-Happy Reading-
-----
Keesokan harinya ketika Kai meyakinkanku bahwa dia baik-baik saja, dan dia berkata bahwa akan ada orang-orangnya yang segera datang untuk menjemputnya membuatku menjadi lega. Itu artinya Kai sudah aman dan nyawanya tidak lagi terancam karena dia sudah dikelilingi orang-orang kepercayaannya.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah utama, yaitu rumah dimana aku yakin pasti tidak ada orang lain disana kecuali Rugov atau mungkin Zola. Sedangkan Dad? Jangan bertanya, aku bahkan sudah lelah bermain tebak-tebakan tentang keberadaannya.
Ketika aku baru saja memasuki rumah, keadaan pada hari ini nampak benar-benar tidak seperti biasanya. Sepi, dan sunyi. Kemana perginya semua orang? Bahkan pelayan-pelayan saja aku tidak melihatnya sama sekali. Langkahku terhenti ketika aku mendengar suara isak tangis seseorang, tentu saja aku datang menghampiri dari mana asal suara itu karena suara tangis perempuan itu tidak asing di telingaku.
Suaranya menuntunku pada sebuah ruangan pribadi milik kakakku, yaitu Rugov. Ruangan kecil dimana hanya berisikan sofa mini ditengah dan dikelilingi oleh karpet kulit beruang hasil perburuan Rugov selama musim panas. Dindingnya dipenuhi dengan lukisan-lukisan dari hasil karya seniman ternama, kalau diingat lagi Rugov memang suka menghabiskan uangnya untuk mengoleksi benda semacam ini.
Sosok perempuan berambut hitam lebat itu nampak meringkuk memeluk lututnya di sofa mini, sesekali dia membuang ingusnya lalu meraih segelas brandy yang terletak di meja kecil sebelah kirinya. Jujur saja aku memang terkejut melihatnya seperti ini, namun aku lebih penasaran disbanding terkejut. Apa yang membuatnya menangis seperti anak kecil begini, karena Zola yang aku kenal adalah sosok perempuan yang kuat dan tidak gampang menangis.
"Zola?" tanyaku dengan suara lirih. Dia nampak bersusah payah menghentikan tangisannya dan segera mengusap pipinya dengan gusar, kemudian menoleh ke arahku dan aku mendapati kedua matanya sudah bengkak dan merah bagai disengat lebah, "Astaga, Zola! Ada apa?" aku segera menghampirinya dan memeluk tubuhnya dengan erat.
Zola membalas pelukanku dengan erat, kemudian mencoba menarik napas panjang sehingga dapat lebih tenang, "Kau...." Ucapnya dengan terbata-bata, "Kau dari mana saja?"
"Aku..." entah mengapa aku jadi merasa gugup juga seketika, "Panjang ceritanya, jadi kau kenapa menangis begini?"
"Sungguh ini mimpi buruk bagiku! Demi Tuhan, aku benar-benar tidak habis pikir!" teriaknya dengan penuh emosi yang menggebu-gebu, "Aku marah, namun Rugov tidak mengijinkanku untuk menyelesaikan masalah ini. Aku heran kenapa suamiku menjadi sangat egois disaat seperti ini."
"Maksudnya? Sungguh, aku bagai zombie yang baru saja bangkit dari kubur. Jadi Zola yang baik, tolong ceritakan semuanya dengan runtun karena aku benar-benar tidak mengerti!" aku ikut terbawa suasana dan emosi. Bodohnya aku.
Dia menjadi diam sejenak, aku sabar menunggunya. Kemudian dia menegak cairan terakhir yang terdapat di gelas yang ia pegang di tangan kanannya, "Saat kau pergi, banyak sekali hal yang terjadi. Aku tidak tahu apakah aku boleh menceritakan ini padamu atau tidak, tapi menurutku kau wajib tahu mengenai situasi saat ini. Kau sudah besar, tidak selamanya kau bisa dibodohi lagi lebih lama."
"Ceritakan semuanya." Sahutku dengan serius, aku rasa ini ada hubungannya dengan perkataan Kai kemarin.
"Ayahku," Zola kembali ingin menangis, "Ayahku menghilang. Beberapa hari yang lalu serangan besar-besaran terjadi pada kelompok. Seluruh anggotanya di hancurkan dengan serangan-serangan tidak terduga dan tidak mengenal waktu. Bisa jadi, di hari yang sama dengan sesame anggota. Namun juga bisa keesokan harinya. Intinya, motif serangannya belum di ketahui. Pertama, mereka menghabisi paman Thomas, Zen dan Nabash. Kemudian kemarin malam aku baru mendengar kabar bahwa ayah juga sudah menerima serangan itu." Kemudian Zola mulai menangis lagi.
Aku menatapnya dengan sedih dan jujur saja bingung karena aku tidak tega melihatnya mengenaskan seperti ini, tapi ayah Zola juga pamanku tentu saja aku menjadi ikut gelisah. Tetapi aku juga benar-benar semakin bingung, siapa pula Thomas, Zen dan Nabash itu? Aku sama sekali tidak tahu mengenai hal ini, "Lalu bagaimana keadaan paman Juan? Apakah belum ada kabar bahwa dia selamat atau tidak dari serangan itu? Apa Rugov tidak bertindak mengenai hal ini?"
"Rugov ternyata lebih tahu duluan sebelum aku dan brengseknya dia menyimpan ini rapat-rapat. Namun kau tahu, aku sudah menyelami dunia gelap sialan ini sejak lama. Tentu orang-orangku segera memberi tahuku. Aku benar-benar marah pada Rugov. Bisa-bisanya dia menyimpan semua ini dibelakangku? Maksudku, ini mengenai ayahku! Aku wajib tahu bagaimana keadaan ayahku!"
"Aku mengerti. Tapi mungkin Rugov ingin memastikannya terlebih dahulu ketimbang memberi tahukan hal ini langsung padamu, karena jika kau tahu pasti kau akan benar-benar terpukul. Aku yakin Rugov tidak ingin kau menjadi seperti itu, oleh sebab itu dia menutupi faktanya. Tapi memang caranya salah. Tolong maafkan dia, Rugov sangat mencintaimu Zola. Dia tidak akan melakukan apapun yang akan berujung menyakiti hatimu."
"Well, itu mungkin benar." Zola mencoba tersenyum paksa padaku, "Aku sudah marah besar padanya, dan dia bilang dia menyesalinya. Namun dia mengurungku disini, aku sudah mencoba kabur tapi dia memperketat penjagaannya. Dia bilang aku harus tenang dan tidak boleh mengambil tindakan apapun karena salah aksi sedikit, aku bisa saja celaka. Musuh kita benar-benar licik, sempat aku beranggapan jangan-jangan dalangnya adalah seseorang yang ternyata di dalam kelompok."
Kelompok lagi. Aku mengusap wajahku dengan gemas untuk kesekian kalinya, "Ngomong-ngomong Zola, aku benar-benar tidak tahu mengenai kelompok ini. Kelompok apa yang kau maksud?"
Terdapat keheningan sesaat diantara kami. Zola menatapku lekat dengan raut wajah seperti sedang berpikir sedangkan aku menatapnya seperti penuh dengan harapan. Sungguh, jangan bodohi aku lagi kali ini. Aku benar-benar seperti orang asing di keluarga ini.
"Jadi, Shura sebenarnya..." Belum sempat Zola melengkapi kata-katanya, seorang pria berpakaian rapi muncul tiba-tiba dan menghancurkan semuanya.
"Nyonya, maafkan saya. Tapi ada panggilan penting dari Tuan Rugov, Anda diminta segera menemuinya sekarang juga," tuturnya pada Zola dengan sangat sopan, "Ini mengenai keadaan ayah Anda."
Zola langsung terkejut, muncul berjuta harapan di balik kedua mata indah yang sekarang bertambah merah itu. Zola segera bangkit dari sofa dan menatapku dengan gelisah, "Maafkan aku Shura, lain kali aku akan menceritakannya padamu. Sungguh, aku harus pergi." Kemudian Zola melesat keluar dari ruangan begitu saja. Meninggalkan aku sendirian diselimuti oleh kebingungan dan kebodohan.
Aku juga bagian dari keluarga ini, aku tahu bahwa keluargaku bukan orang-orang biasa. Mereka punya peran penting di dunia gelap, namun apakah mereka akan terus melindungiku dengan cara seperti ini? Menutupi semua fakta yang ada tentang masalah keluarga ini, mencoba membodohiku hingga sekarang aku sudah dewasa. Sampai kapan aku akan tetap hidup di dalam ketidaktahuanku ini?
Kepalaku terasa pening, aku mengambil gelas yang tadinya Zola pakai kemudian menuangkan brandy dan aku menghambiskannya dalam sekali teguk.
Oh aku benar-benar ingin marah.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]
RomanceRomance-Action Story Check my profile for another stories. Shura Croft adalah seorang model yang sangat cantik dan periang, namun kecantikannya tidak lagi di pandang ketika dia tidak diterima dengan baik di kalangannya akibat six sense yan...