53 - The Truth (1)

2.3K 174 4
                                    

-Happy Reading-
-----

Draco memutuskan untuk segera pergi mencari tahu kebenarannya. Setelah sekian lama kelompok dapat hidup tenang dan sekarang masa kejayaannya berada di ujung tanduk merupakan sebuah bencana bagi mereka semua. Namun Draco lebih benci lagi dengan situasi seperti ini, situasi dimana dia tidak bisa melindungi orang yang dia sayangi dengan benar dan seseorang berusaha untuk terus melukainya.

Draco menatap layar ponselnya, kemudian dia memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut, "Kau dimana?" tanyanya dari seberang telepon.

"Aku melihatmu, masuklah ke dalam mobil." Jawab Draco datar.

Chiara melihat kesekitarnya kemudian mendapati sebuah mobil sport yang kacanya terbuka setengah, dia dapat melihat wajah tampan itu dari kejauhan. Sosok yang pernah ia cintai dengan tulus.

"Hey," sapanya, setelah buru-buru masuk ke dalam mobil.

"Kau sudah makan?"

"Hmm, belum. Kita akan pergi makan siang?"

Draco mengangguk, "Ya, kalau itu maumu."

Tidak banyak percakapan selama berada di perjalanan menuju restaurant, Draco hanya fokus menyetir ketika Chiara mencoba untuk membuka beberapa percakapan. Dia nampak dingin namun tidak pernah kehilangan pesonanya.

Setibanya di restaurant yang ternyata Draco sudah memesan tempat sebelumnya, seorang pelayan dengan sigap menunjukkan meja mereka dan bersiap untuk mencatat pesanan.

"Kau mau makan apa?" tanya Draco yang sedang membaca buku menu. Dia seperti enggan menatap lawan bicaranya, berkali-kali Chiara mencoba untuk mendekatkan diri dengannya namun sikapnya terlalu dingin dan acuh.

"Bisa kau tinggalkan kami dulu? Kami akan memanggil setelah siap memesan." Ucap Chiara pada sang pelayan yang kemudian meninggalkan mereka berdua.

Chiara menatap Draco dengan serius dan membuatnya tidak nyaman, Draco segera meletakkan buku menunya di meja dan keduanya saling bertukar tatap.

"Apa maumu?"

Draco mengedikkan bahunya, "Aku hanya ingin makan siang denganmu. Apa itu salah?"

Chiara tersenyum singkat, "Aku tidak tolol, sayang. Mulutmu boleh berbohong tapi matamu tidak. Untuk menatapku saja kau enggan, jangan bumbui dengan hal-hal manis bila kau tidak bisa bersandiwara."

"Kau benar." Draco merubah mimiknya seketika, "Aku tidak bisa bersandiwara, apalagi jika itu berhubungan denganmu. Kau selalu mengerti aku, seperti kau sudah mengenalku sangat lama."

"Bukankah memang begitu faktanya?" jawab Chiara sinis.

"Chiara, biarkan aku bertanya." Tanyanya dengan lembut, "Apa kau masih mencintaiku?"

"Apa?" Chiara nampak sedikit terkejut, "Kenapa kau menanyakan hal itu tiba-tiba?"

Draco mengedikkan bahunya, "Kau tahu kan, kau cinta pertamaku. Orang bilang cinta pertama itu sulit di lupakan, aku rasa itu ada benarnya. Aku sulit untuk melupakanmu. Tapi aku rasa hal itu tidak berlaku untukmu."

"Hentikan omong kosong ini, Draco. Apa yang ingin kau bicarakan? Kau ingin menyalahkanku karena meninggalkanmu?"

"Aku tidak pernah berhenti menyalahkan diriku sendiri karena aku sendiri yang memutuskan untuk tidak berjuang pada waktu itu. Seharusnya aku tidak melepaskanmu begitu saja, tidak peduli kau bersikeras untuk hidup di bawah control Ayah sintingmu itu atau tidak."

"Draco, hentikan..."

"Baiklah, lupakan tentang Ayah dan masa lalu tolol kita. Aku hanya ingin bertanya padamu," Draco sedikit mendekat, "Apa kau masih mencintaiku?"

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang