46 - Jealousy

2.7K 167 9
                                    

-Happy Reading-

-----

Samar-samar aku merasakan seseorang mengelus kepalaku dengan lembut. Uh, aku masih ingin tidur lagi tapi ini tangan siapa? Lambat laun kesadaranku mulai terkumpul, aku mengerang dan mencoba untuk membuka mataku perlahan. Ehm?

"Eh? Hah!"

Aku mencoba menegakkan badanku yang ternyata aku sudah semalam tidur di kursi dan lebih mengejutkan lagi ternyata aku tertidur disampingnya selama semalaman. "Ouch..." Punggungku terasa nyeri saat aku mencoba untuk berdiri tegap.

"Hey, maaf. Aku membangunkanmu?"

Rasanya punggungku sangat kaku dan sakit semua, mungkin ini efek karena aku tidur dengan posisi yang salah. Aku meringkuk di pinggir tempat tidur sedangkan badanku sampai kaku karena terlalu lama di posisi seperti ini.

Aku mengerjapkan mataku dengan cepat dan pandanganku semakin jelas. Kai sedang berbaring di hadapanku dan menatapku dengan senyuman yang terukir di wajah tampan khas asianya itu. "Nyenyak ya? Sampai air liurnya menempel dimana-mana. Hahahaha...."

Cepat-cepat aku mengusap bibir dan pipiku yang ternyata memang basah, sedangkan Kai melihatku dengan tertawa terbahak-bahak seperti sedang menonton pertunjukan sirkus. Sialan.

Pandanganku beralih menatap tubuhnya yang tidak memakai baju atasan saat ini melainkan digantikan oleh perban yang menutupi hampir setengah tubuhnya karena terlalu banyak luka yang terukir dengan indahnya disana. Aku mengernyit menatap kondisinya, sepertinya Kai menyadari ekspresiku kemudian dia menggenggam tanganku dengan erat.

Dia tersenyum hangat padaku kemudian menggeleng perlahan, "Aku baik-baik saja."

Uh, bagaimana mungkin dia baik-baik saja? Bahkan penampilannya sekarang sudah tampak seperti mumi. Terlalu banyak luka yang dia alami dan sudah pasti itu menyakitkan. Aku baru saja ingat kalau semalam aku menyaksikannya hampir kehilangan nyawa kalau aku tidak cepat-cepat menyelamatkannya. Aku juga baru ingat kalau sepertinya aku tidak sengaja tertidur di sampingnya setelah akhirnya dokter Kevin yang merupakan dokter pribadinya selesai mengobati dan menjahit luka-lukanya.

"Bagaimana rasanya? Apa masih terasa sakit? Mau aku ambilkan painkiller?" Aku menatapnya dengan cemas namun dia hanya menyeringai kuda dan menggeleng.

"Tidak, aku baik-baik saja." Kai tertawa, sedangkan aku menatapnya dengan cemas dan setengah kesal karena sedari tadi sepertinya aku terlalu mengkhawatirkan dirinya. Tapi wajar kalau aku sangat khawatir, dia hampir saja kehilangan nyawanya! "Hey, Shura."

"Ehm?"

"Terimakasih." Kai tersenyum padaku dan aku membalas dengan senyuman juga. "Kau menyelamatkanku. Kalau kau tidak ada semalam, mungkin aku sudah mati. Hahahaha...."

Aku memicingkan kedua mataku dan menatapnya dengan datar. Bagaimana mungkin ada orang tolol sepertinya yang membuat sebuah kematian menjadi seperti sebuah lelucon?

"Sudahlah, lagipula aku juga berhutang nyawa padamu, Kai." Aku segera beranjak berdiri dan membereskan beberapa peralatan kesehatan yang masih berserakan di meja dekat tempat tidur. "Apa kau lapar? Mau ku buatkan sesuatu?" Aku menengok ke arahnya.

Kai mengangguk setuju. "Aku kelaparan, suster. Tolong buatkan makanan yang sangattttt.... Lezat." Ucapnya sambil membuat ekspresi yang menggelikan diwajahnya sehingga hampir saja aku ingin meninjunya karena kesal.

"Ya. Ya. Ya. Tunggu, ya. Aku mau membereskan ini dulu." Aku segera merapikan dan beranjak keluar dari kamar, "Oh, dan jangan malu untuk meneriakkan namaku bila kau membutuhkan sesuatu, okay?"

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang