda Aura mengigit satu potongan kue itu merasakan tiap rasa yang ada "Enak. Ini mah seperti buatan aunty mirip banget."
"Alhamdulilah." Sissy yang gugup akhirnya lega dan terduduk disamping Vee.
"Vee mau bunda." "Gee juga." "Ayah gak dikasih.?"
"Iya iya tunggu." Aura memotong kue itu
Sissy berbisik pada Vee "Itu siapa.?" Sissy sebenarnya tahu hanya memastikan saja.
"Namanya Kak Raina, teman baru bang Rion eh kebetulan anaknya rekan kerja ayah."
"Ooh."
"Oh iya aunty lupa. Sissy kenalkan ini Raina, Raina itu Sissy." Sissy juga Raina hanya mengangguk sambil tersenyum karena saat ini mereka duduk berhadapan.
Sissy diminta Vee untuk tetap tinggal dirumahnya hingga Raina pulang—yang Ia lihat tidak banyak aktivitas yang dilakukan Rion dan juga Raina. Rion sibuk dengan acar TV yang ada dan sesekali mengomentari bersama sang ayah. Sedangkan Raina berbicara saat ditanya atau diajak berbicara oleh Bunda Aura. Rion mengantar Raina takut magrib dijalan sedangkan Sissy mencuci piring—meski dilarang pemilik rumah namun Ia tetap membantu Vee di dapur. Saat akan berpamitan pulang, Sissy tidak sengaja mendengar pembicaraan orangtua Rion.
"Siapa yang nelpon yah.?" Itu suara milik bunda Aura.
"Tirta yang telpon bun."
"Kenapa yah. Kok muka ayah lain gitu."
"Tirta bilang kita perlu ketemu, dia bilang mau menjodohkan Raina sama Rion."
"Apa perjodohan.?"
Sissy membekap mulutnya terkejut dan menahan laju air matanya lalu berlalu dari tempatnya berdiri dengan langkah tergesa tujuannya saat ini adalah kamarnya agar Ia bisa menangis sepuasnya. Vee yang baru akan mengejarnya terhenti saat mendengar ayah dan bundanya membicarakan perjodohan antara Rion dan Raina, cukup terkejut dan Ia menunggu kakaknya di depan rumah untuk memastikan.
"Mas aku gak setuju ya, apapun pilihan Rion nantinya itu gak ada ikut campur tangan kita. Aku pengen Rion bahagia dengan pilihannya, bukan pernikahan bisnis atau apalah itu. Aku gak setuju."
"Tapi bunda hanya pertunangan awal saja, selebihnya itu pilihan mereka kita menyediakan jalan untuk mereka, bunda." Ayah Arza berkata selembut mungkin pada sang istri.
"Gak gini caranya Mas. Aku yang membesarkan Rion sendiri selama 5 tahun, aku tahu Rion. Gak, aku gak akan setuju perjodohan kalau bukan Rion yang minta atau setuju—dan ayah jangan paksa Rion." Bunda Aura meninggalkan ayah Arza.
TBC| 11 September 2017
Makasih atas komentarnya semalam, mungkin hanya aku yg terlalu baper hihi.
Selamat membaca.
Selamat menuju akhir.
Sekali lagi Raina itu.... Cuma penguat ending aja kok.
Makasih semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
O R I O N [END]
Teen Fiction[Sequel dari Baby Gummy] Ketika seorang Guminorion Auza Dimika tidak ingin lagi dipanggil 'Gummy' nama kecilnya yang kini telah menjelma menjadi sosok pria jangkung dengan manik mata biru ciri khas sang kakek juga ayah. Ini bukan lagi tentang si B...