-Happy Reading-
-----
Tidak lama kemudian aku sudah sampai di depan rumahku, tidak ada yang berbicara di antara kami selama perjalanan menuju kemari. Kami berdua menjadi bungkam seketika dan aku masih terbayang-bayang oleh perkataan Draco tadi.
"Hey you okay?" tanya Draco padaku, ketika aku sedang memutar knob pintu rumah.
Aku mengangguk singkat dan segera membuka pintu.
"Dimana Marmer?"
Aku menghentikan langkahku dan membalikkan badan. "Namanya Arber, bukan Marmer. Sepertinya dia sudah berangkat kerja, padahal aku sudah berjanji akan menemaninya hari ini untuk mencari tempat yang bagus. Dia seorang photographer."
Draco mengangguk, dia menerobos masuk dan duduk menyilangkan satu kakinya di sofa. "Cool. Tapi kau dalam kondisi yang tidak sehat. Batalkan janjinya."
"Siapa yang menyuruhmu duduk? Pulang sana." ucapku sinis, aku melepas sweater dan berjalan menuju dapur.
Draco terkekeh, dia datang menghampiriku. "Hey, kau tidak seharusnya berperilaku seperti itu kepada orang yang baru saja menemanimu untuk berobat."
Oh wajahnya terlihat sangat menyebalkan. Dia berdiri di ambang pintu memperhatikanku dengan wajah menyebalkan itu dengan menaik turunkan kedua alisnya. Boleh tidak aku cukur saja kedua alis sialan itu?
Aku memutarkan kedua bola mataku, lalu berjinjit untuk meraih kotak teh yang berada di lemari atas. Aku merasakan tubuhnya mendekat kepadaku sehingga bersentuhan dengan tubuhku. Tangan kekarnya menjulur di sampingku dan meraih kotak teh yang sulit aku gapai.
Hembusan nafasnya terdengar jelas di telingaku, nafasnya teratur dan tubuhku terasa hangat ketika berada di dekatnya. Aku membalikkan badan dan mata kami saling bertatapan.
Jarak kami sangat dekat. Bahkan hanya berjarak kira-kira setengah jengkal. Draco menatap lekat wajahku dengan tatapan panas miliknya, jantungku berdegup kencang saat mengamati wajahnya.
Aku tidak serius kepada Arber saat aku mengatakan bahwa laki-laki yang satu ini jelek, laki-laki yang berada di depanku saat ini sama sekali tidak jelek. Bahkan jauh dari kata-kata 'jelek'. Draco memiliki wajah yang tampan dan sangat menawan. Alisnya lebat dan memiliki sepasang bola mata bewarna gelap.
"Draco." ucapku lirih, aku menatap lekat kedua matanya, mencoba untuk memahami arti dari tatapan yang sedang ia berikan saat ini.
"Hmmm?" Oh, dia mengamatiku dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Pandanganku beralih ke bibirnya, lidahku mencoba untuk membasahi bibirku yang terasa kering. Oh sepertinya aku sedang tidak waras, bibir itu seakan-akan sedang menggodaku agar aku menciumnya. Seketika aku langsung menghapus pikiran mesum itu dan kembali menatap kedua matanya.
"Kau tahu? Kumismu seperti tukang delivery pizza di Italy." ucapku padanya dengan meringis.
Draco mengerutkan kedua alisnya, Si tukang delvery pizza ini mendekatkan bibirnya di telingaku dan mulai berbisik. "But darling, kumis ini yang membuatku semakin menawan."
Aku menahan nafasku seketika, entah mengapa suaranya terdengar sangat sexy saat ini. Aku segera mendorong tubuhnya menjauh dan menyambar kotak teh dari tangannya.
Aku membuat jarak dengannya, lalu berdeham dan meraih dua cangkir kosong. "Jadi kau mau Earl Grey atau Chamomile?"
"Earl Grey, please." jawabnya, dan dia segera berjalan menjauh untuk keluar dari dapur menuju ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]
RomanceRomance-Action Story Check my profile for another stories. Shura Croft adalah seorang model yang sangat cantik dan periang, namun kecantikannya tidak lagi di pandang ketika dia tidak diterima dengan baik di kalangannya akibat six sense yan...