24 - I'm Home

5.3K 427 26
                                    

▶️Soundtrack: Coldplay - Everglow

🔴Different Trailer available on instagram 


-Happy Reading-

-----

Dia melihatku, menatapku dari kejauhan namun tidak menghampiriku. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, aku melangkah untuk mendekat kepadanya namun aku menghentikan langkahku ketika menatap kedua matanya yang menatapku dengan dingin, bahkan dingin es. Dia membalikkan badan, berjalan menjauh dan meninggalkanku begitu saja. Tanpa sepatah kata, tanpa kata-kata terakhir.

Aku membuka kedua mataku, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Aku merasakan ada cairan yang mengalir di kedua pipiku, aku menarik nafas dalam-dalam dan mengusap air mataku. Tidak, itu hanya mimpi buruk. Aku meyakinkan diriku sedemikian rupa.

Tatapanku beralih memandangi seluruh ruangan, aku tersenyum masam dan menutup kedua mataku lagi. Aku tahu ini dimana. Ini kamarku.

Ketika aku mencoba untuk duduk, kepalaku masih terasa sedikit pening. Aku menengok ke arah jendela, teriknya sinar matahari menunjukkan bahwa ini adalah hari yang cerah. Hari yang menyenangkan untuk melakukan aktifitas di luar rumah.

Aku mencoba untuk berdiri, berjalan perlahan menuju pintu. Sebelum aku berhasil membuka pintu, aku mengambil beberapa langkah mundur. Memperhatikan wajahku di kaca, terdapat perban yang memutari kepalaku, sebelah mataku masih terlihat bengkak dan merah, serta ujung bibirku masih terluka.

Terdengar suara pintu terbuka, aku tidak melihat ke arahnya. Aku hanya berdiri mematung menghadap kaca dengan pandangan kosong.

Seseorang berjalan mendekat dan memeluk erat tubuhku. Aku menggigit bibir bawahku dan menutup mataku dengan kedua tanganku, tanpa terasa air mataku mulai menetes. Dia mengelus kepalaku perlahan namun tidak berbicara satu patah kata pun.

"Tidak apa-apa...." ucapnya dengan lirih setelah beberapa saat kemudian.

Kepalaku menengadah ke arahnya, menatapnya dengan mata yang masih berlinang air mata namun dia hanya tersenyum. Aku benci dengan sikapnya yang terlalu baik, padahal aku tahu jauh di dalam hatinya pasti sangat sedih melihatku seperti ini.

"Kau akan sembuh, luka-lukamu akan segera hilang." Rugov mengusap kedua pipiku dengan lembut, "Aku memiliki kenalan dokter yang handal, kau akan bisa berjalan di atas catwalk lagi. Kau tidak akan mengecewakan Mom."

Rugov memelukku kembali, dia menggenggam tanganku dan menuntunku keluar dari kamar. Kami berjalan menuju ruang keluarga, terdapat seorang pria yang berdiri menghadap ke jendela. Pria yang aku sayangi, sosok yang sudah lama tidak aku jumpai. Dia membalikkan badan dan menatapku dengan sorotan matanya yang lembut. Dia tidak tahu betapa aku merindukannya, dia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri.

"Shura," Dia berjalan mendekat, memelukku dengan erat dan mengusap kepalaku perlahan, "Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku, maafkan Dad."

Aku menggeleng dan membalas pelukannya dengan erat, "Ini bukan salahmu Dad."

"Tidak, ini salah Dad. Seharusnya aku tahu hal seperti ini akan terjadi, tidak peduli sebaik apa pun aku berusaha untuk menyembunyikanmu dari dunia Dad."

Dad melepaskan pelukannya, dia menatap lekat diriku dan tersenyum, "Kau sudah bertumbuh menjadi gadis yang kuat, aku yakin Mom pasti akan sangat bangga denganmu."

Aku berusaha untuk tidak meneteskan air mataku, namun aku gagal. Sekali lagi aku menangis di dalam pelukan orang yang aku sayangi. Sudah lama aku merindukan pelukan ini, pelukan dari seorang kepala keluarga yang sudah membesarkan aku tanpa seorang ibu.

Aku melepaskan pelukannya, menatap wajah Dad kemudian tersenyum lebar, "Awch." Aku mengernyit kesakitan kemudian Dad tersenyum.

"Jangan lebar-lebar, bibirmu masih terluka."

Aku mengangguk mengerti dan tersenyum lagi namun kali ini tidak terlalu lebar, pandanganku beralih kepada seorang perempuan yang berdiri disebelah Rugov. Perempuan pujaanku, aku berjalan mendekatinya dan memeluknya dengan erat.

"Zola!"

Zola membalas pelukanku dan terkekeh, "Aduh adik iparku sudah besar, sayang sekali kita bertemu saat kondisimu seperti ini. Aku jadi tidak bisa mengajakmu untuk berduel."

"Zolaaaaa..." Rugov menggeram, Zola dan aku tertawa geli mendengarnya.

"Tidak apa-apa, aku bisa berkelahi walau dalam keadaan seperti ini." Aku siap memasang kuda-kuda di hadapan Zola namun Rugov menarikku menjauh.

"Sudah, ayo sarapan. Berhenti mencelakai diri sendiri atau aku akan menggorengmu."

Aku terkekeh mendengar ancaman konyolnya, kami berempat berjalan menuju ruang makan dan siap untuk menyantap sarapan pagi kami.

Nampak beberapa pelayan setia mansion ini yang muncul dan memberikan salam padaku, aku menyapa mereka dengan ramah dan melambaikan tanganku seperti anak kecil yang kegirangan.

"Hai Sarah! Hai Becky! Hai Kate! Hai John! Hai Luke! Hai Mrs. Dorothy! Hai Mr. Swan!"

"Kau terlalu bersemangat di saat keadaanmu yang seperti ini." Rugov memutar kedua bola matanya dengan kesal dan menarikku untuk berhenti menyapa seluruh pelayan.

"Hey, masih banyak yang belum aku sapa!" protesku pada Rugov.

Rugov menatapku dengan sinis, "Oh ya? Kau hendak menyapa seluruh pelayan, sopir, penjaga, tukang masak, tukang kebun dan lainnya?"

"Ya, tentu saja! Sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka." jawabku dengan antusias.

Rugov, Dad dan Zola menepuk kening mereka serempak lalu menyeretku untuk segera menuju ruang makan.

Sudah lama kami tidak sarapan bersama, aku sangat senang karena merindukan saat-saat seperti ini. Sarapan pagi kali ini adalah buatan Mrs. Dorothy, lezat seperti biasanya. Aku menghabiskan sarapanku tanpa sisa.

"Jadi, kapan aku akan kembali ke tempat Draco? Apakah dia akan menjemputku kemari?" Aku menatap mereka bertiga, namun tidak ada yang menjawab pertanyaanku.

"Halo~ Apa suaraku tidak terdengar?" tanyaku lagi.

Rugov menghembuskan nafasnya dengan kesal, dia menatapku dengan tajam, "Kau tidak akan kembali tinggal bersamanya. Kau akan tinggal bersama Dad atau Zola mulai sekarang."

Sejenak aku tidak menjawab perkataannya, otakku sedang memproses, "Tapi...kenapa?"

"Apa kau buta? Kau tidak melihat luka-lukamu? Karena siapa kau menjadi seperti ini!" Rugov berteriak kepadaku, Zola menepuk punggung Rugov perlahan.

"Cukup Rugov, tidak seharusnya kau marah pada Shura." Dad menatap Rugov dengan tajam, Rugov menurut dan mengalihkan pandangannya.

Aku tidak bisa berkata-kata, aku tidak mengerti. Ini bukan salah Draco, aku yakin dia juga tidak ingin melihatku terluka.

Aku segera berdiri dan sedikit berlari kecil menuju kamarku, mencari ponselku dan mencoba untuk menghubungi Draco. Aku menunggunya untuk menjawab panggilan teleponku.

Sekali, tidak ada jawaban. Dua kali tidak ada jawaban. Lima kali aku menghubunginya namun tidak ada jawaban. Dia mengabaikan teleponku? Tidak. Aku menggeleng, menghapus semua pikiran negatifku, mungkin dia masih sibuk.

Aku duduk di ujung tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela dengan pikiran yang mulai berkelana kemana-mana. Seketika aku teringat oleh mimpiku tadi, aku menyentuh dadaku, jantungku sedikit berdetak lebih cepat.

Apa dia akan meninggalkanku seperti yang aku lihat tadi? Aku bertanya-tanya pada diriku lagi, pikiranku tidak tenang. Aku tidak tahu mengapa, namun aku tidak ingin dia meninggalkanku seperti itu.

Aku mencoba untuk menghubunginya lagi, berulang-ulang namun masih tidak ada jawaban darinya. Aku meletakkan ponselku, berjalan mendekati jendela dengan tatapan penuh dengan harapan.

"Draco..."

Hai! Mau tanya nih, ada yang udah nonton mini trailer different? Kalau udah menurut kalian gimana? Kasih pendapat kalian disini ya, tulis di comment! Thankyou❤️
To Be Continued...
Don't forget to vote and comment!

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang