34 - The Real Enemy

5.4K 356 33
                                    

-Happy Reading-

-----

Terdengar suara detik jam, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun tidak ada tanda-tanda orang yang sedang perempuan itu tunggu sejak tadi.

Sosok perempuan berambut pirang duduk termenung di samping kolam renang yang permukaannya tenang. Matanya menerawang jauh ke depan, membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang. Sesekali ia mengernyit dan mendengus kesal, terdapat sebuah penyesalan yang amat mendalam tertancap di hatinya.

"Kau menungguku?" Tanya seseorang dari balik kegelapan yang mulai berjalan mendekat ke arahnya.

Dia tersenyum kaku kemudian menoleh ke samping dan mendapati sosok pria dengan tatapan mata tajam dan rahang yang kokoh serta perawakan kekar dengan kedua tangan yang ia sembunyikan di saku mantelnya. "Ya, dan sudah lama sekali."

"Maaf, tapi aku benar-benar sibuk." Jawab pria tersebut, ia duduk tepat di sebelahnya dan mengelus rambut pirang milik perempuan itu dengan lembut.

"Sesibuk itu hingga kau tidak memiliki waktu untuk bertemu dengan calon istrimu?" Dia menatap pria tersebut tidak percaya dan tersenyum kecut, "Seharusnya aku tidak menyetujui perjajian itu."

"Ouhh, my little baby Chiara..." Dia masih mengelus rambutnya dengan perlahan dan menatap lekat wajah gadis itu, "Kau bisa saja membatalkan perjanjian itu kalau kau ingin membuat Ayah tersayangmu itu mati di depan matamu sekarang."

Chiara menangkis sentuhan yang diberikan oleh pria itu dan menatapnya dengan penuh amarah, "Jangan pernah sekali pun kau berani menyentuh Ayahku atau kau akan menyesal."

"Ah, aku benar-benar sangat takut, Chiara..." Pria tersebut meraih pinggang ramping Chiara dan mendekapnya dengan erat, "Kau semakin manis bila emosi seperti ini, tidak heran aku benar-benar ingin memilikimu seutuhnya." Ia mengusap bibir merah merekah Chiara dengan lembut dan mendekat, "Baby, jangan berani mengancamku karena aku bisa saja membunuhmu kapan saja yang aku mau."

Jauh di dalam hatinya ia merasa sangat terpukul akan fakta itu, namun memang benar bila ia tidak memiliki kekuatan apa pun yang dapat melindunginya, tidak untuk dirinya dan tidak untuk Ayahnya. Chiara hanya bisa menurut pada perkataan pria tersebut.

"Aku tahu baby, kau pasti sangat benci padaku." Pria tersebut menangkup wajah cantik Chiara dengan kasar, "Dan aku sangat tahu bahwa kalau saja ada setitik harapan, kau ingin sekali membunuhku."

Dengan cepat pria tersebut melumat habis bibir Chiara dengan kasar dan brutal. Walau Chiara sangat benci sekaligus jijik namun ia tidak mungkin menolak sentuhan pria tersebut, mengingat bahwa dalam beberapa hari lagi ia sudah sah menjadi istrinya.

"Oh, aku baru ingat." Pria tersebut melepaskan ciumannya dan mengelus leher Chiara dengan lembut, "Beberapa hari yang lalu kau mulai nakal ya? Apa kau sudah tidak ingin patuh denganku?"

Chiara mengerutkan kedua alisnya dan menatap pria tersebut dengan bingung, "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Hmmm.. kau tidak mengerti?" Pria tersebut mengangguk-angguk, tidak lama kemudian sentuhan lembut pada leher Chiara berubah. Pria itu mencekik leher Chiara hingga ia terbaring di kursi dengan mimik wajah kesakitan, "Kau tidak bisa membohongiku baby, aku tahu kau bertemu dengan Draco."

"Aku hanya mencoba untuk memberikan salam perpisahan dengannya."

Pria tersebut mengangguk kemudian tertawa dengan keras, "Astaga, aku benar-benar mau dibodohi oleh gadis sialan sepertimu."

Ia meraih sebuah pistol dan menodong kening Chiara dengan pelatuk yang siap ditarik untuk melubangi kepalanya, "Apa kau pikir aku bodoh, Chiara!" Teriaknya dengan suara menggelegar, "Apa kau pikir aku tidak tahu bahwa kau mengatakan bahwa kau masih mencintainya!" Pria tersebut semakin menekan pistolnya dengan kasar di kening Chiara, sesekali ia memukul kepalanya dengan pistol tersebut dengan keras, "Kau jalang sialan! Tidak tahu malu!"

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang