58 - James

5.5K 216 70
                                    

-Happy Reading-

"Fokus!" teriaknya saat aku masih sibuk berjalan memutarinya.

Tatapanku masih fokus lurus menatapnya dengan tajam dibalik kedua tanganku yang sudah berbalut sarung tinju. Draco juga tampak menatapku dengan cermat, sesekali aku maju dan mencoba memukulnya, dia menghadangnya dengan kedua tangannya yang dikepalkan untuk melindungi wajahnya.

Keringatku mulai mengucur dengan deras, sudah berapa lama sebenarnya kami berlatih, alih-alih Draco ternyata benar-benar melatihku dengan serius. Dia bahkan tidak menahan diri saat mencoba memukulku. Yah, bukan masalah, ini memang hanya latihan. Lagi pula gigiku terlindungi dengan baik, begitu pula dengan kedua kepalan tanganku yang sudah terbungkus.

Aku dapat melihat tubuh kekarnya yang tinggi dan berotot itu dengan jelas sejak tadi. Kadang aku merasa aku tidak fokus jika dia melatihku dengan bertelanjang dada seperti itu. Mungkin ide untuk berlatih bela diri dengan pacar adalah pilihan yang buruk. Aku menggerutu dalam hati bahkan tidak sadar melamun ketika Draco melayangkan tinjuan pada pipi kiriku.

"Ouch!" teriakku.

"Fokus!" teriaknya, kemudian aku melepaskan sarung tinjuku.

"Kali ini sungguh nyeri, kau tahu!"

Draco terdiam untuk beberapa saat, kemudian cepat-cepat melepas sarung tinjunya dan mendekat padaku. Wajahnya tampak khawatir, kemudian dia memegangi dan mengecek apakah ada luka serius di wajahku. Kemudian dia hanya tersenyum dan tertawa.

"Dasar, tidak ada luka. Kau jangan membuatku mati karena serangan jantung, sayangku."

"Kalau kau mau memukulku tunggu waktu yang tepat dong!"

Draco mengangkat sebelah alisnya, "Shura, sayang, apa kau pernah melihat ada musuh yang mau bertanya apakah kau sudah siap atau belum saat berada di arena pertarungan sungguhan? Tolong jangan bilang otakmu sudah luntur bersama keringatmu ya."

Aku memutar kedua bola mataku, tentu saja tidak ada, gumamku. Tubuhku sudah terasa letih, aku keluar dari arena dan duduk di lantai. Aku pikir aku bisa melakukannya dengan baik tapi aku masih merasa aku tidak melakakukannya sesuai harapanku.

"Maafkan aku." Ucapku tiba-tiba.

"Untuk apa?"

"Entahlah, aku merasa tidak berada di sini. Kau tahu maksudku tidak? Otakku seperti melayang kemana-kemana. Mulai dari hal yang paling konyol hingga hal yang paling serius."

Draco duduk di sebelahku, "seperti apa?"

"Memikirkan tubuhmu hingga memikirkan nasibku karena semua masalah sialan ini."

Aku merasakan tangannya melingkar pada pinggangku, Draco menarikku mendekat, "Dengarkan aku, kau tidak perlu cemas, sungguh aku akan membantumu mengenai masalah ini. Tapi untuk bagian imajinasi liarmu mengenai tubuhku..." Draco berhenti berbicara, dia menatapku lekat-lekat.

"Apa?" tanyaku sinis.

"Kau sungguh nakal, Shura."

"Kau bicara apa sih, Draco?"

Dia terkekeh, oh aku ingin meninjunya, "saat-saat yang tepat untuk menyerangmu adalah waktu kau sudah kelelahan seperti ini. Tubuhmu yang bagus ini penuh keringat, bukankah ini adalah saat-saat yang menggairahkan untukku juga?"

Dengan cepat aku mendorong wajahnya menjauh, "Dasar cabul! Enyahlah!"

"Sungguh?" tanyanya.

Kemudian aku terdiam, lalu menarik lehernya mendekat dan mencium bibirnya dengan cepat, "Tidak, jangan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang